29 (Sahabat Kecil)

37 5 2
                                    

Langit sudah mulai menggelap membuat beberapa lampu yang bertengger di pinggir jalan menyala secara tiba-tiba dan hal itu mengakibatkan Rainka menoleh ke kanan dan memandang lurus melihat bagaimana indahnya lampu yang tersusun rapi itu bercahaya secara berurutan.

Bibirnya mengukir senyum.

Kebahagian sederhana.

Sosok yang tengah duduk di halte itu hendak mengalihkan pandangannya lagi ketika sudah tak nampak lagi nyala lampu yang beruntun, namun dia malah semakin menajamkan penglihatannya ketika mendapati sosok lelaki di ujung jalan sana tengah berlari mendekatinya.

Semakin sosok itu mendekat, Rainka bisa mengenalnya. Gadis itu melongo ketika pemuda itu duduk memepet dengannya.

"Ageng, bukan?"

Ya, sosok yang berlari dari ujung jalan sana adalah Ageng---teman sekelas Iman yang masih Rainka ingat dengan jelas pernah mengajaknya berpacaran, dan membantunya memberikan video Iman menembak Ratu yang mana dia belum mengucapkan terima kasih pada sosok itu yang sudah memberikan bukti untuk ditunjukkan pada Rakha.

"Ngapain lo lari-larian?" tanya Rainka.

Ageng tersenyum dengan sisa napasnya yang masih terengah-engah. Rainka malah semakin tidak mengerti dengan sosok ini.

"Gue tadi ke rumah Nitha-"

"Ngapain? Ngapel?" Seketika Rainka berubah semangat. Dia sangat berharap sosok Nitha memiliki kekasih, dan dengan info jika ada pemuda tampan seperti Ageng ini berkunjung ke rumah Nitha di sore hari yang gelap ini bukan tidak mungkin kan mahasiswa sibuk seperti Ageng ini akan mengajak Nitha jalan-jalan malam?

Ah ! Rainka sangat setuju jika saja Ageng dengan Nitha.

"Gue dukung deh kalau lo sama Nitha! Tapi awas lo nyakitin dia, gue orang pertama yang bakalan tendang selangkangan lo biar lo nggak punya masa depan!"

Rainka menjentikkan jari telunjuknya memberi peringatan keras pada Ageng. "Oh iya! Sebelum itu lo harus lulus uji dulu dari gue." Gadis dengan rambut kepang gantungnya itu mengatakan itu dengan sungguh-sungguh. Tapi entah kenapa di mata Ageng wajahnya yang terlihat begitu polos itu berkali-kali lipat bertambah lucu.

"Lo cantik."

"Nggak usah nyogok."

"Serius lo cantik."

"Traktir es jeruk satu bulan buat gue. Gue tawarin sogokan buat lo."

"Ternyata lo masih sama. Nggak berubah sama sekali. Lo masih tetap cantik, begitu peduli sama orang lain, dan lo masih sangat lucu."

"Apaan sih?" Rainka mulai tidak mengerti dengan pemuda yang terkunci menatapnya ini. Sosok Ageng benar-benar mengunci tatapannya sampai dia merasa risi. "Lagian kita kenal juga pas kuliah, itu pun nggak deket, kok lo bilang dulu?"

"Cuma satu perubahan lo." Jemari Ageng bergerak mencolek hidung Rainka dan itu berhasil membuat empunya mendelik.

"Ihhhhh! Nggak boleh pegang-pegang!!! Lo apaan sih?!!!" teriak Rainka dengan marah sembari mengusap kasar bekas jemari Ageng di hidungnya.

"Lo tambah polos. Lebih polos dari Ara yang dulu."

"...."

"Kaget?"

"A R A?"

Rainka menekankan setiap huruf dari pertanyaannya. Matanya menyorot Ageng seolah memberi titah untuk menjawab jujur pertanyaannya.

"Yes. Kamu Zahra," jawab Ageng sembari mengelus lembut jutaan helaian rambut hitam legam Rainka yang terkepang rapi.

"Lo ... sebenarnya siapa?"

LEEANKA | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang