Aku tak pernah peduli dengan rasa sakit yang terus menyiksa, selama kamu merasa baik-baik saja aku juga tak apa.
***
Saat gempa sedang terjadi, semua orang berlarian menyelamatkan diri tinggalah Dinda yang masih saja tertidur, untung saja saat itu Hafidzah yang baru keluar dari toilet begitu merasakan getaran yang cukup mengguncang.
Hafidzah yang melihat Dinda sedang tertidur di meja perawat terus membangunkannya namun Dinda malah tak kunjung bangun hingga akhirnya Hafidzah terpaksa mendorong tubuh Dinda lalu ia pegang agar tak terjatuh ke lantai.
Dinda yang tersadar ada seseorang menariknya terbangun dan terkejut begitu melihat di sekelilingnya runtuh.
"Din, ayo keluar sekarang nanti kita malah ketimpa bangunan kalau lama-lama disini." Dinda tentu saja mengangguk, tangannya sudah di tarik Hafidzah untuk keluar. Namun sayangnya mereka berdua terlambat karena Hafidzah sudah tertimpa runtuhan batu bersama Dinda yang ikut bersamanya.
Sementara Rivan dan teman-temannya masih berlindung di dalam tenda yang terkena guncangan, hampir dua puluh menit getaran gempa terjadi hingga pada akhirnya semuanya kembali runtuh dan mereka harus mencari kembali para korban yang ikut tenggelam tertimbun tanah.
"Van, rumah sakitnya juga ikut runtuh. Dinda dan Hafidzah dilaporkan hilang." ucap Gio yang baru saja menerima telpon.
Deg.
Rivan tentu panik bukan main begitu mendengar nama Dinda dilaporkan menghilang, Rivan langsung saja berlari ke arah rumah sakit dengan Kevin yang ikut dibelakangnya. Karena mau bagaimanapun juga Anetha sudah menyuruh menjaga Dinda selama berada disana, jika mereka tak mau terkena amukan dari ibu-ibu yang sedang hamil itu tapi selain itu juga Dinda adalah sahabat mereka, Kevin dan Rivan menolong Dinda tentu bukan karena hal itu.
Sesampainya disana, Rivan terus mencari Dinda sampai akhirnya menemukan Dinda dalam keadaan yang penuh luka, darah segar mengalir dari kepalanya bahkan tangan dan kakinya juga begitu. Wajahnya penuh dengan tanah.
"Van, bantuin gue bawa Hafidzah ke tenda. Lukanya parah." teriak Kevin dan Rivan langsung saja membantunya meninggalkan Dinda yang tentu membutuhkan pengobatan juga.
Tinggalah Dinda sendiri yang berjalan terpincang-pincang membawa kakinya yang penuh luka, Dinda mengambil tas medis yang berisi obat-obatan yang dibawa Rivan tadi. Dinda menolong seorang anak remaja pria yang terus berteriak meminta tolong.
"Nama kamu siapa?" tanya Dinda yang langsung membersihkan luka anak itu dengan alkohol sampai ia teriak kesakitan.
"Denis," jawabnya sambil merintih, Dinda mengambil spidol hitam yang ia gigit karena tangannya sedang sibuk membersihkan luka Denis, lalu ia menulis nama di tangan Denis.
Dinda terus membersihkan luka yang ada di tangan dan di kaki Denis.
"Luka kamu udah saya obati, sebaiknya kamu pergi ke tenda darurat disana banyak petugas medis yang bisa rawat kamu. Nggak baik kalau kamu lama-lama disini bisa-bisa luka kamu infeksi atau bisa jadi saja ada gempa lagi." ucap Dinda sambil memasukkan kembali peralatan yang ia keluarkan.
"Tapi dokter gimana? Dokter juga banyak luka, nanti kalau infeksi atau ada gempa lagi?"
"Saya nggak papa, saya masih bisa jalan nanti setelah semuanya selesai saya bakal nyusul kamu kesana. Tenang aja." Denis mengangguk, ia tak tega rasanya meninggalkan Dinda sendirian disini.
Dinda kembali berjalan dengan tubuhnya yang penuh luka, karena tak sanggup menyandang tas ditubuhnya ia hanya menyeret tas yang berisi peralatan medis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor Difficult Word
RomanceSekuel dari 🚑 He's My Romantic Doctor 🚑 [End] Judul pertama: Difficult Word Mengisahkan perjuangan cinta dari seorang dokter spesialis Anestesi yang bernama Adinda Nifsihani yang berusaha meluluhkan hati sedingin es layaknya kutub Utara dan Selata...