Berita pingsannya Dira dengan seragamnya yang penuh oleh darah kini menjadi topik perbincangan semua murid di sekolah bahkan sampai ke ruang guru. Banyak guru yang berbondong-bondong menuju UKS untuk memastikan berita itu benar adanya.
Di lain sisi kedua remaja berbeda jenis yang kini sedang berada di taman belakang terdiam bahkan mereka kini sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Terutama seorang gadis yang kini merasa sangat khawatir saat mendengar bahwa Dira pingsan dan seragamnya yang dipenuhi oleh darah, meski semua sahabatnya membenci Dira tetapi tidak untuk dirinya. Ia masih menganggap bahwa Dira tetap menjadi sahabatnya, ia juga tidak membenci Dira meski ia tidak pernah membantu saat Dira selalu sendiri tanpa ada teman.
Ia melakukan itu hanya karena tidak ingin Dira tambah dibenci oleh semua orang karena ia membantunya, tetapi ia menyesali perbuatannya seharusnya ia selalu berada di samping Dira.
Gadis tersebut menyandarkan kepalanya pada bahu seorang lelaki di sampingnya. Lelaki yang sudah menjadi pacarnya ini sejak dua minggu lalu, tidak ada yang mengetahui hubungannya bahkan semua sahabatnya tidak tahu.
"Dav" panggil gadis itu.
Kedua sejoli itu adalah Cia dan Davi, mereka berdua sengaja memilih taman belakang agar tidak ada yang melihatnya.
"Aku nyesel udah jauhin Dira, seharusnya aku gak ikut-ikutan ngejauhin juga, meski awalnya aku memang kecewa sama Dira tapi aku tahu pasti Dira punya alasan mengapa dia menampar Nara waktu itu"
Penjelasan Cia membuat Davi juga merasakan hal yang sama, ia juga tengah menyesali perbuatannya haya karena ia mengikuti Arvin dan Damian yang membenci Dira.
"Aku juga nyesel Ya udah ikutan benci sama Dira" ucap Davi sambil memainkan rambut Cia.
"Apa Dira bisa maafin kita, setelah apa yang kita berbuat padanya"
"Dira pasti bisa maafin kita Ya, Dira bukan seseorang yang sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain"
"Padahal kita udah sahabatan sama Dira sejak lama Dav, tetapi kita malah gak mempercayainya bahkan kita juga gak mendengar penjelasan darinya. Kita hanya nyimpulin apa yang kita lihat tanpa mendengar alasannya"
"Aku tau Ya kita salah, tetapi saat itu aku terkejut melihat Dira yang baru pertama kali menampar seseorang, itu membuat aku kecewa sama dia dan tanpa berpikir panjang aku juga ikutan benci sama dia padahal kita tau Dira orang yang gak semudah itu kasar pada orang lain"
"Aku nyesel Dav, aku pengin minta maaf sama Dira tapi aku takut Dira gak bisa maafin kesalahan aku"
Tubuh Cia sedikit bergetar membuat Davi tahu bahwa saat ini Cia sedang menangis, dipeluknya tubuh Cia dalam dekapannya. Ia tahu pasti Cia sangat menyesali perbuatannya.
Seharusnya memang dulu ia memberi penjelasan terhadap semua sahabatnya untuk tidak membenci Dira, tetapi malah dirinya juga ikut membenci Dira. Padahal ia sudah mengenal Dira sejak lama hanya karena kehadiran Nara, gadis yang baru ia kenal.
"Jangan nangis Ya, aku bakalan selalu ada buat kamu. Nanti kita sama-sama minta maaf sama Dira, dimaafin atau gak yang penting kita udah menyesali perbuatan kita"
Tangisan Cia kini mulai mereda, segera ia melepas dirinya dari pelukan Davi. Ia sedikit lega saat Davi mengucapkan bahwa dia bakal selalu ada untuknya.
"Ayo kita ke UKS buat lihat keadaan Dira sekaligus minta maaf" ajak Cia pada Davi.
Davi mulai berdiri dan menggenggam tangan Cia, mereka berjalan menuju UKS untuk meminta maaf pada Dira atas kesalahannya, mereka berharap Dira bisa memaafkannya meski apa yang mereka lakukan sudah sangat fatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIRA [SELESAI]
Fiksi RemajaTentangku tentangmu sempat tertulis di kertas yang sama. Namaku namamu pernah Tuhan satukan dalam skenario yang kita perankan. Rasamu rasaku pernah saling mengisi kekosongan. Meski tak pernah terucap, namun bisa dirasakan. Bukankah semua itu menyiks...