Sesampainya Dinda di kos-kosannya, ia menutup pintu dan kembali menguncinya karena kali ini dirinya yang pulang paling malam diantara teman-temannya yang lain yang saat ini sudah tertidur.
Kali ini Dinda baru pulang bekerja sambilan untuk biaya semester kuliahnya yang minta ampun mahalnya, sebenarnya ada uang untuk membayar kuliahnya hanya saja ada yang lebih penting dari kuliahnya sendiri.
Yaitu bapaknya yang saat ini sedang sakit jantung, tadi pagi Abimayu kembali masuk ke rumah sakit karena penyakit jantungnya kumat. Karena biaya rumah sakit yang cukup besar terpaksalah Dinda mengirimkan uang kuliahnya untuk membayar biaya perawatan dan pengobatan Abimayu.
"Loh kok belom tidur?" Tanya Dinda pada Anetha yang saat ini sedang berdiri di depan pintu kamar mereka.
"Nungguin lo, habisnya lo lama banget pulangnya nyampe udah jam dua belas gini juga." Dinda yang merasa terharu karena ada yang menunggunya pulang hendak memeluk Anetha tapi Anetha malah langsung mendorong tubuh Dinda. Lebay katanya.
"Udah buruan masuk, tidur besok kuliah pagi kan lo?" Dinda mengangguk lesu dan segera masuk ke kamarnya.
Malam ini ia tak bisa tidur, entah kenapa ucapan Rivan tadi sore membuatnya kepikiran sampai seperti ini.
Dinda menghela nafasnya berkali-kali berharap agar ucapan Rivan tak lagi menganggu pikirannya namun bukannya menghilang malah semakin lengket di otaknya.
"Kalau dilihat-lihat Rivan juga ganteng sih," gumamnya sendiri tanpa sadar, Anetha yang masih bangun dan belum tertidur mendengar ucapan Dinda langsung terlonjak kaget.
"Apa? Rivan kenapa?" Tanyanya heboh sampai terduduk, Dinda yang melihat Anetha mendengar ucapannya langsung kaget dan merutuki kebodohannya yang bersuara terlalu keras.
"Hah? Nggak ada, Rivan nggak papa. Kenapa emangnya?" Tanya Dinda canggung, Anetha memicingkan matanya dan curiga dengan ucapan Dinda yang nadanya mendadak berubah menjadi aneh.
"Lo suka ya sama Rivan?" mulut Dinda langsung terdiam layaknya pintu yang sedang dikunci, sama sekali tak bisa terbuka. Mulutnya tertutup rapat, seolah menerima ucapan Anetha barusan.
"N-nggak, m-mana mungkin Rivan itu teman sekelas dan udah bantuin gue. J-jadi ya nggak bakalah gue suka sama Rivan." Jelas Dinda yang sudah panas sendiri, ini kenapa Dinda mendadak jadi mengibas-ngibaskan rambutnya?
"Lagi iklan shampo lo ngibas-ngibasin rambut panjang lo ke arah gue sekarang?"
"Nggak Neth, gue merasa panas aja." Jawab Dinda yang kali ini tengah mengibaskan baju kaosnya. Anetha tentu saja tak sebodoh itu akan tertipu dengan ucapan Dinda, Mana pernah!
"Udah cerita aja sama gue nggak papa, rahasia lo aman sama gue." Ucap Anetha meyakinkan Dinda yang tampak ragu-ragu ingin bercerita atau tidak.
"Janji lo ya jangan sampai ada yang tahu?" Anetha mengangguk mantap, mana mungkin ia mengingkari janjinya.
"Tadi sore Rivan nembak gue,"
"What the puk, kapan dekatnya nih? Kok bisa?" Mendadak Anetha malah kaget sendiri mendengarnya, Rivan cowok paling cuek dan nggak pernah jatuh cinta itu nembak cewek? Paling cuma pelampiasan yakin!
"Katanya sih mau buat mantannya itu cemburu," Wait wait. Mantan?
"Hah? Mantan? Mantan yang mana nih? Mantan Rivan mah banyak Din, asal lo tahu aja tuh cowok satu udah terkenal dengan cap kadal eh buaya karena suka main cewek tapi aslinya nggak pernah punya perasaan."
"Nggak punya perasaan gimana?" Tanya Dinda yang sudah penasaran, Anetha tersenyum miring. Ia tahu kalau perasaan Rivan kali ini benar-benar tulus pada Dinda bukan seperti pada mantan-mantannya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor Difficult Word
RomanceSekuel dari 🚑 He's My Romantic Doctor 🚑 [End] Judul pertama: Difficult Word Mengisahkan perjuangan cinta dari seorang dokter spesialis Anestesi yang bernama Adinda Nifsihani yang berusaha meluluhkan hati sedingin es layaknya kutub Utara dan Selata...