Walaupun kita sibuk dalam masing-masing pekerjaan. Kenapa hati kita selalu saja mengatakan bahwa kamu dan aku selalu dipersatukan?
***
Keadaan Dinda semakin membaik semenjak tak dapat kunjungan dari Rivan dan teman-temannya, Rivan mengucapkan syukur begitu tahu kabar baik itu.
Selama ini Rivan sama sekali tak mengunjungi Dinda dan ternyata kondisi Dinda malah semakin membaik. Mungkin Dinda tertekan dengan kehadiran Rivan yang membuat kondisinya semakin terpuruk.
Tapi selama itu bukan berarti Rivan hanya diam dirumah, jawabannya tentu saja tidak. Rivan bahkan kesana tapi hanya menunggu diluar rumah sakit. Ia hanya berdiri dan menatap ke lantai atas dimana kamar Dinda berada.
Seperti itulah hari-hari Rivan yang hanya menunggu dua sampai tiga jam diluar, setelah memastikan itu Rivan kembali pulang ke rumah dan jika dirinya merasa khawatir, Rivan akan kembali lagi kesana.
Melihat Dinda yang sudah di ijinkan untuk pulang ke rumah membuat Rivan hanya tersenyum senang, saat ini ia tengah memandang dari jauh. Dinda yang baru keluar dari rumah sakit bersama keluarganya tengah menunggu taksi.
Senyum lebar terbit diwajahnya sepertinya Dinda sudah mengingat siapa orang tuanya tapi tidak dengan dirinya. Dinda sama sekali tak mengingat Rivan, karena jika Dinda mengingatnya Rivan pasti sudah dipanggil dan disuruh kesana.
"Lo nggak perlu lagi kesini Van," ucap seseorang padanya, Rivan lalu membalikkan badannya dan menemukan Susi yang sepertinya sedang istirahat.
"Eh kak." Ucap Rivan sungkan, Susi hanya tersenyum dan memberi kode menepuk-nepuk bangku yang masih kosong disebelahnya itu. Rivan yang seolah paham dengan maksud Susi menyuruhnya untuk duduk disebelahnya langsung berjalan kearah Susi dan duduk disebelahnya.
"Masih belum move on nih sama Dinda nya?" Kenapa semua orang menananyakan hal itu? Bahkan Rivan sampai panas sendiri dibuatnya, dikira move on segampang itu.
"Nggak mau move on juga kak," jawab Rivan singkat.
"Udah sama aku aja ya? Sayang banget nih cowok cakep kayak kamu dianggurin." Canda Susi yang membuat Rivan hanya terkekeh pelan.
"Padahal banyak loh Van temen-temen seangkatan aku nanyain kamu, apalagi setelah mereka tahu hubungan kamu kandas eh bukan maksud aku gimana ya..." Susi seperti kesusahan menjelaskan situasinya, ia bahkan sampai bingung sendiri bagaimana menjelaskan yang terjadi antara Rivan dan Dinda.
"Kakak aja bingung kan menjelaskan situasi nya gimana? Apalagi aku.." ujar Rivan lesu.
"Yang tabah aja Van, percaya sama Tuhan. Mana tahu aja ingatan Dinda bisa balik lagi." Rivan tentu saja langsung mengangguk.
"Semoga aja, dan kalau nggak balik lagi. Aku mintab tolong sama yang lain jangan buat Dinda ingat kejadian ini. Aku nggak mau lihat dia terpuruk lagi."
"Jadi hubungan kalian gimana?" tanya Susi bingung.
"Ya gitu, cuma aku aja yang masih anggap dia sebagai pacar Dinda sendiri nggak tahu. Kalau dia nggak ingat yaudah nggak papa." Susi hanya diam, ia justru kasihan dengan Rivan yang sudah bersikap tegar dari kemarin.
Saat ini Rivan sedang mengganti pakaiannya dengan scrub, sama seperti dengan teman-temannya yang lain. Rivan menjadi koass di rumah sakit Medistra.
Dan takdir seolah memainkan hidupnya, kali ini Dinda satu kelompok koass bersamanya. Tentu Dinda tak ingat apa-apa bahkan ia sempat terbalik saat menyebutkan namanya dan Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor Difficult Word
RomanceSekuel dari 🚑 He's My Romantic Doctor 🚑 [End] Judul pertama: Difficult Word Mengisahkan perjuangan cinta dari seorang dokter spesialis Anestesi yang bernama Adinda Nifsihani yang berusaha meluluhkan hati sedingin es layaknya kutub Utara dan Selata...