Ceklek
Bunyi pintu yang dibuka membuat semua orang menoleh, terlihat dokter yang sudah keluar dari ruangan ICU tersebut dan mereka semua langsung menghampiri dokter yang menangani Dira itu.
"Bagaimana dok keadaan anak saya?" tanya Andri ayah Dira.
Pertanyaan dari Andri membuat mereka cemas dan takut akan terjadi sesuatu pada Dira.
Ken dan Risa saling pandang, mereka lah dokter yang menangani Dira saat ini. Ken menghela nafas dalam bagaimanapun mereka semua berhak tahu, mungkin ini saatnya ia memberi tahu mereka apa yang sejujurnya. Risa menundukan wajahnya saat air matanya kini sudah menetes, ia tidak ingin ada yang melihatnya. Risa menangis karena ia tahu apa yang terjadi pada Dira sekarang, bagaimana pun Dira sudah seperti adiknya sendiri.
"Dira saat ini membutuhkan banyak darah, stok darah AB negatif di rumah sakit ini hanya sedikit, sedangkan pasien sangat membutuhkan banyak darah. Apa disini ada yang mempunyai golongan darah AB negatif?"
"Darah saya AB negatif dok" ucap Andri.
"Saya juga AB negatif" sahut Arvin.
"Tapi kondisi kamu tidak memungkinkan untuk bisa mendonorkan darah" ucap Ken pada Arvin.
"Jangan pedulikan kondisi saya dok, kalo perlu ambil semua darah saya yang penting Dira bisa selamat" jawab Arvin tanpa bantahan.
"Tapi sayang itu bahaya buat kondisi kamu" ujar bunda Ambar berharap bahwa Arvin mendengarkan ucapannya.
"Arvin gapapa kok bun, anggap aja ini sebagai permintaan maaf Arvin untuk Dira"
Semuanya hanya menghela nafas pasrah saat Arvin bersikeras ingin mendonorkan darahnya untuk Dira. Jika seperti ini memang sulit untuk membujuk Arvin.
"Tapi ada satu hal yang harus saya katakan, Dira membutuhkan transplantasi sumsum tulang belakang. Karena sumsum tulang belakangnya sudah mengalami kerusakan jika tidak segera mendapatkan pendonor mungkin nyawa Dira tidak bisa tertolong"
"Apa dok transplantasi sumsum tulang" ucap Keisha tidak percaya.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada Dira dok, mengapa Dira harus segera mendapatkan pendonor?" tanya Cia.
"Saya minta maaf karena baru bisa memberi tahu kalian yang sebenarnya sekarang, tapi itu permintaan Dira untuk merahasiakan ini semua. Sudah lima bulan terakhir ini Dira mengidap penyakit leukimia, semakin hari kondisinya selalu bertambah buruk. Bahkan Dira selalu melewatkan jadwal check up nya, itu yang membuat penyakitnya cepat sekali menyebar. Bahkan kini sudah merusak sumsum tulang belakangnya, Dira harus segera menjalani transplantasi sumsum tulang belakang jika tidak nyawanya tidak akan selamat. Dan kita tidak punya banyak waktu sekarang, kami dari pihak rumah sakit sudah menghubungi rumah sakit lain untuk bisa mencarikan pendonor sumsum tulang belakang yang cocok untuk Dira"
"Jika kalian sudah mendapatkan pendonornya segera hubungi saya atau pihak rumah sakit ini. Saya permisi"
Bruk
Arvin yang tepat berada disamping Ambar segera menahan tubuhnya agar tidak jatuh langsung ke lantai. "Yah, bunda pingsan" ucap Arvin pada Andri dan segera Andri membawa Ambar pergi dibantu oleh perawat yang ada.
Suasana sedih menyelimuti ruang ICU tersebut, mereka tidak percaya jika selama ini yang mereka lihat Dira selalu baik-baik saja ternyata mereka salah. Itu semua hanyalah topeng untuk menutupi semua rasa sakitnya.
Arvin memandang ke depan dengan tatapan kosongnya, ia tidak menyangka jika Dira mempunyai penyakit tersebut. Jika saja dari dulu ia tahu Dira mengidap penyakit leukimia mungkin ia tidak akan berbuat kasar padanya. Arvin menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan pada Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIRA [SELESAI]
Teen FictionTentangku tentangmu sempat tertulis di kertas yang sama. Namaku namamu pernah Tuhan satukan dalam skenario yang kita perankan. Rasamu rasaku pernah saling mengisi kekosongan. Meski tak pernah terucap, namun bisa dirasakan. Bukankah semua itu menyiks...