Part 13

8.8K 600 41
                                    

Wanita sangat rentan mengidap diabetes sebab ia sering sekali menelan janji manis.

***


"Ayla!" merasa ada seseorang yang memanggilnya, Ayla pun membalikkan badannya dan melihat Daffa sedang berlarian ke arahnya.

"Kenapa?" tanyanya heran.

"Temenin gue, plis."

"Temenin kemana? Kebelet pipis?"

"Ya Allah gue bukan anak sekolah yang kalau mau pipis minta antarin orang." Ayla terkekeh mendengar jawaban Daffa.

"Terus kemana nih maksudnya?"

"Temenin gue ke pasar, beli perlengkapan popok sama kain bedong."

"Emang rumah sakit nggak sedain?"

"Ada, tapi buat jaga-jaga aja takutnya malah habis." bohong Daffa dan bodohnya Ayla malah percaya.

"Yaudah, gue ganti baju dulu. Berangkat sekarang kan?" Daffa langsung gelapan dibuatnya, padahal ia ingin berangkat nanti malam.

"Hah? Eh iya, boleh sekarang aja biar nggak kemalaman." Ayla pun berlalu begitu saja meninggalkan Daffa yang berdiri mematung dibuatnya, niat Daffa hanya ingin meminta maaf atas kesalahannya waktu itu tapi entah kemapa rasanya hanya mau meminta maaf saja membuatnya senang bukan main.

Niat hati ingin memakai mobil tapi tak bisa karena jalanan terlalu sempit untuk memakai mobil jika ingin ke pasar, terpaksa lah Daffa membawa motor yang ia pinjam oleh masyarakat setempat. Nampak wajah Ayla yang agak kaget.

"Maaf ya, nggak bisa bawa mobil kalau mau ke pasar. Jalanannya sempit jadi harus pakek motor, kalau lo nggak mau juga nggak apa kok gue bisa sendiri."

"Nggak papa, dari pada gue juga suntuk disini mending gue ikut lo aja." Daffa merasa lega mendengar penuturan Ayla yang sama sekali tidak keberatan jika di bonceng menggunakan motor.

Daffa mengengkol motor gigi yang dipinjamnya, dalam satu kali engkolan motor itu langsung menyala dan Ayla yang melihat itu langsung menaiki motor yang dibawa Daffa.

Daffa melajukan motornya dengan sangat pelan dan hati-hati begitu menemui jalan kecil yang dipenuhi lumpur.

"Ay, angkat kakinya kalau nggak mau kotor." teriak Daffa.

"Sebelum lo bilang juga udah gue angkat." Daffa hanya mengangguk, ia tak lagi sibuk berbicara dengan Ayla karena saat ini dirinya tengah berperang dengan keseimbangan yang harus ia pertahankan jika tak mau terjatuh bersama di dalam jalanan yang becek dan penuh lumpur akibat hujan deras yang mengguyuri Pulau Lombok ini tadi malam.

Seperti melewati jalanan yang tak berujung, Daffa melajukan sepeda motornya dengan sangat lambat. Peluh keringat telah membanjiri dahi Daffa, hingga akhirnya jalanan yang kecil dan penuh lumpur itu akhirnya berhasil ia lewati.

Mereka berdua bernafas lega, setidaknya saat pergi ia tak terjatuh belum tahu kalau baliknya. Jangan sampai saja.

"Tahu gitu nggak usah aja ke pasar." gumam Daffa yang membuat Ayla terkekeh pelan mendengarnya.

"Harusnya lo nggak lupa Daff, pertama kali kita kesini kan udah di suruh jalan lewat jalanan yang itu juga." Daffa yang mendengar itu langsung menepuk jidatnya, astaga bodoh sekali rasanya ia melupakan hal itu.

"Goblok, aku lali ae." gumamnya pelan, Ayla mengernyit heran ia merasa tak asing dengan bahasa ini.

"Lo orang Jawa ya?"

"Surabaya."

"Oh, sama dong kayak Dinda?" Daffa yang mendengar nama Dinda di sebut-sebut langsung memutar bola matanya malas.

The Doctor Difficult WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang