Matematika! Pelajaran yang paling dibenci oleh hampir semua murid di sekolah karena rumus dari pelajaran tersebut mampu membuat murid pusing tujuh keliling.
Hari ini kelas XI IPA 1 sedang melangsungkan pelajaran matematika. Pelajaran yang membuat semua murid sibuk berpikir, bagaimana cara memecahkan soal matematika yang serumit cinta beda perasaan. Bercanda hehe😂
"Baik anak-anak kita lanjutkan pelajaran kemarin, buka buku paketnya halaman 145" ucap pak Anas.
Semua murid yang dikelas tersebut segera membuka halaman di bukunya masing-masing.
"Pak" panggil Davi seraya mengacungkan tangannya.
Pak Anas menoleh saat mendengar ada yang memanggilnya, begitu pun teman sekelasnya ikut menoleh. "Iya kenapa Davi" ucap pak Anas.
"Kenapa kita harus belajar matematika pak?" tanya Davi.
"Karena matematika mengajarkan kita tentang keterampilan pemecahan masalah, membuat logika berpikir semakin berkembang, melatih kita menjadi lebih cermat dan teliti" jelas pak Anas.
"Ohh gitu" Davi menganggukan kepalanya saat mendengar penjelasan dari pak Anas.
"Pak, pak" panggilnya lagi.
"Kenapa lagi Davi"
"Matematika juga ibarat perempuan lo pak"
"Maksud kamu?"
"Banyak pertanyaan, susah dipahami dan sekali salah dikit langsung salah semua" ujar Davi cengengesan.
"Matematika juga ibarat cinta pak, rumit!" sahut Damian.
"Huuuuuuu" sorak seisi kelas ke arah Davi dan Damian.
"DAVI! DAMIAN!" tegur pak Anas.
"Iya pak" ucap keduanya berbarengan.
"Keluar dari pelajaran saya!"
"Salah kita apa pak" kata Davi dengan polosnya.
"KAMU MASIH BERTANYA SALAH KAMU APA!!" bentak pak Anas.
"Beneran nih pak kita di suruh keluar?" tanya Damian memastikan.
"Tunggu apa lagi? Cepat keluar"
Dengan senang hati keduanya lantas berdiri dan menghampiri pak Anas yang duduk di kursi. Mereka langsung meraih tangan pak Anas, dan menciumnya sopan seperti orang berpamitan.
"Terima kasih atas pengertian yang bapak berikan pada kita" Davi dan Damian lantas berjalan keluar kelas. Dan pak Anas menggelengkan kepalanya melihat muridnya seperti itu.
Sedangkan di dalam kelas terlihat seorang gadis yang terus mendumel tidak jelas. "Duh susah banget sih" gerutu Dira kesal. Tidak biasanya ia kesulitan seperti ini.
Karena terlalu kesal Dira menutup bukunya dan menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan.
Arvin mengernyit bingung melirik Dira yang terlihat frustasi di pelajaran matematika? Tumben sekali dia seperti itu biasanya dia paling kalem saat pelajaran ini, melihat tingkah Dira lantas membuat Arvin terkekeh.
"Kenapa?" tanya Arvin sambil mengusap kepala Dira.
Perlahan Dira menatap Arvin yang sedang menatapnya dengan senyuman yang terlihat sangat manis, Dira merasa kesal yang melandanya kini hilang seketika saat melihat senyum Arvin.
"Gue gak ngerti" kata Dira.
"Tumben lo gak ngerti, biasanya juga li langsung paham"
"Gue juga gak tau"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIRA [SELESAI]
Teen FictionTentangku tentangmu sempat tertulis di kertas yang sama. Namaku namamu pernah Tuhan satukan dalam skenario yang kita perankan. Rasamu rasaku pernah saling mengisi kekosongan. Meski tak pernah terucap, namun bisa dirasakan. Bukankah semua itu menyiks...