Part 49

9.5K 570 63
                                    


Ayla keluar dari ruang operasi begitu tugasnya telah selesai. Sambil mengusap tengkuk lehernya yang pegal, Ayla tetap berjalan menuju ke ruangannya.

Saat dirinya sudah hampir sampai. Tiba-tiba ada yang menarik lengannya, Ayla yang saat ini memejamkan matanya karena ketakutan perlahan membukanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Daffa yang menariknya.

"L-lo mau ngapain?" tanya Ayla yang mendadak langusung terbata-bata saat mengeluarkan suaranya. Sebisa mungkin Ayla untuk tak gugup jika sedang bersama Daffa.

"Menurut lo gue kesini karena apa?"

"Kan tadi lo yang bilang sendiri kalau mau lihat Rivan. Kenapa juga lo malah mengulang hal yang sama?"tutur Ayla yang terdengar kesal.

"Ternyata lo masih sama Ay. Gue kira udah berubah. Lo tetap Ayla yang dulu, yang dingin dan cuek." Ucap Daffa sedih sementara Ayla hanya diam saja. Ayla mencoba melepaskan cengkraman lengannya dari Daffa namun semakin Ayla memberontak Daffa malah mencengkramnya semakin erat.

"MAU LO ITU APA SIH?!" teriak Ayla geram karena tangannya tak kunjung di lepas dari Daffa.

Melihat Daffa yang hanya diam sedari tadi membuat Ayla bertambah kesal. Ingin sekali rasanya Ayla meninju wajah Daffa namun ia tak bisa dan tak akan setega itu.

"LEPAS NGGAK. GUE BILANG LEPAS!" Tampak mata Ayla yang berkaca-kaca dibuatnya. Namun Daffa yang sudah melihat itu pun tetap tak peduli dengan Ayla yang mau menangis atau tidak.

"Kenapa lo nggak mau lepas tangan gue? Kenapa baru sekarang lo muncul? Kenapa juga gue malah khawatir dan memikirkan lo setiap hari?"

Daffa meneguk salivanya saat mendengar ucapan Ayla barusan. Pengakuan Ayla yang selama ini ia tunggu-tunggu.

"Enam bulan semenjak lo pergi. Tanpa pamit, dan tanpa kabar gue selalu khawatir. 'Kabarnya baik nggak ya disana' 'kira-kira dia sedang apa ya disana?' 'dia sehat atau tidak ya disana'. Gue selalu memikirkan hal yang sama berulang kali dalam satu hari. Otak gue nggak bisa lepas dari lo, sedetik pun nggak pernah lepas. Dalam kesibukan pun gue tetap memikirkan lo yang sama sekali nggak pernah mengirim kabar atau say hi. Dan sekarang lo dengan mudahnya muncul tanpa rasa bersalah di hadapan gu-"

Ayla yang belum selesai berbicara mendedak omongannya yang langsung terpotong begitu Daffa menarik lengan Ayla yang sedari tadi ia pegang. Daffa tak menutup mulut Ayla dengan tangannya, tapi membungkam nya dengan bibirnya.

Awalnya Ayla terkejut melihat Daffa yang mendadak mencium nya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Namun kelamaan Ayla luluh, mau seberapa keras ia menepuk Daffa agar melepaskannya ia tahu pria ini tak akan begitu mudah melepasnya.

Ayla juga tak bisa bohong tentang perasaannya yang selama ini ia pendam. Uring-uringan tak jelas dan selalu bengong karena memikirkan keadaan Daffa.

Tangan Ayla yang tadinya mencengkram scrub Daffa. Perlahan sudah berpindah ke leher Daffa, Ayla juga menikmatinya.

Biasanya saat Ayla di sentuh oleh pria lain. Ayla selalu mengingat masa lalunya yang membuatnya takut untuk membuka hatinya kembali. Namun Daffa berbeda, awalnya memang Ayla benci dengan Daffa yang begitu gencar mendekatinya dan hal itu tentu membuat Ayla merasa risih.

Namun seiring berjalannya waktu. Ayla semakin lama semakin nyaman dengan keberadaan Daffa yang membuatnya merasa aman dan tanpa ia sadar perasaannya pun mulai tumbuh.

Perasaan yang membuat Ayla ragu akan Daffa yang bisa atau tidak menerima kekurangannya karena sudah kotor. Perasaan yang membuat Ayla takut jika Daffa akan meninggalkannya karena alasan itu.

Siapa yang sangka Daffa tetap pada pendiriannya dan teguh dengan perasaannya pada Ayla.

Daffa kemudian melepaskan ciumannya dan melihat bibir Ayla yang sedang tersenyum sambil merunduk. Ia tak membalas senyuman Ayla barusan. Kedua tangannya yang berada di pinggang Ayla langsung memutar tubuhnya dan saat ini tubuh Ayla sudah bersandar pada dinding.

The Doctor Difficult WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang