Be strong, Hyung!

633 75 3
                                    

Sudah hampir lima jam pasca operasi transplantasi di lakukan. Jisoo belum juga sadar.
Taehyung harap-harap cemas.
Karena dokter bilang paling tidak butuh waktu dua hingga tiga jam untuk Jisoo segera sadar.
Tapi nyatanya hingga kini mulut dan hidung Jisoo penuh dengan pipa yang membantunya menetralkan tubuhnya.

Beberapa kali dokter memeriksa keadaannya.
Tapi nihil.
Kondisi Jisoo malah menurun.
Detak jantungnya melemah sesekali.

"Hyung.."
Jimin menyentuh pundak Taehyung yang sedari tadi menyerahkan kepala di genggaman tangannya dan Jisoo yang terbaring.
Taehyung hanya menoleh dengan wajah sayunya.

"Aku akan menemui keluarga pendonor dulu.
Mereka bilang ia sudah sadar.
Kau disini saja.."
Jimin meninggalkan Taehyung di ruangan ICU yang di sertai dengan bunyi dari mesin pendeteksi detak jantung Jisoo.

"Jisoo... ini oppa...
Bangunlah sayang.."
Taehyung mencium tangan Jisoo yang tampak pucat.
Tak ada suara apapun terdengar dari kekasihnya kecuali suara ritme mesin itu yang membuat Taehyung makin cemas.
Ia tak beranjak sedikitpun dari sisi Jisoo.
Terus menggenggam dan melihat wajah Jisoo, sambil berdoa dalam hati.

~~

"Sayang... kini aku takut...
kau harus bangun, Jisoo.."
Taehyung mulai meneteskan air mata di pelupuk matanya.
Sudah hampir 8 jam tidak ada tanda apapun dari Jisoo.

Ibu beberapa kali menelpon Jimin yang sesekali masuk ke dalam ruangan itu.
Tapi ia tak sanggup melihat sang kakak menangis.
Jimin lebih memilih duduk diluar dan mengabari ibu yang sedang dirumah.

Dokter datang kembali.
"Kami sudah berusaha sebisa mungkin, dan menyuntikkan cairan pemulihan dengan baik.
Selebihnya kita menunggu kondisi pasien itu sendiri.
Karena vitalnya semua bekerja dengan baik.
Hanya saja mungkin faktor adaptasi dari pencampuran sel dan jaringan. Membuat pasien butuh waktu dan proses.
Bersabarlah..."
Dokter menepuk bahu Taehyung dan meninggalkannya.

Taehyung tak tau harus berkata apa.
Ia hanya bisa memandangi wajah Jisoo yang tak terlihat penuh karena tertutup pipa disana sini.
Sesekali Taehyung menyibak rambut Jisoo perlahan.
Ia ingin selalu menyentuh Jisoo. Tapi ia takut jika akan menyakitinya.

Derap kaki Jimin bergerak mendekati Taehyung.
Dilihatnya sang adik yang makin mendekat.
Taehyung tak dapat menahan rasa sedih dan khawatirnya.

"Bagaimana ini?"
Tangisnya tumpah ketika ia mengatakan itu pada Jimin.
Jimin memeluk kakaknya yang tengah duduk dan kini berada di pelukan Jimin.
Terasa basah di bagian perut dan pakaian Jimin karena air mata Taehyung tak bisa di bendung.

Jimin menepuk pelan punggung sang kakak yang kini tengah rapuh.
Jimin paling tidak bisa melihat kakaknya seperti ini.
Berkali-kali Jimin mengusap air matanya yang hampir jatuh.
Ia tak mau kakaknya melihat itu.
Ia harus menguatkan Taehyung, pikirnya.

"Jimin... bagaimana jika Jisoo-..."
Jimin menghentikan kalimat Taehyung dengan melepaskan pelukannya.
"Hyung! Hentikan... Jisoo akan bangun..
aku yakin itu.."
Jimin kembali memeluk Taehyung yang masih mengeluarkan air mata tanpa suara.
Jimin melihat kondisi Jisoo yang mengkhawatirkan.
Penuh dengan pipa dan selang.

Terakhir pemeriksaan, Dokter bilang sel darah putihnya kembali tinggi. Jadi kemungkinan untuk sadar dalam waktu dekat sangat rendah.

Jisoo.. bangunlah.. Taehyung menunggumu..
Bangunlah Jisoo.
Aku tidak ingin sesuatu terjadi diantara kalian..
Jimin menahan dera air matanya yang akan keluar.

~~

Satu hari berlalu, Jisoo tak kunjung ada perubahan apapun.
Ia masih terbaring lemah di ruang ICU. Lengkap dengan seluruh alat yang menyelimuti tubuh dan tiap inchi lubang di wajahnya.

Im here, J ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang