40 (Bandung 1)

38 5 3
                                    

"Kak Leeanka." Panggilan itu membuat Leeanka yang baru saja akan memasuki mobilnya menyempatkan diri menemui gadis yang tidak dia kenal tiba-tiba masuk ke pekarangan rumahnya.

Nitha yang merasa diperhatikan dari atas hingga ujung kaki mendengus sebal melihat kelakuan pemuda dengan topi hitamnya ini.

"Siapa?" tanya Leeanka yang mana mata Nitha melotot karenanya.

"Serius nggak kenal gue? Astaga, Kak Leeanka menghina harga diri gue nih," omel Nitha mengacak rambutnya frustrasi.

Bagaimana bisa ada yang tidak mengenalnya? Ingin rasanya dia menyombongkan diri terhadap dosen tampan berwajah datar di hadapannya ini, namun sayangnya dia sadar jika Leeanka jauh lebih apa pun darinya.

Mendengar cerita Riza tentang bagaimana pemuda itu bisa menghasilkan banyak uang diusia muda membuat Nitha sadar tempat, tapi sayangnya pintu hati Iman tidak terketuk sama sekali mendengar itu. Dia tidak peduli jika pun Leeanka lebih kaya darinya. Jawabnya, nama hartawan dan dermawan sudah melekat padanya. Memang dasar manusia satu itu. Harus dilempar ke sungai Amazon agar dia tidak sombong lagi.

"Langsung inti, saya sibuk."

"Iya tahu. Kak Leeanka orang super sibuk. Ngurusin skripsi, ngurusin bisnis, ngurusin anak, dan ngurusin hati-eh." Nitha memukul mulutnya sendiri, merasa sudah salah ucap. "Omong-omong gue Nitha. Ingat nggak? Waktu di parkiran kampus? Pertama Kak Leeanka ke Nusantara University? Dikenalin Kak Riza?" tanya Nitha mengalihkan topik pembicaraan.

"Nggak," jawab Leeanka lugas tanpa mencoba mengingat-ingat kejadian yang dimaksud Nitha.

"Coba deh, diingat-ingat. Yang waktu-"

"Males."

Nitha mendengus, merasa jengkel sekaligus ingin mengomel. "Ganteng-ganteng kok, pikun," celetuk Nitha yang langsung masuk di telinga Leeanka. "Maksud tujuan gue ke sini buat ngasih ini." Nitha memberikan satu amplop putih usang yang Rainka titipkan padanya. "Dari Rainka, buat Kak Leeanka katanya."

Sontak, Leeanka mengambilnya. Lalu dia hanya mengucapkan 'Thanks' sebelum mobil mewahnya itu melaju meninggalkan Nitha tanpa berinisiatif mengantarkan Nitha pulang. Dasar Iman, menurunkannya di depan komplek dengan alasan dia sibuk menghitung uang.

"Bener-bener tuh orang! Gimana bisa Rainka sahabatan sama dia? Segala cinta lagi. Bikin emosi tuh orang ganteng."

Seberapa pun Leeanka membuatnya naik darah dengan tingkah dingin dan angkuhnya itu, namun tetap saja wajahnya itu diukir begitu apik oleh pencipta hingga otomatis meredam sinyal kemarahan orang.

Aneh.

Sudahlah. Lebih baik dia mencari taxi untuk pulang. Padahal bayangannya dia akan masuk ke istana megah keluarga Fransea dan dijamu dengan baik. Tapi baru saja dia datang, Leeanka sudah pergi keluar rumah.

"Beruntung banget Ran, lo bisa tinggal di istana kayak gini. Ada pangeran lagi di dalamnya. Udah mirip pengantin baru aja lo. Tapi kayaknya Kak Leeanka biasa aja sama lo, maklum lah, dia cinta banget sama Kirana."

"Emang lo jauh banget sama mantannya. Maaf aja Ran, kalau ada lo gue dapat dosa nangisin anak orang. Tapi sekarang juga kalau dipikir-pikir, gue dapat dosa ngomongin lo. Astagfirullah."

Berbeda dengan Nitha yang sudah tertular kebodohan Rainka dengan mendumel tidak jelas, Leeanka di dalam mobilnya menebak-nebak tentang isi surat yang Rainka titipkan.

Amplop putihnya sudah tampak usang dengan perekat kuningnya. Sudah bisa ditebak jika amplop itu sudah lama atau pun surat lama yang Rainka tulis.

Dia meraih ponselnya, memakai headset-nya sebelum dia menghubungi seseorang.

LEEANKA | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang