You cant see it, but you can feel it..

976 145 10
                                    

Dalam hitungan hari Taehyung akan mulai bekerja.
Tapi ia sama sekali tidak mendapatkan semangat yang kala itu ia rasakan.
Kini semua terasa sama.
Bahkan terasa hambar.

Sore itu, ia terduduk kaku dirumah orang tuanya.
Ibu meminta Taehyung datang karena akan memberikan dasi untuk ia bekerja.

Jadi setelah banyak membicarakan segala sesuatu yang membuatnya kacau dengan Jimin. Mereka pulang bersama kerumah ibu.
Tentu saja dengan perasaan campur aduk antara keduanya.

Taehyung dan Jimin duduk terpisah di ruang tengah. Terduduk kaku dan kadang saling menatap satu sama lain. Padahal di perjalanan mereka berjanji untuk bersikap biasa saja ketika dirumah. Karena Jisoo pasti ada dirumah ibu. Dan itu akan menjadi sangat canggung.

"Apa kau berdua sedang bertengkar ? Mengapa duduk berjauhan? Ada-ada saja kalian ini. Jisoo, bisakah kau memasangkan dasi pada taehyung? Biar ibu saja yang membuat makanan."
Ibu menyuruh Jisoo yang sedang memasak di dapur agar segera memasangkan dasi Taehyung.

Mendengar itu Taehyung bergegas mencari alasan agar hal itu tak terjadi, untuk saat ini.
Karena perasaannya benar-benar kacau.

"Ah nanti saja ibu. Aku bisa memasangnya sendiri. Biarkan Jisoo membantu ibu saja dulu."
Taehyung berbicara sambil melihat ke arah Jimin yang sedari tadi duduk terdiam di sofa.
Ibupun mengiyakan dan mengajak Jisoo kembali ke dapur.
Bahkan Taehyung belum berani menatap Jisoo kali ini.

Setelah mereka makan bersama tanpa ayah, karena ayah harus menghadiri pertemuan direksi malam itu. Taehyung dan Jimin pergi ke belakang rumah untuk kembali membicarakan kecanggungan yang mereka alami.
Sedangkan Jisoo pergi ke kamar ibu untuk membatu merapikan pakaian yang sudah di cuci.

~~

"Hyung, aku harap masalah ini tidak membuat kita canggung, karena sebenarnya tidak ada masalah dengan kita berdua kan? Kau bersikaplah seperti biasa pada Jisoo dan ibu" Jimin hanya mengatakan itu lalu beranjak kedalam rumah. Tanpa mendengarkan perkataan Taehyung.

Bagaimana mungkin aku bisa bersikap biasa setelah semua yang aku ketahui.
Diriku menolak untuk bertemu Jisoo, tapi hatiku tidak bisa.
Aku ingin selalu melihatnya.
Tapi ia saudara tiriku..
Aku harus apa??

Taehyung tertunduk kembali di pondok itu.
Sendiri..
Meneteskan air mata yang tidak di ketahui siapapun.
Taehyung terlalu bingung harus apa dan mulai darimana. Ia tak menyangka akan serumit ini.

Dari balik pintu kaca Jimin memandang, ia tak sanggup melihat kakaknya seperti itu.
Ia tak ingin ada raut sedih di wajah sang kakak yang selalu membahagiakan dirinya.
Air mata sesal Jiminpun menetes.
Lagi lagi ia meminta maaf dalam hati untuk sang kakak.

~

Terdengar derap langkah dari tangga,
Jisoo dan ibu tampak menuruni tangga minimalis itu setelah keluar dari kamar.
Taehyung dan Jimin duduk berdua di sofa dan menonton televisi. Keadaan sudah mulai mereda setelah beberapa saat.

"Jimin, ayah sepertinya akan pulang larut malam. Bisakah kau temani ibu disini? Jisoo akan pulang dengan Taehyung saja. Kalian satu arah kan?"
Tanya ibu sambil memasukan dasi ke dalam tas Taehyung.

Mendengar pinta ibu, taehyung bingung.
Ia bingung dengan alasan apalagi ia akan menolak. Tapi ia tak pernah menolak permintaan ibu.
Sedangkan Jisoo terlihat sangat tidak enak dengan permintaan ibu.

"Ahh tidak apa bu, aku bisa pulang baik bus saja."
Jisoo berusaha mengelak.

"Jangan, ini sudah malam. Terlalu bahaya jika wanita naik bus sendirian. Pulanglah dengan Taehyung."
Ibu tidak memberikan toleransi jika mengenai keamanan anak-anaknya.

"Iya bu, kami satu arah. Bersiaplah Jisoo, kita akan pergi sebentar lagi.". Taehyung bersiap mengambil jaket, tas, serta kunci mobil yang tergantung.

Jimin mencoba bersikap santai walaupun terlihat di wajahnya ia sangat khawatir dengan gejolak perasaan kakaknya ketika berduaan dengan Jisoo nanti di perjalanan pulang.

"Iya bu, aku akan menginap disini saja. Jisoo dan aku tidak ada jam kuliah esok hari. Hanya sore hari saja." Jimin seolah mengiyakan bahwa Jisoo bisa pulang dengan Taehyung.

Taehyung dan Jisoo pun berpamitan malam itu.
"Berhati-hatilah mengemudi nak, kabari ibu jika kalian berdua sudah sampai"

Ibu mengelus pipi Jisoo dan Taehyung bersamaan dengan kedua tangannya. Ibu memang selalu seperti itu. Menganggap semua anaknya adalah masih sebagai putra putri kecilnya.

~

Di perjalanan Jisoo tampak gelisah..
Sesekali ia melihat Taehyung seolah ingin berkata sesuatu. Tapi ia terlalu takut.
Taehyung menyadari hal itu.
Dan ia menyadari pula sedari tadi mereka hanya terdiam satu sama lain. Sesekali Jisoo mengajak bicara, tapi setelah itu kembali hening.

"Kenapa kau tampak gelisah ? Apakah ada sesuatu yang menggangumu? Katakan saja.. "
Taehyung berusaha menenangkan Jisoo.
Satu sisi ia takut terlalu hanyut dengan perasaannya.
Satu sisi ia ingin sekali selalu dekat dengan Jisoo. Bahkan ia harus menahan rasa ingin menyentuh Jisoo kala itu. Padahal ini saat yang tepat untuk meningkatkan tahap pendekatannya..
Tapi semua berubah..
Benar benar berat..

"Mmm.. sebenarnya aku tidak bisa pulang malam ini. Karena teman sekamarku membawa kekasihnya menginap.
Awalnya aku ingin tidur dirumah ibu jika ayah tidak pulang. Tapi ternyata tidak bisa. Ditambah lagi Jimin menginap disana.
Bisakah kau mengantarku ke penginapan yang murah saja? Hanya untuk semalam? Aku benar benar tidak bisa pulang".
Jisoo tertunduk mengatakan itu, karena ia terlalu sungkan, tapi ia tak punya pilihan selain mengatakannya.

Taehyung terdiam sejenak. Entah apa yang di pikirkannya saat itu. Tiba tiba semua seolah sirna, yang ia inginkan sekarang hanyalah bersama Jisoo. Ia berpikir ini kesempatan untuk bersama Jisoo.
Sesaat Taehyung meng-enyah-kan kegalauannya tentang keluarga.

"Tidurlah di tempatku. Aku akan tidur di sofa.
Jika ibu tau kau tidur di penginapan sendirian. Ibu akan khawatir dan memarahi kita berdua."
Taehyung berkata datar sambil melihat kedepan.
Ia benar benar berusaha sebiasa mungkin, agar Jisoo tidak menolak tawarannya itu.
Dan ia berharap Jisoo akan mengiyakannya.

"Aku selalu merepotkanmu, oppa..
Maafkan aku..
Apa benar tidak apa-apa jika aku menginap?"
Jisoo menghadapkan tubuhnya ke arah Taehyung yang sedang mengemudi.
Seolah seperti anak kecil yang sedang merengek meminta maaf karena merasa bersalah

Menyadari itu, Taehyung langsung menoleh pada Jisoo dan memberikan senyumannya.
Taehyung menyukai perilaku Jisoo saat itu.
Perilaku yang baru saja ia lihat dari sosok Jisoo yang biasanya selalu diam, dan tertunduk malu.
Semua hal tentang Jisoo menjadi favoritnya.

"Hmmm.. Kau lucu sekali.. jangan sungkan padaku.. menginaplah kapan saja kau mau."
Taehyung mengelus elus rambut Jisoo dengan satu tangannya sambil tersenyum.

Jisoo mendadak membeku. Ia sama sekali tak menyangka akan hal itu.
Pipinya memerah. Ia merasakan hangat di tubuhnya.
Dan ia rasakan jantungnya berdebar lebih cepat.
Jisoo menyukai perilaku Taehyung..

Dulu ia berharap Jimin yang akan melakukannya.
Tapi nyatanya seorang Taehyung yang ia anggap kakak dan memang adalah saudara tirinya yang melakukannya.
Jisoo takut salah mengartikan itu..
Ia takut terjerumus dan susah kembali ke perasaan yang normal. Mengingat ia sulit beranjak dari perasaannya terhadap Jimin kala itu, yang masih bersisa hingga saat ini.
Ia tak mau terbawa arus walaupun ia menyukai perilaku dan perhatian Taehyung terhadapnya.
Perasaan Jisoo sehalus itu...

~~

Malam yang kian dingin mengiringi mereka ke apartemen Taehyung..
Sesekali mereka menolah satu sama lain dan terlihat canggung.
Ya, kecanggungan yang membuat berdebar..

Aku menginginkanmu Jisoo...
walaupun hanya untuk malam ini saja..

^_^ 💜
~bersambung~

Im here, J ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang