Part 4

10.8K 739 27
                                    

Terlalu kepo bisa menyebabkan baper dan serangan galau akut.

***

"Lo ngapain?!" teriak Dinda yang kaget dirinya bersandar di bahu Rivan, Rivan yang mendengar suara Dinda langsung terbangun dari tidurnya. Dirasa bahunya sengal karena menahan kepala Dinda namun ia tahan karena tak mau terlihat sakit di depan Dinda.

"Apaan sih lo, bikin kaget aja."cibir Rivan.

"Mampus." gumam Rivan yang langsung mengambil stetoskop nya diatas meja dan segera ke ruangannya.

"Mau kemana lo?"

"Ada praktek hari ini, tapi gue telat setengah jam."

"Lah, yaudah pergi sana." Dinda yang melihat Rivan memasang ekspresi dengan tenang malah membuat nya kesal.

"Iya ini mau pergi."

Dinda tersenyum-senyum sendiri melihat Rivan yang bahkan rela bahunya sampai sengal untuk menopang kepalanya yang berat.

Merasa haus, Dinda pun pergi ke kantin namun saat melihat dokter gadungan yang ia tuduh semalam, Dinda langsung memutar balik badannya dan berharap pria itu tak memanggilnya.

"Eh dokter gadungan mau kemana?" teriak Daffa yang melihat Dinda kabur darinya.

"Sialan, di ingat banget sih omongan gue waktu itu."

Dinda malah semakin mempercepat langkahnya, tapi ia kalah cepat dengan kaki Daffa yang panjang hingga saat ini Daffa berdiri tepat di depannya.

"Hayo, mau kemana?"

"Apaan sih! Gaje bet!"

"Eh bentar dulu." ucap Daffa yang langsung menarik lengan Dinda begitu Dinda hebdak pergi.

"Lo nggak mau minta maaf gitu sama gue?"

"Buat apa?"

"Nggak ingat kejadian semalam? Atau harus gue ingatin?"

"Semalam apaan, jangan bikin gue mikir keras." bohong Dinda yang berpura-pura tak tahu.

"Dinda!" terdengar suara Anetha yang memanggilnya dari jauh, Dinda langsung melepaskan tangan Daffa dari lengannya. Setidaknya Anetha telah menyelamatkannya saat ini.

"Kalau ketemu lagi lo harus minta maaf sama gue!"

"Ora!" teriak Dinda dari kejauhan, ia sengaja memilih bahasa daerahnya agar Daffa tak mengerti namun sepertinya Dinda salah besar karena Daffa tentu saja mengerti ucapan Dinda. Dirinya juga berasal dari daerah yang sama dengan Dinda.

"Nih anak diem-diem pdkt sama dokter baru." ucap Anetha sambil memicingkan matanya sementara Dinda hanya cengo tak percaya dengan ucapan Anetha barusan.

"Gila lo!"

"Gimana cowok mau mendekat kalau akhlak lo aja kek gini." miris Anetha.

"Lah ngapa? Bukannya lebih baik menunjukkan sikap asli daripada bagus di depan doang terus busuk di belakang?"

"Susah emang mau ngomong sama lo, orang yang beriman aja nggak akan paham sama jalan pikiran lo."

The Doctor Difficult WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang