Awake

528 80 5
                                    

"Untuk tes para pendonor sudah kami lakukan tadi pagi, hasilnya akan keluar besok.
Hari ini pasien harus menjalani tes jaringan sel untuk mencocokkan dengan para pendonor."
Petugas medis memberikan info mengenai 3 pendonor yang pagi ini sudah di tes.

Menurut info, itu semua adalah kenalan dari kerabat ayah yang memang sedang memerlukan uang untuk biaya hidup mereka.
Karena ayah memang sengaja "membeli" ginjal untuk Jisoo, karena ia tidak mau Taehyung atau Jimin yang melakukannya.

"Baiklah, terimakasih atas infonya..
Jika tidak ada yang cocok segera beritahukan kami.
Karena aku sendiri yang akan mengikuti tesnya."
Taehyung memang berniat mendonorkan ginjalnya untuk Jisoo, tapi Jisoo masih menahannya dan menyuruh untuk menunggu hasil dari 3 orang tadi.

Sang perawatpun akhirnya pergi setelah lagi-lagi memberikan obat lewat suntikan.
Karena kondisi Jisoo memang sangat menurun.
Bahkan untuk makan saja dia takut, karena itu akan membuat perutnya tambah sakit.
Ia semakin pucat, bibirnya kering terkelupas karena jarang makan dan minum, ia hanya mengandalkan cairan dari infusan saja.

"Bersabarlah sedikir lagi.. aku yakin salah satu dari mereka pasti ada yang cocok denganmu.."
Taehyung merapikan rambut Jisoo yang menutupi keningnya, Taehyung mengecup lembut dan sedikit tertahan disana. Karena ia sebenarnya sangat khawatir melihat kondisi Jisoo yang melemah.
Tubuhnya semakin kurus karena tidak makan.
Beruntung bubur buatan ibu yang dikirim hari ini masih bisa masuk dalam kerongkongannya walaupun sedikit.

Tak lama kemudian Jimin datang menenteng buah dan terlihat ia membawa bungkusan jajangmyeon.
"Makanlah dulu.. pasti kau belum makan kan?"
Jimin menaruh bungkusan itu di meja depan sofa.

Taehyung hanya melihatnya sekilas lalu kembali menilik wajah kekasihnya yang terlihat mengantuk.
"Kau tidur saja dulu.. aku akan makan dan menunggumu disini.. kau harus banyak istirahat, karena nanti ketika dokter datang kau harus melakukan tes jaringan tubuhmu.."

"Jisoo.. nanti kau harus makan, ibu mengirimi sup iga..
Kau bisa memakannya dengan bubur.."
Jimin menambahkan dan sedikit mengangkat rantang yang berisi sup iga buatan ibu.

Jisoo hanya tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya.
Ia terlihat menahan sakit yang sangat, dan juga rasa kantuk yang luar biasa menjadi satu.

Kakak beradik itu berakhir menyantap jajangmyeon di meja sofa yang rendah tanpa suara.
Meninggalkan Jisoo yang tertidur karena efek obat.

"Kau tadi kerumah ibu?"
Taehyung bertanya tanpa menoleh.
Suasana itu masih sangat canggung.
Tapi Taehyung berusaha mengabaikannya.
Ia tau adiknya tidak sejahat yang ia pikirkan ketika melakukannya dengan Jisoo di masa lalu.

Mendengar pertanyaan sang kakak, Jimin hanya mengangguk dan melanjutkan menyuap makanan.

"Aku tadi bertemu kakek di rumah istirahatnya..."
Taehyung melanjutkan santai, ia pikir Jimin tidak akan tertarik.

Ternyata Jimin langsung tersedak, dan terbatuk pelan.
"Mwo? Ada urusan apa kau kesana? Firasatku tak enak.."
Jimin menghentikan suapannya dan menunggu kakaknya bercerita.
Tapi Taehyung memberi isyarat dengan mata yang mengarah pada Jisoo.
Jimin pun mengerti, bahwa pembicaraan ini tidak boleh di dengar Jisoo.
Mereka harus berbicara diluar..

~

"Kakek menyuruhku menjadi Art Director perusahaan media'nya di Amerika.
Aneh bukan? Tiba-tiba saja dia menelponku, dan menyuruhku untuk mendatanginya.."
Taehyung dan Jimin berbicara di beranda rumah sakit seperti biasa.

"Pasti dia ada maksud tertentu.. aku yakin.."
Jimin menggerakkan rahangnya seperti akan menyembul keluar dari pipinya.

"Ya, kenyataannya memang seperti itu.
Dia menyinggung tentang hubunganku dan Jisoo.
Ia pikir aku tak tau Jisoo siapa...
Di ujung pembicaraan, ia sempat bilang bahwa ia akan menjauhkan Jisoo dariku, karena itu akan menjadi aib baginya.
Sejak kapan ia peduli tentangku????? Dasar aneh.."
decih Taehyung yang merasa hal itu janggal.

"Lalu, kau bilang apa padanya?"
Jimin penasaran.

"Aku bilang aku tidak takut apapun.
Sekalipun kau mengerahkan anak buahmu untuk menjauhkanku dengan Jisoo.
Aku berkata seperti itu padanya dan membuatnya terkejut karena dia pikir aku akan mengikuti kemauannya.
sangat tidak masuk akal tiba-tiba saja dia mengurus kehidupanku, setelah sekian puluh tahun dia tak menyentuh hidupku, bahkan berbicara denganku pun tidak pernah.."
Taehyung mengingat semuanya dengan jelas.
Dan tentu saja sekarang dia merasa janggal, aneh, dan marah tentunya.

"Apa ini semua ada hubungannya dengan Ara?"
Jimin menatap tajam sang kakak yang duduk di sebelahnya.

"Sudah pasti.. tapi aku tidak tau apa sebenarnya misi wanita itu.
Maukah kau membantuku?"
Taehyung sepertinya merencanakan sesuatu.

Jimin menyimak rancangan rencana Taehyung dan sepertinya rangkaian rencana itu di setujui Jimin.
Bukan hanya karena Jimin berniat membantu kakaknya saja.
Tapi ia juga merasa harus menebus kesalahannya pada sang kakak.
Dan lagi, Jimin memang tidak suka dengan cara kakek terhadap Taehyung.

~~~

"Ibu, apa ibu dan ayah tidak kesini?"
Taehyung menghubungi ibu yang katanya akan datang di sore hari.
Tapi hingga jam 7 malam orang tua Taehyung tak kunjung tiba.

"Ayah tidak enak badan,'nak.. ayah kelelahan karena tadi banyak kedatangan pengunjung.
Ayah harus banyak istirahat karena sebentar lagi ayah akan keluar kota untuk seminar buku.
Sampaikan salam ibu dan ayah untuk Jisoo ya.."
Ternyata ibu sedang mengurus ayah yang sedang sakit juga.

"Ada apa?"
Jimin bertanya pada kakaknya yang terlihat lesu ketika menutup telponnya dengan ibu.

"Ayah tidak enak badan karena kelelahan.
Padahal aku sudah bilang biarkan anak buahnya saja yang menjaga perpustakaan.
ayah sebentar lagi akan keluar kota.
Aku khawatir ayah akan lebih lelah.."
Taehyung benar-benar khawatir dengan kondisi ayah yang sering kelelahan.

"Sudahlah.. jangan terlalu kau pikirkan.
Ada 2 orang yang butuh dukungan dan doa'mu..
Kau fokus pada Jisoo.
Biar aku dan ibu yang mengurus ayah.
Nanti aku akan mampir melihatnya."
Jimin menepuk pundak Taehyung yang sedang duduk bersandar di sofa.

~

Jisoo belum juga bangun sedari tadi.
Padahal ini sudah waktunya ia makan sebelum sel darahnya diambil.

Taehyung menghampiri Jisoo untuk membangunkannya secara perlahan.

"Jisoo.. bangunlah.. kau harus makan sebelum tes sel jaringan nanti..."

Jisoo tak bergeming, menggeliat atau membuka matapun tidak.
Taehyung mencoba membangunkannya lagi.
Di taruhnya jari telunjuk tepat di bawah hidung mangir Jisoo.
Masih ada hembusan.
Tapi kenapa Jisoo tak membuka matanya.
Alih-alih membuka mata, bergerakpun tidak.

Taehyung dan Jimin mulai panik.
"Jisoo!! Banngunlah!!!"
Taehyung menggoyang-goyangkan bahu Jisoo perlahan.
Nafas Taehyung menjadi cepat.

"Jimin! Panggil dokter sekarang!!"
Jimin bergegas menekan tombol emergency di atas kepala Jisoo berkali-kali.

"Astagaa Jisoo !!! Bangunlaaaahh ..."
Taehyung mengeluarkan suara rengekan perih pada kekasihnya yang tak bergerak sama sekali di pelukannya.

"Jisoo.. kumohon..."
Taehyung memeluk tubuh mungil wanita itu sambil terisak.

Jimin menatap sedih punggung Taehyung yang meraup tubuh Jisoo..

Hyung..... Jisoo akan bertahan.. bersabarlah atas cobaanmu..

~💜~
Bersambung

Im here, J ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang