Satu tahun kemudian...
Seorang gadis berjongkok di depan sebuah makam, gadis itu meletakan sebuket bunganya di atas makam.
"Hai" sapa gadis itu.
Mata gadis itu mulai memerah menahan tangis. Ia mengelus batu nisan tersebut. "Maaf iya baru bisa jenguk lo sekarang" ucapnya parau.
Arvin, Damian, Davi, Keisha dan Cia menatap pemandangan tersebut dengan sendu. Mereka masih tidak menyangka dengan kepergiannya.
Arvin melangkahkan kakinya menghampiri gadis tersebut, ia hanya tidak ingin jika gadis itu akan menyalahkan dirinya sendiri atas kepergiannya.
"Yuk kita pulang" ajak Arvin.
Gadis itu menoleh kala Arvin mengajaknya pulang, padahal ia masih ingin di tempat ini. Ia merasa bersalah atas kepergiannya. Di usapnya lagi batu nisan tersebut, gadis itu mulai berdiri.
"Sekali lagi gue mau ngucapin makasih sama lo, makasih udah bantuin gue. Tapi gara-gara gue juga lo harus pergi"
Gadis itu mulai meninggalkan makam tersebut, tetapi baru saja beberapa langkah ia berjalan gadis itu menghentikan langkahnya membuat Arvin ikut berhenti. Gadis itu menoleh ke makam tersebut, senyum tipis terbit di bibirnya.
"Gue harap lo bahagia disana" batin gadis itu.
NARA CALYSTA POURAN
Binti
BAGAS POURAN
Lahir : 23-10-2003
Wafat : 11-02-2020Gadis itu bersama kelima sahabatnya pergi meninggalkan area pemakaman, baru saja mereka akan menaiki mobil seseorang menghentikan langkah mereka.
"Tunggu" cegah seseorang.
Seorang lelaki menghampiri gadis yang kini di apit oleh Keisha dan Cia.
"Ini ada surat buat lo" ucap lelaki tersebut sambil menyodorkan secarik kertas.
Gadis itu menerima kertas tersebut dan mulai memasuki mobil. Di dalam mobil ia mulai membuka dan membaca isi surat itu.
Hai...
Mungkin sekarang lo lagi baca surat ini dan pastinya gue udah gak ada, urusan gue di dunia udah selesai. Maaf karena gue cuma bisa nulis di lembar kertas ini, gue emang pengecut tanpa berani minta maaf langsung ke lo.
Gue ingin minta maaf sama lo atas sikap gue yang mungkin udah keterlaluan waktu itu. Jujur, gue sangat menyesal sekarang udah buat lo menderita selama ini. Gue emang salah, gak seharusnya gue nyalahin lo atas kematian kakak gue.
Gue nulis surat ini untuk meminta maaf sekaligus untuk memberikan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Saat pertama kali gue datang ke sekolah lo, tujuan gue cuma satu yaitu balas dendam sama lo. Selama ini emang gue dalang dari semuanya, gue yang udah nulis kata-kata kasar dengan foto di mading, gue yang udah buat semua orang terutama sahabat lo membenci lo, gue juga yang udah menabrak lo. Maafin gue, gue tau kok kesalahan gue banyak, gue emang gak pantas dapat maaf dari gadis sebaik lo.
Sekarang gue benar-benar udah sadar atas apa yang gue perbuat sama lo, gue emang egois yang selalu menyalahkan lo atas kematian kakak gue. Bahkan gue gak mendengarkan omongan orang lain, hati gue yang dipenuhi oleh dendam dan amarah yang justru membuat gue celaka.
Gue senang bisa bantu lo dengan cara jadi pendonor buat lo, anggap aja itu penebusan kesalahan gue selama ini. Dengan gue menjadi pendonor buat lo, gue merasa separuh jiwa gue ada di dalam tubuh lo. Sekali lagi gue minta maaf sama lo.
Jangan lupa buat bahagia, karena lo pantas untuk bahagia, gue harap lo bisa selalu bahagia.
Salam Hangat NARA.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDIRA [SELESAI]
Teen FictionTentangku tentangmu sempat tertulis di kertas yang sama. Namaku namamu pernah Tuhan satukan dalam skenario yang kita perankan. Rasamu rasaku pernah saling mengisi kekosongan. Meski tak pernah terucap, namun bisa dirasakan. Bukankah semua itu menyiks...