Jisoo sepertinya memantapkan hatinya untuk meninggalkan Taehyung.
Ini bukan karena keegoisannya.
Tapi karena Jisoo tak ingin Taehyung lebih terluka lagi.Jimin.. bisakah kita bertemu sebentar? Aku akan menunggumu di cafe dekat kampus satu jam lagi.
Penting.Begitulah pesan Jisoo pada Jimin.
Jisoo berniat menceritakan semuanya pada Jimin. Karena ia percaya jika Jimin akan membantunya untuk tidak menyakiti Taehyung lebih dalam lagi.Tanpa sepengetahuan Ibu, tadi pagi pakaian yang ada dirumah itu sudah Jisoo bawa menggunakan satu tas ransel dan juga sebuah koper besar.
Ia menitipkannya di apartemen Nana sebelum ia benar-benar meninggalkan Seoul.~~
Jimin tiba dengan tergesa-gesa dan langsung menghampiri Jisoo yang sedang meminum coklat hangat di salah satu meja disana.
"Ada apa?"
Jimin tidak basa basi dan langsung menanyakan maksud dari pertemuan mereka."Aku akan pergi.. pergi meninggalkan Taehyung.
Meninggalkan Seoul..
Aku akan pergi jauh, Jimin.."
Jisoo meneguk coklatnya tanpa menatap Jimin."Kenapa tiba-tiba? Ada apa sebenarnya?"
Jimin makin yakin ada sesuatu yang sangat genting."Ara menemuiku kemarin.
Dia memberiku beberapa berkas yang membuatku kehilangan kata-kata.
Pertama, dia memperlihatkanku riwayat kematian ayah.
Kedua dia memperlihatkan sesuatu tentang kalian di Daegu.
Apa Hanya aku yang tidak tau bahwa ayah mendonorkan ginjalnya padaku?"
Jisoo menuntuk jawaban dari Jimin dengan suara lirihnya.Jimin sontak terkesiap mendengar Jisoo bicara mengenai kejadian di Daegu.
Ara pasti mengetahuinya dari kakek.
Dan Taehyung tidak mengetahui itu sama sekali."Kita hanya tidak ingin kau dihantui rasa bersalah sepanjang hidupmu. Lagipula ayah yang menginginkan ini. Itu salah satu bentuk rasa bersalahnya padamu karena telah menodai ibumu.."
Jimin hanya menjawab tentang ayah yang mendonorkan ginjalnya."Dan terasa lebih pedih ketika aku mengetahuinya dari Ara, Jimin. Aku seperti orang bodoh..
Ara mengancam agar secepatnya aku bisa pergi dari kehidupan kalian.
Jika aku masih mempertahankan hubunganku dengan Taehyung, maka dia akan memberitahu Taehyung mengenai kejadian di Daegu.
Aku bisa apa, Jimin??
Aku tidak ingin Taehyung tambah terluka lagi..
Sudah cukup aku selalu membuatnya terluka dan tersiksa..."
Jisoo menjelaskan panjang lebar sampai akhirnya dia menghela nafas panjang menahan tangisnya."Jadi kau akan kemana?
Aku tidak berhak menahanmu..
Tapi setidaknya kau pikirkan Taehyung dan Ibu.
Taehyung akan lebih terluka jika kau pergi dengan cara seperti ini. Begitu juga dengan Ibu.."
Jimin memohon dengan caranya."Tekadku sudah bulat, Jimin..
Aku akan pergi. Maafkan aku..
Berikan ini pada Taehyung...
Sampaikan salamku pada Ibu..
Aku harus bergegas. Barang-barangku masih di apartemen Nana."
Jisoo memberikan sebuah amplop berwarna biru dan beranjak dari tempat duduknya.Ketika Jisoo berlalu, Jimin menarik lengan Jisoo dan memeluk Jisoo. Bagaimanapun mereka mempunyai ikatan saudara yang tidak bisa di hindari.
"Hiduplah dengan baik..
sebenarnya aku tak ingin kau pergi.
Kau sudah menjadi adikku..
Semoga pikiranmu bisa berubah..
Kami selalu ada untukmu.."
Jimin memeluk Jisoo dengan erat layaknya saudara yang akan lama berpisah dan tak berjumpa lagi.Jisoo meneteskan air mata karena pelukan itu dan membasahi dada Jimin.
Inilah hal yang di hindarinya.
Tapi ia harus menyampaikan sesuatu untuk Taehyung dan harus menemui Jimin."Aku pergi..."
Jisoo melepaskan pelukan Jimin dan berlalu tanpa melihat ke arah Jimin lagi.Jimin memandang punggung Jisoo yang keluar dari cafe dan segera berlalu.
Tak di ketahui Jimin bahwa air mata Jisoo menggenang dan pecah saat ia keluar dari cafe dan berjalan memberhentikan taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Im here, J !
Romancemencintai seseorang dengan cara yang sulit memang membuat seorang Taehyung terpuruk. Lebih lagi ia harus menghadapi berbagai konflik keluarga dan rahasia yang tidak ia ketahui sepanjang hidupnya. Dia pikir percintaannya akan semudah jalan karierny...