Ada hal-hal yang terasa berat sekali untuk dilalui, tetapi harus tetap dilalui
🐱🐱🐱Arvin dan Dira duduk dibalkon setelah selesai makan siang dan membereskan sisa makanan, hanya Dira yang membereskan tidak dengan Arvin yang dia lakukan hanya diam Dira sempet mengira bahwa dia bukan Arvin tetapi sebuah patung.
Bahkan sampe sekarang Arvin masih terdiam, segitu besar efek dari kembalinya kedua orang tuanya. Dira merasa kasihan melihat Arvin yang bukan seperti Arvin yang selalu ceria saat di depannya.
"Lo gapapa?" tanya Dira yang hanya dibalas anggukan oleh Arvin.
"Arvin ihh tega banget lo sama gue, gue kan kesini bukan buat dicuekin sama lo" Dira mencebikan bibirnya lucu, Arvin yang melihat itu tersenyum dan membuatnya mengacak-acak rambut Dira gemas.
Arvin menyandarkan kepalanya pada bahu Dira, dan Dira menghela nafas kasar lagi dan lagi Arvin terjebak dalam kerapuhannya, kehadiran orang tuanya belum mengembalikan kesepian yang dia rasakan.
"Sebenernya saat tadi gue liat dia tersenyum gue pengin ikut tersenyum tapi bibir gue sulit buat lakuin itu" Dira yang mendengar kata dia membuatnya bingung hingga ia tersadar dia yang dimaksud Arvin adalah mamahnya sendiri. Setidak maunya Arvin sampai menyebut mamahnya dengan kata dia. Dira tersenyum pedih bagaimana nanti Shinta tau akan hal itu, mungkin lebih sakit apa yang Dira rasakan.
"Harusnya lo panggil tante Shinta mamah Vin bukan dia" ucap Dira menasehati Arvin.
"Gue gak bisa Ra" bisik Arvin pelan.
"Gak bisa kata lo! Lo bisa Vin jangan cuma lo gak berusaha lo bilang gak bisa, liat tante Shinta yang udah berusaha buat lo bisa maafin dia. Orang tua lo udah balik itu kan yang lo mau sejak dulu tapi apa setelah mereka balik lo dengan teganya berlaku seenaknya, lo gak pengin kan kesepian terus kalo lo gak pengin lo harus bisa maafin mereka Vin!" jelas Dira menahan emosi.
"GUE GAK BISA RA!" teriak Arvin dengan frustasi.
Dira yang mendengar ucapan Arvin rasanya ingin mencabik cabik mukanya, ia sangat geram kepada Arvin yang bersikap seperti itu. Dira menghela nafas dalam menghadapi Arvin yang sedang seperti ini memang harus dengan kepala dingin.
"Gue tanya sama lo, lo mau gak maafin orang tua lo?"
"Iya"
"Mau beri kesempatan buat orang tua lo?"
"Iya"
"Sekarang kita temuin orang tua lo"
"Iya"
"APA!" ucap Arvin tersadar akan ucapannya, Dira yang melihatnya cekikikan karena ia berhasil menjebak Arvin.
"Gak ada bantahan lo tadi udah bilang iya, makanya kalo orang nanya tuh jangan cuma iya-iya doang" Arvin mendengus kesal saat tau Dira menjebaknya.
Dira menarik paksa lengan Arvin membuat sang empu mau tidak mau mengikuti Dira. Mereka berdua turun ke bawah untuk menemui orang tua Arvin. Dira melihat Shinta dan Abraham yang sedang bersantai di ruang keluarganya membuat ia melangkahkan kakinya untuk menghampiri mereka.
"Om, tante" sapaan Dira membuat Shinta dan Abraham menoleh dan Dira tersenyum manis kepada keduanya. "Kata Arvin dia udah mau maafin om sama tante, iya kan Vin?" Arvin diam tidak menjawab pertanyaan Dira membuat Dira yang melihatnya kesal dan menyenggol lengan Arvin pelan.
Arvin memandang Dira dan mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya, apa sih, Dira mengangkat dagunya menunjuk orang tua Arvin. Tersadar apa yang Dira maksud membuat Arvin menghela nafas dalam-dalam dan mengangguk.
Sedangkan Shinta yang melihat anaknya mengangguk tersenyum haru dan berhambur memeluknya membuat Abraham ikut memeluk istri dan anaknya. Dira tersenyum bahagia melihat Arvin yang sudah mau memaafkan kedua orang tuanya, ia berharap setelah kejadian ini Arvin tidak akan merasakan kesepian lagi.
"Sini sayang" ajak Shinta pada Dira, membuat Dira ikut masuk ke dalam pelukan keluarga yang baru saja berdamai.
Arvin memandang Dira seraya tersenyum tulus berkat Dira yang sudah membantunya ia bisa memaafkan kesalahan kedua orang tuanya, meski tidak sepenuhnya tetapi ia yakin pasti dirinya bisa memaafkan sepenuhnya.
Dira yang sadar Arvin tengah memandangnya membuat ia juga tersenyum tak kalah tulus, dan tanpa mengeluarkan suara Arvin berkata "makasih Ra" Dira hanya menganggukan kepalanya.
***
Arvin bersiap-siap untuk mengantar Dira untuk pulang karena hari sudah semakin sore. Padahal Arvin ingin Dira tetap disini bahkan kalau perlu menginap tetapi Dira menolak takut merepotkan keluarga Arvin itu alasan yang tidak sepenuhnya benar. Alasan sebenarnya karena Dira ingin memberi peluang kepada Arvin untuk lebih dekat lagi dengan keluarganya.
"Ck! LAMA BANGET SIH LO" teriak Dira kesal karena sedari tadi ia menunggu Arvin yang belum keluar kamar.
"Gak sabaran banget lo jadi cewek" ucap Arvin setelah keluar dari kamar.
"Lo ganti baju kaya cewek tau gak. Lama!" gerutu Dira membuat Arvin tersenyum dan merangkulkan lengannya pada bahu Dira.
Keduanya sampai di halaman rumah Arvin, Dira menunggu Arvin yang sedang mengeluarkan motornya dari garasi.
"Naik Ra" ucap Arvin saat sudah mengeluarkan motornya.
"Astaga gue lupa" Dira menepuk dahinya pelan dan berlari masuk ke dalam rumah membuat Arvin mengernyit dahinya.
Dira masuk ke dalam rumah ia mengedarkan pandangan nya ke penjuru rumah untuk mencari Abraham dan Shinta karena tadi ia belum sempat berpamitan.
Dira melangkah ke arah taman dibelakang rumah dimana kedua orang tua Arvin berada. "Om, tante Dira pamit pulang yah" ujar Dira kepada Abraham dan Shinta.
"Loh kok cepet banget kenapa gak nginep aja" ucapan Shinta membuat Dira tersenyum canggung.
"Emm takut ngerepotin om sama tante" ujar Dira dengan cengirannya.
"Gak ngerepotin kok" kata Abraham.
"Lain kali aja deh om" Dira tersenyum manis sebenarnya ia tidak enak sudah menolak ajakan orang tua Arvin.
"Yaudah Dira pamit iya" lanjut Dira sambil mencium tangan Abraham dan Shinta.
"Mulai sekarang kamu panggil tante mamah dan panggil om papah, seperti Arvin yang manggil orang tua Dira ayah sama bunda" ucap Shinta mengelus rambut Dira.
Dira hanya menganggukan kepalanya. "Dira pulang yah tan...ehh mah" Shinta tersenyum melihat Dira yang masih belum terbiasa memanggil dirinya dengan sebutan mamah. "Dahhh mahh pahh Dira pulang" teriak Dira saat sudah menjauh, Abraham dan Shinta tersenyum melihat tingkah Dira.
Dira melihat Arvin yang tengah bosan menunggu nya membuat ia tersenyum jahil. "Dorr!" Arvin terkejut mendengar teriakan Dira.
"Ck! Hidup lo gak ada yang lain apa selain ngagetin gue" decak Arvin yang kesal karena sudah beberapa kali dirinya dikagetkan oleh teriakan Dira.
Dira menampakan deretan giginya dan langsung menaiki motor sambil memeluk erat Arvin. "Ayo abang gojek kita berangkat" ucapan Dira membuat Arvin mendengus kesal jika saja Dira bukan sahabatnya sudah ia tenggelamkan ke rawa-rawa.
🥀🥀🥀
To be continue
Maaf iya chapter ini konflik Arvin sama orang tuanya cepat banget baikan, soalnya aku emang sengaja untuk gak lama masalahnya, maafin iya😭
Nanti ada masalah lagi kok tenang aja😘 semoga kalian suka😉
Jangan lupa vote and comment❤
Follow ig author : intanalvt_

KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIRA [SELESAI]
Novela JuvenilTentangku tentangmu sempat tertulis di kertas yang sama. Namaku namamu pernah Tuhan satukan dalam skenario yang kita perankan. Rasamu rasaku pernah saling mengisi kekosongan. Meski tak pernah terucap, namun bisa dirasakan. Bukankah semua itu menyiks...