New hope

590 90 17
                                    

"Katakan saja padanya..
Aku tak peduli.
Dan jangan salahkan aku jika aku menekan tombol hijau pada nomer ini?"
Jimin menunjukkan nomer pada ponselnya.
Ara sangat hapal nomer yang berbaris rapi itu.
Itu adalah milik ayahnya.

Ara mendengus kesal.
"Kau pikir aku takut dengan gertakanmu?"
Ara mendecih remeh pada Jimin.
Tiba-tiba terdengar bunyi sambungan telepon dari ponsel Jimin dengan pengeras suara.

Ara panik.
Ia pikir Jimin tidak akan menghubungi ayahnya.

"Halo.."
Suara ayah Ara menyahut di seberang sana.
"Apakah saya berbicara dengan Tuan Jung?"
Jimin menyeringai usai mengatakan itu.

Ara merebut paksa ponsel Jimin dan mematikan sambungan itu.
"Hentikan bodoh!! Baiklah ..
Kali ini kau menang..
Tunggulah waktunya. Aku akan menghancurkan kalian semua."
Ara melenggang meninggalkan Jimin.

"Aku akan menunggumu. Jangan ceroboh wahai wanita seksi! Karena kelak kau akan masuk ke dalam lubangmu sendiri !!"
Jimin menertawakan Ara yang mendecih sebal dan menatap Jimin dengan rasa benci.

Setelah sosok Ara benar-benar hilang dari pandangan Jimin.
Ia melemas.
Ia terkejut setengah mati dengan apa yang di katakan wanita itu.
Tapi Jimin langsung bertekad dalam hati.
Ia akan melindungi kakaknya dan juga Jisoo dari ulah Ara.

~~~

Hari berlalu, ini baru jam enam pagi.
Jimin tertidur di sofa ruangan inap Jisoo.
Sedangkan Taehyung masih saja menenggelamkan wajahnya di samping Jisoo yang tak kunjung hadir melalui sadarnya.
Taehyung tak bisa tidur dengan nyenyak.
Sesekali ia mencoba memejamkan mata, tapi selalu terbangun dengan kaget karena bermimpi buruk.
Ia terlalu letih untuk terus menangis hingga kepalanya seakan membentur benda keras.

"Selamat pagi, sayang...
Aku masih menunggumu disini..
Bangunlah.. apa kau tidak lelah terus menerus menutup matamu??"
Taehyung tak bosan mengecup tangan Jisoo yang makin dingin.

Perawat datang dan menghampiri Taehyung.
"Sebaiknya anda mencari udara segar dulu, Tuan...
Bersabarlah.. pasien akan sadar pada waktunya.."

Taehyung tak menjawab apapun.
Ia bergegas pergi keluar karena Jisoo harus dipasangkan alat baru untuk membantunya mengeluarkan air seninya.
Memilukan bagi Taehyung mengingat seluruh tubuh Jisoo sudah di penuhi dengan berbagai alat.

Ia berjalan pelan menuju pelataran rumah sakit.
Dirasakannya matahari yang kian menanjak menunjukkan eksistensinya pagi itu.
Taehyung memejamkan mata sembari menghirup udara yang membantu kesesakannya berkurang.
Merasakan hangatnya matahari sambil memikirkan Jisoo dan membayangkan mereka berdua bersama melihat matahari terbit.

Tuhan ... izinkan aku membahagiakannya...
Aku berjanji tak akan menyakitinya selama ia ada di hidupku..

Tak terasa air mata itu menetes di ujung mata Taehyung yang menutup merasakan hangat sang surya.
Taehyung tersenyum.
seolah tiba-tiba mendapat ilham entah darimana.

Taehyung bergegas menuju ruang inap.
Sesampainya disana.
Ia melihat Jimin masih tertidur di sofa.
Taehyung mencari kunci mobilnya yang ia taruh di kantung jaketnya.
Suara gemericik kunci itu membuat Jimin terusik dan membuka mata perlahan sambil menyipitkan sebelah matanya karena menahan kantuk.

"Hyung??? Mau kemana?"
Jimin masih mengusap-usap kedua matanya melihat Taehyung memakai jaket dan menenteng kunci mobil.

"Aku akan keluar sebentar..
Tolong lihat Jisoo..
Aku tak akan lama.."
Taehyung keluar dengan derap langkah yang luar biasa cepatnya. Meninggalkan Jimin yang kebingungan karena perilaku Taehyung pagi itu.

Im here, J ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang