Chapter 40

259 12 0
                                        

Arvin membuka matanya perlahan, ia mengedarkan pandangan nya ke seluruh ruangan. Arvin mengernyitkan dahinya saat ternyata dirinya berada di suatu ruangan yang tidak diketahui nya. Ruangan tersebut nampak asing baginya, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

"Lo gapapa Vin?" tanya Davi saat melihat Arvin yang sudah tersadar.

Arvin yang mendengar itu langsung menoleh dan mendapatkan kedua sahabatnya yang sedang menatapnya khawatir. "Gue ada dimana?" tanya Arvin.

"Lo ada di rumah sakit" jawab Damian.

"Rumah sakit?" Arvin mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, tiba-tiba Arvin teringat akan kejadian naas yang menimpa dirinya.

"Jadi kalian yang bawa gue kesini?" sambung Arvin bertanya.

"Iya, kita yang bawa lo kesini, saat itu gue, Davi, Keisha dan Cia habis dari kantin untuk beliin Dira makanan dan minuman, tapi saat kita udah sampai di UKS Dira udah gak ada. Kita udah nyari Dira kemana-mana tapi gak ada satu pun orang di sekolah yang tahu. Sampai kita nemuin ponsel Dira di brankarnya, dan kita terkejut saat melihat isi pesannya yang nyuruh Dira buat ke jalan M******, kalo gak lo gak akan selamat Vin" jelas Damian.

"Dira rela-relain buat nolong lo disaat kondisi Dira juga sedang sakit. Tapi yang lo lakuin selama ini justru buat Dira terluka. Saat itu kita langsung menuju jalan tersebut tapi yang kita lihat kalian udah pingsan. Yang kita curigai saat ini adalah Nara, karena Damian dan Keisha pernah dengar pembicaraan Nara yang mau bunuh lo sama Dira. Cewek yang selama ini lo percaya malah ingin lo mati" sambung Davi.

Arvin termenung saat mendengar penjelasan Damian dan Davi, selama ini memang ia sudah salah mempercayai seseorang. "Maafin gue Dam, Dav karena sempat gak percaya sama kalian berdua, gue malah lebih percaya sama Nara, cewek yang  justru ingin buat gue mati"

"Gue juga mau minta maaf sama lo karena waktu itu gue pernah bilang kalo lo bukan sahabat gue lagu. Gue bilang gitu karena gue kecewa sama lo" ucap Damian.

"Gue maafin kalian berdua kok" sahut Davi menampakan deratan giginya.

"Yee lo main nyambung aja, gue gak minta maaf sama lo ogeb" sewot Damian sambil menoyor dahi Davi dengan kuat.

"Sakit njing!" Davi mengusap dahinya yang berdenyut. "Tapi gue senang akhirnya persahabatan kita kembali lagi" Davi langsung memeluk Damian dan Arvin sebagai pertanda persahabatan.

Arvin merasa lega saat persahabatan nya sudah kembali seperti semula, tetapi tiba-tiba sekelabat wajah seseorang yang selama ini sudah ia sakiti hadir. Arvin teringat akan Dira yang sudah menyelamatkan nyawanya.

"Dira, Dira mana?" tanya Arvin saat mengingat akan Dira.

Merasa tidak ada satu pun kedua sahabatnya yang mau menjawab pertanyaannya membuat Arvin geram. "DIRA DIMANA BANGSAT!" teriak Arvin.

"Di-Dira a-ada di ICU" Arvin terkejut saat mendengar ucapan Davi, segera Arvin melepas infusnya dan berlari meninggalkan kedua sahabatnya.

"Vin lo mau kemana" teriak Damian saat melihat Arvin yang langsung pergi. Davi dan Damian hanya menghela nafas kasar melihat sahabatnya yang seperti itu.

Arvin berlari di lorong koridor rumah sakit bahkan ia tidak mempedulikan semua orang yang menatapnya dengan aneh. Tujuannya hanya satu mengetahui bagaimana keadaan Dira.

Saat melihat seseorang yang ia kenali segera Arvin menghampiri mereka, ia tidak menyangka jika Dira dibawa ke ruang ICU separah itukah kondisi Dira, ternyata sudah banyak orang yang menunggu di depan ICU, bahkan orang tua, adik, sahabat dan Elvan pun ada disana.

"Gimana keadaan Dira?" tanya Arvin dan hanya dibalas oleh keterdiaman mereka semua.

Bugh

Pukulan keras dari Elvan membuat Arvin terjungkal, Arvin meringis saat sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Gara-gara lo Dira masuk rumah sakit!" teriak Elvan.

Bugh

"Itu buat lo yang udah buat Dira menderita"

Baru saja Elvan akan melayangkan pukulannya harus terhenti karena seseorang yang menahan tubuhnya.

"Lepas! Gue belum puas buat ngasih dia pelajaran" ucap Elvan yang terus saja meronta.

"Udah Van, semua ini gak bakal selesai kalo lo pakai emosi!" ujar Damian dan membantu Arvin berdiri.

Elvan berusaha meredam emosinya, memang benar apa yang diucapkan Damian. Ini semua sudah terjadi percuma saja jika dirinya menyalahkan Arvin itu tidak ada gunanya.

Arvin menghampiri Ambar yang kini tengah menangis di pelukan Andri suaminya dan berjongkok di hadapannya, ia merasa bersalah selama ini karena selalu menyakiti Dira padahal dulu ia pernah berjanji pada Ambar untuk selalu melindungi Dira apapun yang terjadi.

"Maafin Arvin bun, Arvin udah ingkar janji sama bunda. Seharusnya Arvin lindungi Dira, tapi Arvin malah buat Dira menderita" ucap Arvin dengan menyesal, bahkan air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi.

Ambar yang mendengar permintaan maaf Arvin hanya terdiam, ia sebenarnya kecewa pada Arvin. Tetapi mau bagaimana lagi ini semua sudah terjadi.

"Bunda udah maafin Arvin, bagaimanapun ini juga bukan salah kamu. Ini udah takdir dari Tuhan, jangan pernah salahin diri kamu nak" tubuh Ambar bergetar saat sudah mengucapkan itu membuat Arvin yang melihat langsung memeluk Ambar dengan kencang.

"Arvin bakal usahain untuk gak buat Dira menderita lagi bun, Arvin bakal tebus semua kesalahan Arvin. Ijinkan Arvin buat nebus semuanya"

"Bunda ijinin kamu, bunda tahu kamu melakukan semua ini pasti ada sebabnya. Bunda harap kamu tidak mengecewakan bunda lagi"

Arvin tersenyum haru saat Ambar tidak marah padanya, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan membuktikan bahwa dirinya bisa membahagiakan Dira.

Dengan wajah yang penuh penyesalan Arvin bangkit dan berjalan ke arah kedua orang gadis yang kini tengah berpelukan, Arvin menghela nafas dalam ia takut sebenarnya untuk mengatakan hal ini. Arvin tahu, pasti kedua gadis tersebut masih kecewa padanya.

"Keisha, Cia. Gue mau minta maaf sama kalian berdua, gue tau kalo gue itu salah karena gak percaya sama kalian. Gara-gara gue juga persahabatan kita sedikit hancur" Arvin menundukan wajahnya, ia sangat malu untuk menatap kedua gadis itu mengingat perlakuannya selama ini.

Keisha dan Cia menoleh saat mendengar ucapan permintaan maaf dari Arvin. Di lubuk hatinya memang Keisha dan Cia ingin memaafkan kesalahan Arvin, tetapi mereka masih kecewa dengan Arvin.

"Gue maafin lo, gue juga minta maaf kalo gue ada salah sama lo" Arvin menoleh dan menatap Cia tak percaya.

Keisha menghela nafas kasar, bagaimana pun Arvin tetaplah sahabtnya meski dia sudah membuatnya kecewa. "Gue juga maafin lo kok"

"Makasih, gue kira kalian gak bakalan mau maafin gue" ucap Arvin.

"Gue cuma gak ingin persahabatan yang udah kita jalin dari dulu hancur begitu aja karena keegoisan kita masing-masing, tapi gue minta sama lo jangan pernah buat kita kecewa lagi terutama pada Dira" Arvin tersenyum lebar kala mendengar ucapan Cia, begitu pun dengan Keisha dan Cia mereka lega persahabatan yang mereka jalin kini kembali lagi.

Kedua lelaki yang sedari tadi menyaksikan semua itu tersenyum haru, mereka senang akhirnya persahabatan inu tidak benar-benar hancur. Tinggal menunggu seseorang lagi yang kini sedang memperjuangkan hidupnya maka persahabatan mereka sudah sepenuhnya kembali.

🥀🥀🥀

To be continue

ARDIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang