Chapter 29

181 17 3
                                        

"Bang, Dira masuk iya" ucap Dira tersenyum manis kepada Ken.

Setelah kemarin Dira akan pulang ke rumah karena infusnya telah habis Ken datang dan tidak memperbolehkannya pulang, ia disuruh menginap semalam lagi, mau tidak mau Dira menuruti ucapan Ken.

Dira kini berangkat di antar oleh Ken karena dirinya berangkat dari rumah sakit bukan dari rumah, bahkan seragamnya dibelikan langsung oleh Risa tidak mungkin ia menyuruh Risa untuk mengambil seragamnya di rumah bisa-bisa Kenzo tahu apa yang ia alami.

"Belajar yang bener" Ken mengacak-acak rambut Dira gemas.

"Siap kapten" Dira mengangkat tangannya ke pelipis seperti seorang yang sedang hormat, tingkah laku Dira membuat Ken terkekeh.

Dira mulai turun dari dalam mobil Ken dan memasuki sekolahnya. Ken yang melihat Dira menghilang di balik gerbang mengusap wajahnya kasar, ia tidak tega jika hari ini adiknya akan mendapat cemooh lagi dari semua murid di sekolahnya. Ingin rasanya Ken bisa selalu ada di sampingnya untuk menemani gadis rapuh tersebut. Ia tahu pasti Dira bisa melewati itu semua tetapi ia tidak tega mendengar akan tangisannya yang begitu menyayat hati.

Mata cokelat muda milik Dira menatap lurus ke pemandangan yang sangat menggerahkan. Pemandangan Arvin dan Nara yang tengah berboncengan baru saja melintas di hadapannya.

Dulu ia yang menempati jok belakang motor Arvin tetapi sekarang tempat itu sudah ada pemilik yang baru. Ingin rasanya Dira segera pergi agar tidak melihat pemandangan yang membuatnya sakit, tetapi seolah kakinya sangat lemas untuk melangkah.

Tangan Dira meremas ujung roknya, matanya mulai memanas. Dira ingin tidak perduli akan pemandangan itu tetapi ia tidak bisa, seolah hatinya menyuruh ia untuk tetap disini padahal hatinya merasakan sakit.

Sakit melihat seseorang yang ia sayangi kini harus bersama dengan perempuan lain. Dira menghela nafas dalam untuk menetralisir rasa sakit di hatinya, ia harus kuat.

"Eh liat deh. Itu kak Arvin kok boncengin kak Nara"

"Apa jangan-jangan mereka udah jadian"

"Bagus lah kalo mereka jadian, jadi si jalang itu gak bisa dekat lagi sama Arvin"

"Cocok kok kak Arvin sama kak Nara"

"Kasihan gue liat Dira yang sekarang dijauhi sama sahabatnya"

"Ngapain sih lo kasihan sama jalang kaya dia, seorang jalang tuh gak pantes di kasihanin"

"Masih berani iya dia kesini, gak punya malu"

"Gue kalo jadi dia udah pindah dari sekolah ini"

Dira berusaha menahan air matanya yang akan terjatuh, sakit rasanya saat mendengar  para siswi lain terang-terangan bergosip di depannya padahal ia tidak melakukan itu semua, tetapi gadis-gadis itu malah membencinya.

Dengan kepala menunduk Dira berbalik menuju ke kelasnya dengan berjalan memutar lewat jalan lain agar tidak bertemu dengan Arvin dan Nara meski nanti di kelas tetap saja ia akan bertemu dengan Arvin.

***

Bel istirahat berbunyi, Dira berjalan sendirian menuju kantin sekolah. Dira berjalan sedikit melamun karena memikirkan kejadian yang akhir-akhir ini menimpanya.

Hingga saat Dira memasuki kantin, tak sengaja Dira menabrak Nara yang berjalan berlawanan dengannya. Nara yang membawa minuman di tangannya tumpah membasahi seragamnya.

"Ah... Lo punya mata gak sih! Jalan tuh liat-liat" bentak Nara saat minumannya membasahi seragamnya.

Dira terlonjak kaget, dan saat melihat baju Nara basah mata Dira membulat. Ia merutuki dirinya yang berjalan sambil melamun. Dira sempat terkejut mendengar bentakan Nara, saat ini semua tatapan tertuju padanya dan Nara begitupun dengan kelima sahabatnya.

ARDIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang