Dira membuka matanya perlahan, ia sangat lapar sekarang karena sejak ia bangun dari pingsannya ia belum sama sekali menyentuh makanan. Dira mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang ternyata dirinya hanya sendirian, ia bingung harus apa tubuhnya sangat lemas sekarang.
Suara pintu dibuka membuat Dira menatap ke arah pintu tersebut, terlihat seorang lelaki yang kini sudah menjadi abangnya. Melihat Ken membuat Dira lupa akan rasa laparnya.
"Abang Kenan" panggil Dira sambil bersusah payah untuk bangun.
Ken yang melihat Dira akan bangun segera menghampirinya. "Jangan banyak gerak Dira, kamu masih belum sembuh total" ucap Ken dengan perhatian.
"Tapi kan Dira pengin meluk abang" Dira memanyunkan bibirnya lucu.
"Sini peluk" Ken merentangkan tangannya membuat Dira langsung menubruk dada bidang Ken dengan keras dan memeluknya erat.
Ken mengusap rambut Dira dengan lembut, ia teringat saat Risa menceritakan semua kejadian yang dialami Dira. Ia merasa kasihan dengan gadis yang kini sudah menjadi adiknya harus menghadapi masalah yang berat.
Foto yang ditunjukan Risa memang fakta tetapi tulisan yang tertera disana semuanya salah, pasti ada seseorang yang memang sengaja melakukan ini untuk menghancurkan Dira. Ingin rasanya ia menghampiri orang tersebut, ia tidak terima adiknya harus mendapat cemooh dari orang-orang yang bahkan Dira tidak melakukan layaknya seorang perebut.
Dira semakin mempererat pelukannya pada Ken, hanya ini yang bisa ia lakukan. Rasa sakit yang ia alami akhir-akhir ini masih membekas bahkan mungkin tidak bisa disembuhkan.
Bolehkah ia menyerah? Ia takut rasa sakit itu akan terus membesar, semua orang kini memandangnya dengan tatapan merendahkan, padahal ia tidak berbuat apa yang mereka kira.
Kini Ken merasakan tubuh Dira yang bergetar hebat, ia tahu apa yang terjadi pada adiknya. Ken mulai memperat pelukannya, ia berharap dengan ini Dira bisa sedikit tenang.
"Jangan nangis Dira, nanti abang sedih" ucapan Ken bukannya membuat Dira berhenti menangis, tetapi malah membuat tangisnya menjadi kencang.
Isakan yang begitu pilu lolos dari bibir mungil gadis di dekapannya ini, isakan yang membuat hati Ken berdenyut nyeri. Kenapa harus adiknya yang mengalami cobaan yang begitu berat.
Rasanya Ken ingin bertukar posisi agar Dira tidak merasakan sakit lagi tetapi itu tidak bisa. Ia hanya berharap semoga suatu saat nanti Dira mendapatkan kebahagiaan yang begitu indah. Ia tahu dibalik hujan yang hebat pasti akan ada pelangi yang sangat indah.
Isakan itu perlahan mulai mereda bahkan tubuh Dira kini sudah tidak bergetar hebat lagi. Ken masih saja mengusap rambut Dira agar dia bisa lebih tenang, meskipun ia tidak bisa membantu masalah yang terjadi pada adiknya setidaknya ia akan selalu berada disisinya.
"Dira pengin tidur bang" ucap Dira dengan lirih bahkan nyaris tak terdengar.
"Yaudah sekarang Dira tidur" Ken melepaskan pelukan Dira dan menghapus jejak air mata yang membekas.
"Tapi sama abang yah tidurnya" Dira menggeser tubuhnya memberi sedikit tempatnya untuk Ken.
Ken mulai membaringkan tubuhnya disamping Dira, lengannya kini ia jadikan bantal untuk Dira. Ken terus mengusap kepala Dira dengan lembut membuat Dira yang mendapat usapan itu semakin menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Ken.
Perlahan nafas gadis tersebut mulai teratur membuat Ken menghentikan usapannya. Wajah gadis di dekapannya ini terlihat sangat pucat, ia menghela nafas dalam semakin hari kondisi Dira semakin memburuk dan itu berakibat juga pada penyakitnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/220714711-288-k356616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIRA [SELESAI]
Teen FictionTentangku tentangmu sempat tertulis di kertas yang sama. Namaku namamu pernah Tuhan satukan dalam skenario yang kita perankan. Rasamu rasaku pernah saling mengisi kekosongan. Meski tak pernah terucap, namun bisa dirasakan. Bukankah semua itu menyiks...