Part 41

7.3K 484 29
                                    

Hafidzah memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah yang sangat besar, bahkan Rivan sendiri sampai heran. Ini rumah siapa?

Seingat Rivan, Hafidzah tak pernah mempunyai rumah yang sebesar ini kecuali rumah orang tuanya.

Penjagaan rumah itu sangatlah ketat, bahkan sampai ada bodyguard dimana-mana. Kalau begini ceritanya bakalan sulit untuk masuk kesana.

Saat ini Rivan sedang berpikir, ia bingung harus bagaimana dengan para pengawal Hafidzah yang begitu banyak disana. Mau memanjat pagar rasanya sungguh tak mungkin karena disana ada CCTV.

"CCTV." Gumam Rivan pelan, ia lalu mengambil laptop yang berada di jok belakang mobilnya.

Tangan Rivan tak pernah menjauh dari keyboard laptopnya, yang ada di pikirannya saat ini meretas semua CCTV yang ada di sekitar rumah Hafidzah.

Jangan tanya Rivan bisa tahu cara ini darimana, bahkan Rivan sendiri pernah membantu Rangga untuk menemukan keberadaan Samuel dan mendapatkan data-data penggelapan dana rumah sakit yang terbilang rahasia itu bisa dengan mudah ia dapatkan.

Begitu selesai, Rivan menutup langsung laptopnya dan segera turun dari mobilnya. Ia membenarkan topinya dan mengecek pistol yang sudah ia bawa.

Dengan sangat hati-hati Rivan memanjat pagar tembok tinggi itu, begitu sampai di puncak Rivan turun dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara.

Rivan berjalan mengendap-ngendap, tiba-tiba ada dua orang penjaga yang tahu kalau ada penyusup yang masuk kesini.

Sial.

Rivan menghela nafasnya panjang, sudah lama sekali ia tak mengeluarkan gerakan beladiri yang ia pelajari dari sma ini. Dulu Rivan sempat menjadi petinju bayaran, itulah sebabnya celengan Rivan penuh dan akhirnya terpakai untuk membantu uang kuliah semester Dinda.

Brak!

Dengan satu pukulan, penjaga itu segera tersungkur. Kali ini Rivan lengah karena satu penjaga lainnya telah memegang kerah jaketnya.

Walaupun begutu Rivan tak mau kalah, ia menyikut perut seorang penjaga itu hingga meringis. Setelah itu Rivan memegang tangannya dan membantingnya hingga terjatuh.

Rivan membetulkan topi nya dan berjalan lagi agar bisa masuk ke dalam rumah itu, kali ini ia datang seorang diri tanpa meminta bantuan dari Siska ataupun Arinal. Rivan tak mau membebankan mereka lagi.

"Siapa disana?" teriak penjaga lain yang sedang berkeliling di sekitar rumah Hafidzah, Rivan meringis lagi. Berapa banyak penjaga Hafidzah ini?

Tanpa mempedulikan teriakan dari penjaga yang lain, Rivan berjalan dengan cepat bahkan sangat cepat. Seorang penjaga itu merasa aneh melihat Rivan yang langsung berlari dan penjaga itu pun langsung mengejar Rivan.

Rivan berhenti, ia membalikkan bandannya dan langsung memukul wajah penjaga itu namun dengan cepatnya penjaga itu mengelak dan wajah Rivan terpukul.

Saat hendak membalas, tiba-tiba keluar satu rombongan penjaga yang lain. Ada sekitar dua belas sampai lima belas orang saat ini.

Rivan kembali memukul penjaga yang lain, satu demi satu tumbang. Namun itu hanya sebagian belum semua. Saat Rivan membalikkan badannya untuk menghajar yang lain, perut nya tertendang. Ia terdiam sejenak untuk menetralkan kembali kondisinya yang sakit karena terkena tendangan.

Penjaga yang lain hendak memukul wajah Rivan namun Rivan berhasil menangkisnya, ia menarik lengan penjaga itu dan langsung memukulnya.

"Akh..."

Begitu melihat penjaga yang lain itu terjatuh, wajah Rivan terkena lagi tendangan hingga ia meringis kesakitan.

Rivan tertangkap begitu ia terjatuh ke tanah, penjaga yang sudah di kalahkan oleh Rivan tadi itu segera berdiri dan membawa Rivan ke dalam. Rivan terus menggerakan badannya agar terlepas namun ia tak kuat.

The Doctor Difficult WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang