Part 38

7.1K 483 22
                                    

Sesampainya di rumah sakit Medika, Dinda memakirkan mobilnya. Ia turun dengan semangat sampai tak sadar ia bersenandung.

Dinda yang saat ini sedang memegang tas kecil dan sneli di tangan kirinya, sementara tangan satunya ia gunakan untuk memegang burger yang ia beli sebelum ia sampai kesini.

Bukan karena ada panggilan, Dinda kesini hanya karena ingin mengecek kondisi pasiennya yang tadi malam baru selesai di operasi.

"Eh ayam ayam, beranak kaget!" latah Dinda saat melihat seseorang yang mendadak muncul di hadapannya.

"Sejak kapan ayam beranak Din?" tanya Rivan sambil terkekeh pelan.

"Namanya juga kaget pak,"

"Nggak gitu juga kali kaget nya ibu." Dinda hanya mengercutkan bibirnya sebal.

"Mau ngapain kesini?"

"Mau ketemu kamohh dong," jawab Dinda kumat sementara Rivan tak terlalu menggubrisnya.

"Minta dung itu," Dinda sempat bingung dengan perkataan Rivan barusan.

"Apanya?"

"Burgernya itu loh." Dinda lalu menyodorkan burger nya tapi tak jadi. Melihat itu membuat Rivan langsung kecewa, Dinda juga tentu merasa tak enak karena burger itu sudah ia makan. Dan mana mungkin ia berikan bekas gigitannya itu pada Rivan.

"Eh nggak usah deng, udah bekas gue soalnya nanti aja gue bellin. Oke?" tampak raut Rivan yang langsung berubah mendengarnya.

"Nggak oke,"

Drrt Drrt Drrt.

Merasa ada sesuatu yang bergetar di saku scub nya, Dinda mengambilnya dengan cukup sulit karena kedua tangannya sedang penuh memegang barang-barang yang lain.

Rivan yang saat ini hanya diam, tiba-tiba melakukan sesuatu yang membuat Dinda sangat terkejut.

Tangan Rivan sudah memegang tangan kanan Dinda yang sedang memegang burger, Rivan kemudian menundukkan wajahnya dan memutar burger yang ada bekas gigitan dari Dinda.

Rivan lalu melahap bagian itu, Dinda langsung melotot tak percaya dengan yang dilakukan Rivan kali ini.

"Lo apa-apaan, jijik tahu bekas gue itu!" teriak Dinda heboh.

"Ngapain jijik karena bekas gigitan pacar sendiri?" bisik Rivan tepat di telinga Dinda, bahkan Dinda sampai merinding sendiri dibuatnya. Bagaimana tidak, posisi Rivan kali ini sangat dekat dengannya bahkan Dinda sendiri bisa merasakan deru nafas Rivan saat berbisik di telinganya.

Wajah Dinda langsung berubah merah padam saking malunya dengan perlakuan Rivan yang mendadak aneh.

Dinda lalu mendorong tubuh Rivan agar menjauh darinya tapi sialnya Rivan tak goyah sama sekali.

Dinda terus membuang mukanya karena kali ini ada Rivan yang menatap matanya begitu intens, entah apa yang dilakukan Rivan kali ini Dinda sendiri pun juga tak paham.

Selain Rivan mengigit bagian burker bekasnya tadi, Rivan juga membuat Dinda sendiri terkejut bukan main.

Cup.

Mata Dinda membulat sempurna. Kakinya sudah terlemas begitu juga dengan tubuhnya yang memberikan reaksi panas dan dingin.

Kejadiannya terjadi begitu cepat, untuk yang kedua kalinya Rivan kembali mengecup pipi Dinda.

"Waktu itu kan baru yang kanan, sekarang gantian yang kiri." Ucap Rivan sambil tersenyum sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Dinda yang hanya berdiri dengan keadaan baper sampai ke tulang-tulang.

The Doctor Difficult WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang