Story about him

784 101 23
                                    

"Selamat Taehyung, designmu berhasil menarik perhatian klien kita. Dan mereka setuju untuk membelinya dan mengikat kontrak dengan kita. Designmu yang murni, terlihat mewah namun tetap menyampaikan arti tentang iklan mereka, membuat mereka puas.
bersiaplah esok lusa untuk materi iklan selanjutnya. Karena pihak klien meminta ada materi untuk videotron mereka".
Atasan Taehyung memberikan selamat setelah Taehyung mendatanginya di ruangan Direksi.
Taehyung pun keluar ruangan tersebut dengan bahagia dan bangga.
Tapi tidak dengan perasaannya yang lain.

Satu sisi ia bangga permulaan pekerjaanya berjalan sangat lancar. Tapi di sisi lain ia memikirkan tentang kejadian makan siang tadi bersama Jimin.
Ia merasa bersalah karena sudah membentak adik kesayangannya itu.
Tapi ia juga merasa sedih dan bertanya-tanya mengapa ia sulit untuk memecahkan masalah percintaannya.

Pekerjaan yang ia punya sangatlah sempurna.
Keluarga yang ia punya? Sungguh diatas kata sempurna.
Tapi tentang percintaan jauh di bawah sempurna.
Taehyung selalu berusaha dan berdoa agar segera bisa terbuka pada ayah. Mengapa sesulit ini, pikirnya.
Karena apalagi yang ia inginkan selain teman hidup?


~~~

"Aku pulang..."
Taehyung masuk ke dalam apartemennya dengan lemas dan lesu.
Jisoo menyambutnya dengan memberikan minum dan mengambil tas kerja Taehyung.
Taehyung duduk bersandar di sofa setelah minum air putih dingin pemberian Jisoo.
Mereka benar-benar sudah seperti pasangan yang sudah menikah.

"Bagaimana tentang design itu? Apakah berhasil?"
Jisoo memijit lengan Taehyung yang terjuntai di paha Jisoo.
"Eohh.. Aku berhasil mendapat kontrak iklannya."
Taehyung menjawab datar.
"Benarkah? Syukurlah.. selamat Oppa.. aku tau kau akan berhasil."

Jisoo memeluk Taehyung dan bersandar di dadanya.
"Ada apa? Kau tak seperti biasanya..
Apakah ada sesuatu ? Katakan padaku .."
Jisoo mengelus dada Taehyung. Aroma tubuh Taehyung adalah salah satu kesukaannya.

"Tadi siang aku bertengkar dengan Jimin."
Taehyung mengelus rambut Jisoo.
Jisoo terkejut dan segera bangkit dari pelukan itu.
Memandangi wajah Taehyung yang sendu.
"Dia memintaku untuk tidak mengatakan pada ayah tentang kita. Aku hanya ingin jujur dan meminta restu mereka. Apakah aku salah?"
Taehyung balas memandang Jisoo dengan tatapan memelas.

"Oppa.. kau tau Jimin tidak bermaksud jahat kan? Dia hanya ingin kau memikirkannya kembali, karena melihat kejadian ibu sedih pada saat itu. Ia tak ingin hal itu terulang.
Bersabarlah oppa.. saat ini adalah bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya pada ayah.. ku mohon kau mengerti dan bersabarlah.."
Jisoo memegang pipi Taehyung mencoba menenangkannya.

Mendengar jawaban Jisoo, Taehyung sedikit kecewa. Karena merasa tak ada yang mendukungnya tentang itu.
Dan pelan-pelan Taehyung melepas tangan Jisoo dari pipinya.
"Aku akan pergi mandi.."
Taehyung berdiri dan pergi meninggalkan Jisoo sendirian di ruang tengah.
Jisoo tau Taehyung kecewa dengan jawabannya.
Tapi setidaknya nanti dia akan berpikir setelah mendinginkan emosinya.

~~

"Oppa.. makananmu sudah ku siapkan. Ayo kita makan bersama."
Jisoo memanggil Taehyung yang sibuk dengan laptopnya di sofa.
"Kau makan saja dulu. Aku belum lapar.."
Taehyung menjawab tanpa menoleh pada Jisoo.
Rupanya Taehyung masih kesal karena hal tadi.
Jisoo memahami itu. Iapun segera membuatkan coklat hangat dan menyimpannya di meja sebelah sofa. "Minumlah ini jika kau tak makan.."
Taehyung tak bergeming sama sekali.
Jisoopun meninggalkan Taehyung dengan pekerjaannya.

Beberapa jam berlalu, Taehyung baru menyelesaikan pekerjaannya.
Dilihatnya lampu dapur masih menyala dengan makanan yang masih lengkap di meja.
Kedua piring pun masih tertata rapi.
Artinya Jisoopun tidak makan.
Taehyung pergi ke kamar dan melihat Jisoo sudah tertidur.
Dia masih merasa kecewa pada Jisoo. Tapi ia juga menyesal karena telah melampiaskan kekesalannya pada kekasihnya itu.

Im here, J ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang