Dira melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah, saat ini sekolah sudah sedikit ramai. Dira berjalan dengan santainya seolah tidak ada apapun yang terjadi padahal beberapa murid masih ada yang membicarakan tentang dirinya.
Meski begitu tidak membuat Dira menghentikan langkahnya justru ia nampak biasa saja, baginya semua itu sudah biasa ia rasakan. Ia tidak memusingkan mereka yang terus saja mencemoohnya.
Saat di koridor tidak sengaja Dira melihat Arvin dan Nara yang berjalan ke arahnya, hal itu membuat Dira terdiam dan menatap Arvin dengan dalam. Ia hanya ingin memastikan kejadian kemarin saat Arvin menanyakan kondisinya itu benar bahwa Arvin sudah tidak membencinya lagi.
Dira masih saja terdiam hingga Arvin dan Nara sudah hampir melewatinya, ia juga tidak tahu mengapa dirinya sulit untuk pergi dari sini.
Sedangkan Arvin yang melihat Dira terdiam dan menatapnya dalam hanya acuh, seolah ia tidak peduli dengan apapun yang Dira lakukan padahal kemarin dirinya lah yang seakan sudah tidak membenci Dira lagi.
Dira terus saja menatap Arvin hingga seseorang mendorongnya dengan begitu keras membuat Dira yang belum sadar terjatuh.
Semua murid yang masih berlalu lalang menghentikan langkahnya saat melihat dimana Nara mendorong Dira sampai terjatuh. Mereka yang penasaran mulai berbisik-bisik dan menyaksikan kejadian tersebut.
"Heh lo! Punya mata dijaga dong udah tahu Arvin milik gue masih aja berani menatapnya" sentak Nara yang membuat Dira tersadar dari apa yang ia lakukan tadi.
Dira hanya terdiam dan menunduk tanpa membalas perkataan Nara, menurutnya jika ia membalas percuma saja tidak akan ada yang percaya padanya. Dira sadar mereka pasti akan sangat membenci padanya jika ia membalas perkataan Nara maka dari itu ia hanya bisa diam.
Nara yang melihat Dira terus saja diam membuatnya geram, Nara berjongkok dihadapan Dira dan mencengkram dagunya dengan kuat. Dira masih saja diam padahal sakit rasanya saat kuku panjang Nara menyentuh kulitnya, ia tahu pasti kini dagunya terdapat goresan.
"LO BUDEG HAH! GUE TANYA JAWAB BITCH!" bentak Nara tepat di depan wajah Dira, kini Nara berganti menjambak Dira dengan kuat.
Dira yang mendapat jambakan Nara hanya menutup matanya, ia menggigit bagian dalam bibirnya dengan kuat. Dira melakukan itu agar rintihan rasa sakitnya tidak keluar, ia hanya tidak ingin semua orang melihat dirinya yang lemah.
Nara semakin memperkuat jambakannya sampai beberapa helai rambut Dira lepas karena jambakan tersebut yang terlalu kuat. Semua murid yang menyaksikan hanya meringis, mereka seolah membayangkan berada di posisi Dira. Ada yang menatap Dira dengan kasihan, ada juga yang menatapnya dengan rasa senang.
Arvin terdiam saat Nara memperlakukan Dira dengan tidak baik, ingin rasanya ia membantu Dira tetapi seolah tubuhnya tidak kompromi dengan isi hatinya. Arvin merasa sakit saat melihat Dira yang hanya terdiam tidak ada perlawanan.
Ingin rasanya Dira menyerah saja, ia tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya lagi. Perlahan air matanya luruh, ia menatap Arvin dengan tatapan kecewa ia tidak menyangka jika Arvin hanya terdiam tanpa ada niat membantunya. Dira kira setelah kejadian dimana Arvin menanyakan keadaannya disitu Arvin sudah tidak membencinya lagi, tetapi ia salah nyatanya Arvin tetap sama masih membencinya.
***
Di lain sisi Damian dan Keisha baru saja memasuki sekolah, mereka berjalan melewati koridor yang masih nampak sepi, padahal jam sudah menunjukan bahwa bel sekolah akan segera berbunyi.
Damian dan Keisha terus saja berjalan, mereka pikir mungkin semua murid sudah masuk ke kelasnya masing-masing. Tetapi pemikirannya salah saat melihat semua orang sedang mengerubungi sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIRA [SELESAI]
Teen FictionTentangku tentangmu sempat tertulis di kertas yang sama. Namaku namamu pernah Tuhan satukan dalam skenario yang kita perankan. Rasamu rasaku pernah saling mengisi kekosongan. Meski tak pernah terucap, namun bisa dirasakan. Bukankah semua itu menyiks...