31 (Little Angel)

31 5 1
                                    

"Diminum atuh es jeruknya. Teteh udah bikinin banyak buat Vanya, malah nggak diminum. Teteh dicuekin lagi." Rainka menggerutu melihat es jeruk yang dibuatnya dengan segenap hati dan jiwa tidak disentuh barang sedikit pun oleh Vanya. Bahkan hanya dia yang menghabiskan hampir setengah teko es jeruknya.

"Vanya ... jawab Teteh dong."

Niatnya memancing Vanya untuk bersuara, tetapi gadis kecil itu masih tetap diam sembari tidur tengkurap dengan tangan yang sibuk mewarnai gambarnya.

Rainka merasa diabaikan. Sejak masuk ke kamarnya, Vanya diam saja seolah tidak ada dirinya di sana. Mulutnya itu hanya bersuara ketika dia meminta tiduran di bawah dengan beralaskan karpet berbulu.

Sudah persis seperti Ayahnya yang selalu mengabaikan orang lain.

Rainka jadi merasa tidak nyaman ada di kamarnya sendiri.

"Vanya kenalan dong sama Teteh, Teteh juga mau temenan sama Vanya. Vanya jangan diem aja dong, ngomong, nyanyi juga boleh, teriak-teriak juga boleh."

"Mbak orang asing," ujar Vanya tanpa menatap Rainka sedikitpun.

"Nggak usah panggil Mbak, Teteh aja," kata Rainka dengan menekankan kata Teteh.

Sudah, tidak ada lagi suara. Vanya benar-benar menganggapnya orang asing. Hanya diam membuat orang yang sedang mengamatinya itu jenuh karena diam saja. Secara dia paling tidak bisa diam, sekarang harus menghadapi anak kecil yang mengharuskan dia diam saja di kamar.

Ini juga karena perintah Leeanka, jika tidak, Rainka sudah membawa Vanya berkeliling komplek menggunakan sepeda yang tidak sengaja tadi malam dia temui di bagasi, lalu berteriak sesuka hatinya atau pun bernyanyi sepanjang perjalanan. Vanya pasti menyukainya.

Entah apa alasan pemuda itu seperti menyembunyikan Vanya dari Riza dan Kinan. Padahal pasti anak itu akan senang jika ada yang mengunjunginya setelah satu minggu seperti di kurung di dalam kandang.

Rainka juga harus bersembunyi dari keduanya. Jadi dia harus menjaga badannya sendiri dan Vanya.

Sungguh, Rainka tidak mengerti. Jika pun dia bertanya, pasti tidak akan dijawab oleh Leeanka, dan dia memilih memendam rasa penasarannya daripada mencari mati dengan mendekati nenek galak itu.

Untuk informasi, nyonya besar baru menemuinya tadi pagi untuk memintanya menjaga Vanya, sementara tadi malam nyonya besar tidak ikut pulang bersama Leeanka dan Vanya.

"Teteh kerja jadi pengasuh Vanya?"

"Enggak lah! Teteh masih kuliah, sekarang Teteh jadi tamu di rumah ini. Neneknya Vanya yang suruh Teteh tinggal di sini," jawab Rainka. "Teteh datang tadi sore, dan Vanya lagi pergi sama nenek. Vanya pulang, Teteh udah tidur mungkin?"

Mungkin itu yang membuat Vanya merasa begitu asing dengannya, karena baru tadi Vanya melihatnya di rumah ini diakibatkan Ayahnya yang menyuruhnya makan di dalam kamar saja, alhasil dia tidak bertemu dengan Rainka saat sarapan tadi.

"Vanya kok, murung? Padahal Teteh kira Vanya periang anaknya."

"Vanya solo quería volver con la abuela a España." (Vanya mau ikut Eyang aja pulang ke Spanyol)

"¿Por qué?" (kenapa?)

Vanya terkejut mendengar respon Rainka. Niat awalnya ingin mendumel tidak jelas menggunakan bahasa Spanyol agar Rainka tidak mengerti, namun malah diladeni.

"¿Puedes hablar español?" (Teteh bisa bahasa Spanyol?)

"lata." (Bisa)

Vanya beranjak mendudukkan tubuhnya. Dia bersila menatap Rainka dengan sendu.

LEEANKA | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang