Lie for what?

550 84 14
                                    

"Oppa..."
Jisoo membuka matanya, dan ia sadar bahwa ia bukan di apartemen Taehyung. Melainkan di rumah sakit.
Ia hapal dengan langit-langitnya.

"Kau sudah bangun?
Tadi kau sudah pingsan saat aku sampai.
Dokter bilang tekanan darahmu sangat rendah.
Dan juga rasa sakit pada perutmu yang membuat tak sadarkan diri.
Kau harus segera melakukan transplantasi."
Taehyung menjelaskan pada Jisoo yang masih bingung dengan keadaannya.

"Jangan khawatir, ayah akan menemukan pendonor secepatnya. Ayah dan ibu besok pagi baru akan kesini saat aku bekerja. Jimin sedang dalam perjalanan.."
Taehyung melanjutkan kalimatnya sambil terus menerus mengelus Jisoo yang benar-benar tampak pucat.

"Oppa... bagaimana jika ayah tidak menemukan pendonor itu? Apakah aku akan mati?"
Jisoo memalingkan pandangannya ke arah jendela.

"Kau ini bicara apa?
Ayah pasti berusaha untukmu, itu yang di katakannya. Dan temannya sudah menemukan beberapa kandidat untuk segera di tes. Termasuk aku..."
Taehyung menarik pelan wajah Jisoo agar melihat padanya.

"Aku sudah berjanji kan padamu?
Setelah kau sembuh, aku akan meminta restu pada ayah dan kita akan menikah..."
Taehyung tersenyum dan mengecup tangan Jisoo.

Mendengar itu Jisoo tampak bahagia dan juga sedih dalam waktu yang bersamaan.
Ia bahagia karena akhirnya ia akan menikah walaupun belum meminta restu pada ayah, itu akan sangat sulit pastinya.
Sedihnya karena Jisoo takut itu hanya menjadi mimpinya saja karena kondisinya sekarang.

"Doakan aku agar besok mendapat kontrak dengan perusahaan kakek..."
tiba-tiba Taehyung antusias membicarakan itu.
Karena kontraknya bernilai besar baginya dan juga perusahaan.

"Hmm ? Apa kau bertemu dengan kakek?"
Jisoo kebingungan karena yang ia tau Taehyung hampir tak pernsh bertemu dengan kakeknya yang di sebut- sebut kejam itu.

"Aku berdiskusi dengan Ara, dia sekretaris kakek.
Dan kemarin aku bertemu dengannya di kantor.
Ia akhirnya bicara padaku...
awalnya aku sangat senang karena itu adalah pertama kalinya dia memberiku motivasi untuk bekerja keras.
Tapi ketika mendengar ceritamu bahwa dia menyiksa ayah, semua rasa bahagiaku pudar.
Yang ada hanyalah rasa benci.."
Taehyung meremas alas kain tempat tidur Jisoo.

"Oppa........"
Jisoo hanya bisa menenangkan Taehyung dengan perhatian kecilnya.
"Katamu semua akan baik-baik saja kan?"
Jisoo balik mengelus tangan Taehyung yang mencengkeram kuat.
Taehyung mengangguk dan tersenyum melihat wanitanya. Selalu Taehyung selipkan sentuhan-sentuhan manis untuk Jisoo.
Mengelus rambut, mencium kening,
Mencium tangan dan jemari Jisoo.
Bahkan sesekali Taehyung mengelus perut Jisoo yang saat ini terasa sakit.

~~

Jimin datang ketika Jisoo sudah tertidur karena efek obat yang di berikan.
Taehyung hanya melirik tipis ke arah Jimin tanpa menyapanya, lalu kembali lagi berkutat dengan ponselnya.

Jimin sadar ada yang salah dengan Taehyung.
Dan itu juga sadar bahwa jaketnya yang tertinggal adalah penyebab kakaknya bertingkah seperti itu, Jimin pun tak ingin basa basi dan langsung menghampiri Taehyung di sofa.

"Hyung, aku harap kau tidak salah paham dengan kedatanganku ke apartemenmu.
Aku hanya...."
belum selesai Jimin menjelaskan, Taehyung mencoba memotongnya.

"Aku sudah tau dari Jisoo..
Ayah mengetahui tentang kalian kan? Lalu kapan ayah akan mengetahui tentang aku dan Jisoo??
Chhh.. aku iri padamu.."
Taehyung berdecih sinis.

Im here, J ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang