Chapter 27

170 15 5
                                    

Luka tidak memiliki suara, sebab itu air mata jatuh tanpa bicara
🐼🐼🐼

Dira baru saja turun dari atas motor adiknya, ia menghela nafas dalam-dalam. Sekarang hari ini bukan seperti hari-hari yang lain, hari ini mungkin tidak sebahagia hari kemarin, karena hari ini ia akan selalu sendirian tidak ada salah satu sahabatnya yang akan menemaninya.

"Ken gue masuk dulu ya!" Baru saja Dira akan berjalan harus terhenti karena Kenzo mencegahnya.

"Tunggu kak" ucap Kenzo sambil memegang lengan Dira. "Tumben bang Arvin gak jemput lo, kalian lagi berantem?" sambung Kenzo bertanya.

"Gue gak berantem kok, mungkin dia ada urusan kali" Dira tersenyum manis untuk meyakinkan Kenzo bahwa dirinya baik-baik saja. "Yaudah, lo mending berangkat keburu telat nanti" Dira langsung meninggalkan Kenzo tanpa mendengar balasan dari Kenzo.

Kenzo yang melihat gelagat kakaknya yang sedikit aneh mengernyitkan dahinya, ia yakin pasti ada sesuatu pada kakaknya karena akhir-akhir ini kakaknya sering melamun sendirian, terkadang ia kasihan pada kakaknya yang sekarang tidak ada aura kebahagiaan yang terpancar di wajahnya.

Dira berjalan menelusuri lorong-lorong sekolah yang sedikit sepi, tumben sekali masih sepi padahal waktu menunjukan pukul 06.45 WIB. Seharusnya sudah banyak murid yang berdatangan mengingat jam masuk tinggal lima belas menit lagi.

Saat Dira akan melewati mading sekolah terlihat banyak siswa-siswi yang sedang mengerubungi mading tersebut, Dira yang penasaran segera melangkahkan kakinya menuju kesana.

Melihat Dira datang, mereka memberi jalan untuk Dira.

Disana, di mading sekolah, tercetak foto Dira yang dipeluk oleh seorang lelaki dengan mesra di luar cafe. Dibawah foto tersebut ada tulisan yang membuat hati Dira merasakan sesak.

Terlihat seorang siswi bernama Dira Maheswari yang ternyata adalah seorang perempuan perebut. Bagaimana bisa dia mau-maunya dipeluk oleh seorang lelaki yang jelas saja di sampingnya adalah pacarnya. Serendah itukah seorang Dira Maheswari, untuk kalian semua harap berhati-hati jangan sampe pacar kalian yang jadi korban dari perempuan jalang tersebut.
Jalang tetaplah jalang!!

Dira termangu disana, menyakitkan! Bahkan air matanya kini siap untuk jatuh dalam satu kali berkedip. Faktanya disana ia bersama dokter Ken dan dokter Risa yang sekarang sudah menjadi kakaknya, tapi kata-kata itu?

Ia dibilang perempuan perebut? Nyatanya saat itu dokter Ken hanya menolongnya karena penyakit nya yang kambuh. Ingin sekali ia berontak dan melawan tetapi percuma saja pasti tidak ada satu pun yang akan mempercayainya. Bahkan kelima sahabatnya yang berada di posisi yang sama dengan dirinya, hanya menyaksikan tidak ada satu pun yang berniat untuk membantunya.

Banyak tatapan yang merendahkan, membunuh, bahkan menatap seolah-olah Dira adalah sebuah najis yang harus dihindarkan.

"Gak nyangka yah ternyata Dira kaya gitu"

"Gue kira dia cewek baik-baik eh taunya perebut!"

"Namanya juga jalang kerjaannya selain jadi penggoda iya perebut"

"Kasian yah gak ada yang bela"

"Yah bagus dong, ngapain seorang jalang di bela. Najis tau gak!"

"Anaknya seorang jalang gimana orang tuanya iya"

Dira mencoba menulikan telinganya, ia segera merobek foto tersebut dan berlari sekencang mungkin menjauh dari kerumunan itu. Dira berlari keluar sekolah ia tidak peduli bahwa dirinya bolos yang sekarang ia harus lakukan adalah menjauh dan tidak mendengar ucapan semua murid yang menghinanya, Dira tersungkur ke tanah karena ia sudah tidak kuat berlari lagi.

ARDIRA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang