Tin tin tin.Dinda yang mendengar suara klakson dari pengendara mobil lain yang telah berada di sebelah mobilnya membuka kaca mobilnya dan bertanya apa yang terjadi sampai-sampai pengendara itu terus mengalkson mobilnya.
"Ada apa pak?" tanya Dinda dengan suara yang sedikit lantang karena saat ini ia berada di jalan raya yang terdengar bising jika tidak meninggikan suaranya.
"Kayaknya ada orang di bagasi ibu, tadi saya lihat ada tangan yang keluar dari situ." Ucap pengendara itu dan langsung pergi. Dinda yang terkejut langsung meminggirkan mobilnya ke tepi jalan dan memeriksa bagasi mobilnya.
Bisa saja kan orang yang memberitahunya itu bercanda? Atau perkataannya memang benar-benar serius ada seseorang di dalam bagasi mobilnya?
Tak mau rasa penasarannya itu terus menghantui pikirannya. Akhirnya Dinda memutuskan untuk turun dari mobil dan memeriksanya sendiri.
Begitu Dinda melihat ke belakang mobilnya, Dinda terkejut karena melihat lampu mobil kanannya copot. Sudah pasti benar yang dikatakan pengendara tadi bahwa ada seseorang yang sedang bersembunyi di dalam bagasi mobilnya.
Dengan takut-takut Dinda membuka bagasi mobilnya.
"AKH." Begitu Dinda membuka bagasi mobilnya, Prima yang berada dalam bagasi mobil Dinda langsung menendang perut Dinda sampai Dinda tersungkur ke jalan.
Prima yang melihat kondisi Dinda sedang kesakitan tak lagi menyia-nyiakan kesempatannya. Ia segera keluar dari bagasi mobilnya dan menyeret tubuh Dinda ke tempat yang sepi.
Namun sebelum itu terjadi, Dinda sudah duluan memberontak. Dengan tubuhnya yang kesakitan, Dinda menarik tangan Prima dan membantingnya sampai ia juga iku tersungkur karena tubuh Prima yang terlalu berat.
"Siapa kamu?!" Teriak Dinda pada Prima yang sedang tertawa-tawa berbaring di sebelahnya. Tangan Dinda menarik kerah baju yang dikenakan Prima.
Melihat Prima yang masih saja tertawa tanpa memberi Dinda jawaban membuat Dinda semakin lama semakin frustasi dibuatnya.
Dinda yang saat itu hendak menghajar Prima malah tersungkur lagi di jalan karena lagi dan lagi Prima menendang tepat di perut Dinda.
Sakit sekali rasanya. Kena tinju saja sudah sakit bukan main apalagi ini yang kena tendang.
Dinda memegang perutnya, ia meringkuk kesakitan bahkan sampai-sampai air matanya keluar saking sakitnya.
Dinda meraba kantung scrub nya untuk mencari ponselnya. Namun sialnya ponsel itu sudah tergelatak jauh dari tempatnya terbaring lemah saat ini.
Melihat Prima yang mengeluarkan jarum suntik dari kantung celananya membuat Dinda panik. Ia ingin kabur sejauh mungkin tapi tak bisa. Rasa sakitnya membuatnya tak bisa kemana-mana.
"Tolong..." Suara Dinda mulai melemah. Ini jalan raya dan kenapa tidak satu orang pun yang membantunya?
Bugh!
Tubuh Prima tersungkur ke depan saat seseorang menendangnya dari belakang. Samar-samar Dinda melihat siapa orang yang menolongnya.
"Udah gue duga... Lo pasti datang Rivan..." kekeh Dinda dengan matanya yang masih terpejam menahan sakitnya.
"Din, lo di apain sama Prima?" tanya Rivan panik. Dinda kira Rivan akan menanyakan apakah dirinya baik-baik saja. Namun lelaki ini jauh lebih peka dari drama-drama yang ia tonton.
Saat tokoh utama yang terluka biasanya akan ditanyakan oleh tokoh yang lain apakah ia baik-baik saja atau tidak, padahal jelas sudah terlihat kalau yang ditanya sedang terluka tentu saja jawabannya tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor Difficult Word
RomanceSekuel dari 🚑 He's My Romantic Doctor 🚑 [End] Judul pertama: Difficult Word Mengisahkan perjuangan cinta dari seorang dokter spesialis Anestesi yang bernama Adinda Nifsihani yang berusaha meluluhkan hati sedingin es layaknya kutub Utara dan Selata...