"Nih helmnya, makasih buat yang tadi ya" ucap Dira tersenyum manis sambil menyerahkan helm yang tadi dipakainya.
"Sama-sama. Yaudah gih masuk udah sore banget, takut bunda lo marah" sambil mengacak-acak rambut Dira.
"Kebiasaan deh" sungut Dira.
"Yaudah gue masuk dulu, bye Vin" lanjutnya.
Arvin yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia beruntung bisa memiliki sahabat seperti Dira, mungkin tanpa adanya sosok Dira hidupnya terus kesepian.
"Bun Dira pulang nih" teriak Dira saat sudah memasuki rumah.
"Kamu ya bukannya salam malah teriak-teriak gak jelas, ini tuh rumah Dira bukan hutan" kesal Ambar yang datang dari arah dapur.
"Hehe maaf bun, janji deh gak gitu lagi" ucapnya sambil senyum-senyum tidak jelas.
"Janji-janji tapi gak pernah ditepati, dulu kamu juga janji sama bunda bilangnya gak akan gitu lagi tapi selalu kamu ulangi terus" omel sang bunda pada putrinya.
"Kok baru pulang si sayang" lanjut bunda dengan suara sedikit melembut."Iya bun, tadi aku sama Arvin mampir ke penjual ice cream dulu"
"Bun, Kenzo mana?" tanya nya sambil melihat sekeliling rumah.
"Kenzo kan malam ini nginep di rumah nenek sayang, besok kan libur jadi Kenzo nginep disana"
Dira yang mendengar penjelasan bundanya hanya menganggukan kepalanya. Jadi Kenzo itu adiknya Dira. Dira memang mempunyai adik laki-laki yang terpaut usia dua tahun dibawahnya. Sekedar info😂
"Yaudah sana masuk kamar terus mandi, nanti malam jangan lupa turun buat makan malam ya sayang" teriak bunda melihat putrinya yang sudah menaiki anak tangga.
Mendengar teriakan bundanya membuat Dira menutup kedua telinganya. Baginya sudah biasa mendengar sang bunda yang selalu seperti itu.
Sesampainya dikamar Dira langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.
Tidak sampai 30 menit Dira sudah keluar dengan pakaian santainya kaos panjang dibalut celana pendek dan rambutnya yang dia cepol asal. Dira merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil membuka hp, ternyata sudah banyak notif yang masuk. Dira membuka pesannya dengan Arvin untuk mengirimkan pesan kepada cowok itu.
DiraMhwri:
Vin udah sampe rumah?ArvinFrtnio:
Udah, lo udah makan?DiraMhwri:
Belum.ArvinFrtnio:
Mending sekarang lo makan.DiraMhwri:
Nanti Vin, masih kenyang gue.ArvinFrtnio:
Yaudah tapi nanti makan ya.DiraMhwri:
Siap.Lama memandangi pesannya yang tak kunjung dibalas membuat gadis itu menguap lebar. Dia tidak tahan lagi untuk menahan kantuknya, perlahan kedua mata cantiknya mulai terpejam.
***
Lain hal nya dengan seorang laki-laki yang baru saja turun dari motornya. Ia berjalan memasuki rumahnya, hal pertama yang ia rasakan hanya sunyi, kesunyian itu yang membuat nya hanya bisa menghela nafas kasar.
Rumah Arvin memang megah dan luas namun didalamnya nampak tak ada tanda-tanda kehidupan, rumahnya yang hanya diisi oleh dirinya dan bi Sarti pembantu nya di rumah.
"Assalammualaikum bi, Arvin pulang" ucap Arvin.
Walaupun dirumah nya hanya ada bi Sarti tapi tidak membuat Arvin berlaku seenaknya, ia tetap sopan di hadapan pembantunya. Bagaimanapun bi Sarti lah yang sudah merawatnya sejak ia masih kecil.
Yang dibutuhkan Arvin saat ini hanyalah kasih sayang kedua orang tuanya tetapi seakan mereka tak menginginkan dirinya, lalu kenapa ia harus hadir diantara keluarga ini.
"Waalaikumsalam, eh den Arvin sudah pulang"
"Sudah bi, kalo gitu Arvin keatas dulu ya bi"
"Iya den, yasudah bibi kembali kedapur dulu buat masakin makanan kesukaan aden"
Arvin memasuki kamarnya, merebahkan dirinya diatas kasur sambil memejamkan kedua matanya. Hanya itu yang selalu ia lakukan ketika di kamarnya, seakan dirinya lelah dengan kehidupan nya yang nampak masih abu-abu.
Ia ingin melepas semua penatnya, mencurahkan isi hatinya, ingin kedua orang tuanya ada disamping nya saat ini.
Tetapi itu hanya sebuah angan-angan saja yang tidak pernah tercapainya. Ia cukup sadar bahwa dirinya tidak diinginkan bahkan mungkin tidak dianggap.
Andai waktu bisa diulang ia tidak ingin dilahirkan di keluarga ini, biarlah dirinya dianggap melawan takdir. Ia cukup lelah dengan semua ini, walaupun kehidupan bergelimang harta itu tidak membuatnya bahagia.
Kalau saja uang yang dimilikinya bisa membeli kasih sayang orang tuanya ia akan lakukan itu, lebih baik dirinya jatuh miskin tapi kasih sayang selalu ia dapatkan, ketimbang rumah besar dan uang banyak tapi yang ia rasakan hanya kesepian.
Drtt, drtt
Mendengar ponselnya yang berbunyi membuat dirinya membuka mata, diambilnya hp di saku celananya. Ternyata ada notif pesan dari Dira sahabatnya.
DiraMhwri:
Vin udah sampe rumah?ArvinFrtnio:
Udah, lo udah makan?DiraMhwri:
Belum.ArvinFrtnio:
Mending sekarang lo makan.DiraMhwri:
Nanti Vin, masih kenyang gue.ArvinFrtnio:
Yaudah tapi nanti makan ya.DiraMhwri:
Siap.Arvin hanya membacanya tanpa berniat untuk membalas. Senyum merekah terbit dibibir nya, seolah dia sedang memenangkan sebuah perlombaan hanya karena pesan dari Dira. Baginya pesan itu mampu membuat dirinya melupakan rasa sepinya.
Dia Dira sahabat kecilnya yang selalu ada untuknya mungkin kalau saja dulu dirinya tidak menerima ajakan Dira, mungkin saat ini ia akan terus merasakan kesepian. Berkat gadis itu hidupnya kini sedikit ada warna, hanya sedikit.
Arvin tidak tahu kapan rasa kesepian itu akan hilang. Bahkan Arvin sudah sangat membenci orang tuanya karena mereka dirinya tidak dapat merasakan apa itu kasih sayang orang tua. Walaupun terkadang bi Sarti selalu memberi pengertian kepadanya untuk tidak membenci kedua orang tuanya, tetapi tetap saja karena Arvin yang sekarang sudah besar tidak seperti dulu yang hanya percaya pada perkataan bi Sarti pembantunya.
🥀🥀🥀
To be continue
Typo bertebaran😊
Jangan lupa vote dan komen❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIRA [SELESAI]
Teen FictionTentangku tentangmu sempat tertulis di kertas yang sama. Namaku namamu pernah Tuhan satukan dalam skenario yang kita perankan. Rasamu rasaku pernah saling mengisi kekosongan. Meski tak pernah terucap, namun bisa dirasakan. Bukankah semua itu menyiks...