Malam ini Rivan di tugaskan untuk jaga malam bersama Rangga, harusnya Rivan jaga malam bersama Anetha. Tapi karena Rangga tak tega membiarkan istrinya yang sedang hamil itu jaga malam dan tentunya akan berlari kesana kemari membuat Rangga akhirnya memutuskan agar dirinya yang menggatikan Anetha."Masih marahan sama Dinda?" tanya Rangga, karena sedari tadi tampak wajah Rivan yang pucat dan hanya diam.
Rivan hanya tersenyum simpul lalu kembali lagi dengan ekspresi biasanya yang kaku dan dingin itu, bahkan Rangga pun sampai heran sendiri dengan sifat Rivan yang jauh berbanding terbalik dengan dirinya yang ceria dan penyabar.
"Dok, ada pasien luka tembak yang akan datang kesini!" ucap Fila memberi tahu pada Rivan dan Rangga yang sedang mengobrol saat ini. Rivan mendengar itu langsung berdiri, jarang rasanya ada pasien luka tembak yang di datangkan kesini.
Rivan berlari menuju ke luar untuk menolong pasien luka tembak itu yang baru turun dari ambulance. Begitu pintu ambulance dibuka, Rivan terkejut bukan main melihat siapa yang terbaring lemah dengan bersimbah darah disana.
Dia adalah Dinda, matanya sudah terpejam dan bajunya sudah banyak noda darah. Rangga yang berada di belakang Rivan segera naik ke brankar dan melakukan kompres dada. Rangga tahu kalau Rivan tak bisa melakukan apa-apa melihat siapa yang datang menjadi pasiennya.
Mata Rivan sudah memerah, sesak terasa di dadanya. Untuk bernafas saja rasanya sulit. Dengan perlahan-lahan, Rivan datang ke IGD. Kedua tangan dan kakinya bergemetar.
"Siapkan infus dan cek darah!" teriak Rangga panik, ia terus melakukan kompres dada pada Dinda yang masih saja terpejam.
Dari luar, Rivan hanya menatapnya saja. Ia sama sekali tak berani masuk ke dalam untuk menolong Dinda. Ia ketakutan.
"Tekanan darah enam puluh per empat puluh. Saturasi darah delapan puluh." Jelas Fila yang ikut membantu Rangga.
"Tekanan darah pasien rendah, gunakan keduanya. Dan siapkan darahnya. " Perintah Siska dan Fila menuruti perintahnya.
"Lukanya menyebabkan pneumotoraks dan hemotoraks, kita butuh intubasi dada." Pneumootoraks adalah paru-paru kempes, kondisi ini terjadi ketika udara bocor ke ruang di antara paru-paru dan dinding dada. Sementara hemotoraks adalah kondisi dimana darah terkumpul diantara dinding dada dan paru-paru.
"Siapkan tranfusi darah dan minta rontgen." Lanjut Rangga pada Fila.
"Baik dok." Fila segera berlari, sementara Rivan masih melihatnya dari luar. Ia tak berani masuk.
Mata Rivan mengikuti kemana langkah Rangga berada, kali ini Rangga keluar dari IGD dan berbicara padanya.
"Kondisnya sangat parah, lukanya mengakibatkan paru-paru Dinda bocor. Kami akan memasukkan selang ke paru-parunya setelah itu keluarkan pelurunya." Jelas Rangga yang langsung pergi.
"Aku pernah punya ibu, setelah kehilangan dia aku menderita. Itu sebabnya aku bertekad dan berjanji pada diri sendiri, tak akan pernah lagi kehilangan siapapun." Tangan Rivan bergetar dan ia kepalkan dengan sangat kuat saat memikirkan kematian ibunya yang ia saksikan sendiri. Hal ini mengingatkan kejadian itu, mata Rivan sudah semakin memerah.
"Aku berjanji tak akan hidup bahagia." Rivan terus menyalahkan dirinya, pandangannya tak lepas dari Dinda yang sedang terbaring lemah disana. Tatapan matanya benar-benar kosong.
"Aku berjanji untuk menjalani hidup, tanpa mimpi akan masa depan." Rivan tak pernah sekalipun memikirkan hal ini, karena jika ia pikirkan masa depan semuanya akan hancur. Rivan tak pernah berkinginan menjadi dokter, ia juga tak pernah bermimpi untuk menjadi spesialis jantung. Saat dirinya bertemu dengan Dinda, baru itulah ia memiliki tekad yang kuat untuk mengambil spesialis jantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor Difficult Word
RomanceSekuel dari 🚑 He's My Romantic Doctor 🚑 [End] Judul pertama: Difficult Word Mengisahkan perjuangan cinta dari seorang dokter spesialis Anestesi yang bernama Adinda Nifsihani yang berusaha meluluhkan hati sedingin es layaknya kutub Utara dan Selata...