Part 29

7.7K 519 51
                                    

Terkadang, ketika kamu kecewa itu akan membuatmu menjadi lebih kuat.


***

Drrt Drrt Drrt.

Dinda yang merasa ponselnya bergetar, mulai meraba saku scrub nya.

Dr. Ayla Sp. Bs.

Melihat siapa yang kali ini menelponnya Dinda tentu saja langsung mengangkat panggilan telpon dari Ayla.

"Halo, ada apa Ay?" tanya Dinda.

"Halo, dok. Saat ini ada seorang pasien remaja berumur sembilan belas tahun kecelakaan mobil karena sedang makan mie sambil menyetir dan sumpit yang ia kenakan itu malah masuk ke dalam hidung sampai tembus ke otak belakang. Apa dokter bisa menyetujui operasinya?" Dinda terdiam sejenak.

"Kondisinya sekarang gimana?"

"Masih sadar."

"Bentar saya kesana sekarang." panggilan telpon langsung tertutup, Dinda melepaksan kacamata Rivan yang sudah ia pakai sedari tadi. Pening rasanya memakai kacamata Rivan yang memilik minus begitu tinggi.

Dinda menutup pintu ruangan Rivan dan segera berlari menuju IGD.

"Ini kenapa IGD jadi penuh?" gumamnya lalu Dinda masuk ke IGD.

"Kenapa IGD jadi penuh begini?" tanya Dinda pada Rangga yang sedang membaca hasil CT Scan.

"Lihat remaja yang disana, yang hidungnya masuk sumpit sampai otak belakang itu? Dia penyebab IGD jadi ramai." Jelas Rangga.

"Karena ulah dia yang makan mie lagi nyetir, semua orang harus terluka. Kurang lebih tiga belas mobil kecelakaan termasuk satu bis antar kota juga ikut terguling." Dinda hanya menganga tak percaya, hanya satu orang saja membuat kecelakaan separah ini.

Rangga melirik jam hitam yang melingkar ditangannya, kemudian ia menggantung stetoskop yang ia pegang dilehernya dan memanggil Rivan untuk mengikutinya.

"Rivan ayo helikopternya datang lima menit lagi!" teriaknya, Rivan yang sedang sibuk-sibuknya mengobati luka pasiennya itu bergegas mengikuti Rangga yang akan naik ke atap rumah sakit.

"H-helikopter? Sampai separah ini?"

Tak mau berdiam diri lebih lama, Dinda akhirnya pergi ke bed tiga tempat dimana pasien yang tertancap sumpit itu terbaring.

"Loh dia ini bukannya yang kemarin datang karena sindrom lorong karpal?" gumamnya pelan, Dinda tentu tak salah. Ia ingat sekali seorang remaja yang bertubuh gempal ini datang ke IGD pagi-pagi sekali dengan keluhan kesemutan dan rasa terbakar disekitar lengannya.

"CTS?" tanya Ayla begitu mendengar gumam Dinda barusan.

"Iya, waktu itu dia datang pagi-pagi kesini karena lengannya terasa sakit dan seperti terbakar katanya. Rangga yang periksa anak ini kemarin katanya sindrom lorong karpal dan waktu itu juga masig baik-baik aja katanya belum parah." Dinda semakin lama semakin curiga penyebab kecelakaan ini karena sindrom lorong karpal yang terjadi padanya, bisa saja kan saat ini sedang memegang sumpit tiba-tiba seluruh pergelangan tangannya terasa kaku dan sakit sampai tak bisa digerakkan.

"Ay coba CT Scan aja, biar jelas semuanya." tiba-tiba kondisi pasien itu mulai menurun.

"Nggak akan bisa Din, belum perpisiapan sampai selesai perlu waktu setengah jam sampai satu jam, anak ini harus dioperasi sekarang." tentang Ayla tiba-tiba kondisi pasien itu mulai menurun dan Dinda malah ragu akan menyetujui operasi ini atau tidak. Karena perasannya tak enak kali ini, ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

The Doctor Difficult WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang