Kita memang bersama namun keadaan yang sudah tidak sama.
***
Di buat menunggu lama sampai berjam-jam lamanya, siapa yang tidak kesal?Harusnya saat ini Rivan sudah pulang, namun entah kenapa ia memutar balik arah stir mobilnya. Feeling nya mengatakan hal yang tidak enak akan terjadi.
Hampir setengah jam Rivan menunggu di depan restoran yang sudah beberapa saat yang lalu tutup membuatnya jengah, namun entah kenapa hatinya mengatakan untuk tetap berada disini. Dan benar saja feeling nya.
Tiba-tiba saja sebuah taxi datang dan turunlah seorang perempuan yang bajunya sudah ada noda darah dimana-mana, kepala yang di perban, dan tangannya yang sudah mengalir darah seperti tak di hiraukan lagi.
Melihat wanita itu tiba-tiba terjongkok, Rivan sudah siap untuk membuka pintu mobilnya dan Rivan berlari begitu melihat wanita itu pingsan.
"Dinda." Panggil Rivan berkali-kali sambil mengguncangkan tubuhnya, tak ada jawaban dari Dinda hingga Rivan mengangkat tubuh Dinda dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Begitu mobilnya terparkir di depan rumah sakit, Rivan turun dan menggendong tubuh Dinda lalu dibawanya ke IGD.
Karena sekarang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, keadaan rumah sakit pun sepi hanya ada beberapa dokter dan koas yang sedang berjaga IGD dan itu pun masih sibuk mengurus pasien lain yang berdatangan.
Rivan mengambil stetoskop dan memakai sneli dari tasnya, saat menyingkap baju operasi Dinda yang sudah terkena darah. Rivan hanya menganga tak percaya dengan apa yang di alami Dinda saat ini.
Darimana ia dapat luka tusuk seperti ini?
Dengan cekatan Rivan pun menjahit kembali luka di perut Dinda, ia juga mengganti perban di kepala Dinda lalu membersihkan darah yang berada di tangannya dan memasang kembali infus yang harusnya Dinda tak mencopot paksa.
Setelah semuanya selesai, Rivan meminta tolong kepada Fila untuk menggantikan pakaian Dinda yang sudah terkena noda darah banyak.
"Fil, gantiin baju Dinda ya." ucap Rivan begitu melihat Fila yang sedang termenung di meja perawat.
"Lah tuh anak dah pulang? Tadi katanya kabur."
Rivan tak menggubris ucapan Fila, ia hanya tersenyum tipis lalu pulang.
Saat sudah berada di mobilnya entah kenapa Rivan malah gusar, ia mematikan mobilnya dan mengacak rambutnya frustasi. Rivan menarik tasnya dan turun dari mobilnya.
"Loh katanya mau pulang?" tanya Fila yang heran dengan kehadiran Rivan disini, Rivan saja bingung dengan dirinya sendiri kenapa ia lebih memilih tinggal daripada pulang ke rumah.
"Nggak jadi." Jawabnya singkat lalu menyibakkan horden namun yang di carinya malah tak ada.
"Dinda udah di pindahin ke ruangan." ujar Fila yang tahu apa yang di khawatirkan oleh Rivan, tanpa menjawab apa-apa lagi Rivan langsung pergi ke ruangan yang di maksud oleh Fila.
Begitu menemukan ruangan mana yang Fila maksud, Rivan langsung membukanya dan melihat Daffa yang sedang membetulkan infusnya.
"Ngapain lo disini?" tanya Daffa namun bukannya menjawab Rivan malah membalikkan pertanyaan.
"Gue yang harusnya tanya sama lo, lo ngapain disini?"
"Gue? Nggak ada, cuma kasihan aja. Tadi gue yang bawa Dinda kesini pas ditusuk sama wali pasien gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor Difficult Word
RomanceSekuel dari 🚑 He's My Romantic Doctor 🚑 [End] Judul pertama: Difficult Word Mengisahkan perjuangan cinta dari seorang dokter spesialis Anestesi yang bernama Adinda Nifsihani yang berusaha meluluhkan hati sedingin es layaknya kutub Utara dan Selata...