Extra Part 2

10.2K 565 27
                                    

Lima tahun kemudian…

Saat ini Dinda sedang sibuk sendiri membuat makanan untuk mahluk-mahluk yang berada di rumah ini. Apalagi di tambah dengan kehadiran kedua anak kembarnya yang selalu meminta makan terutama Reva yang membuat Dinda kerepotan.

Begitu selesai operasi, ia langsung terburu-buru untuk pulang memikirkan kedua anak kembarnya yang di jaga oleh Diana dan Abimayu di rumah karena Rivan dan Dinda tak mau meminta baby sitter.

“Maa... Yeva mau bawa geyi pulang ya.” ucap Reva dengan nada cadelnya. Tampak Dinda yang berpikir keras untuk mengartikan maksud ucapan anak perempuannya ini.

“Itu yoh ma, geyi yang ada di atun pobob.” Jelas Revan cepat dan Dinda pun langsung mengerti karena sehari-harinya Dinda selalu menyetel televisi agar kedua anaknya itu menonton kartun. Maksudnya Geri peliharaan Spongebob.

“Geyi nya ada dimana nak?” tanya Dinda lembut.

“Itu ma, tadi Yeva liat ada geyi alam got ama ikus.”

“Ih Yeva olok main ama ikus,” ucap Revan serius. Dinda hanya menghela nafasnya. Ia benar-benar menyesal kenapa tidak berubah menjadi baik sebab Reva ini benar-benar hasil jiplakannya sendiri yang berbuat sesukanya dan ceroboh.

Berbeda dengan Revan. Gayanya saja sudah berbeda, dengan santainya Revan malah membaca buku-buku dongeng yang Rivan selalu belikan untuk anaknya yang suka membaca itu. Bahkan Revan meminta di belikan kacamata supaya terlihat seperti professor yang sering ia lihat di film kartun. Revan adalah hasil cetakan Rivan seratus persen.

“Revan jagain adek mu bentar ya? Mama sakit perut.” Ucap Dinda pada Reva sambil memegang perutnya yang tiba-tiba terasa mules.

“Iya ma. TV nya di hidupin ya ma.” Dengan terburu-buru Dinda pun segera melangkahkan kakinya untuk menghidupkan TV dan mencari serial kartun yang setiap harinya selalu di tonton oleh kedua anak kembarnya itu.

“Udah mama hidupin ya. Mama tinggal bentar, kalau ada apa-apa panggil mama ya? Jangan bukain pintu kalau ada orang yang manggil.” Revan hanya mengangguk saja. Sedangkan Reva malah memukul-mukul bantal sofa dengan tangan mungilnya. Sungguh kedua sifat yang jauh berbeda sekali.

“Wah polici nya kelen bang,” Gumam Reva saat melihat kartun yang memperlihatkan maling di kejar polisi.

“Iya Yev, itu ada maying makanya di kejal ama policinya.”

“Hah maying?” tanya Reva sekali lagi dan Revan pun mengangguk dengan pandangan yang tak pernah lepas dari kartun kesayangannya.

“Gawat bang! Kalau ada maying kita hayus telpon polici.” Ucap Reva yang langsung berdiri dan mengambil ponsel Dinda di atas meja. Tentu ia sudah di ajarkan oleh Rivan jika ada sesuatu harus menelpon nomornya atau polisi yang sudah Rivan ajarkan pada kedua anaknya. Karena Rivan juga khawatir jika ada sesuatu yang terjadi saat mereka berdua sekolah.

“Halo pak polisi?”

Polisi yang menerima telpon pun mengerutkan keningnya. Baru kali ini rasanya ia mendapat telpon dari anak-anak.

Iya, ada apa ya?” tanyanya.

“Pak, dicini ada maying.” Ucap Reva dengan suara cadel nya. Polisi itu pun berdiri dan khawatir.

Nama kamu siapa dan berapa umurnya?”

“Nama ku Yevalina umurnya balu lima tahun pak,”

Deg.

Jantungnya berdebar tak karuan begitu mendengar anak lima tahun dengan beranin nya menelpon polisi untuk melaporkan kejahatan.

The Doctor Difficult WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang