Bab 25 : sial lagi

54.1K 3.9K 38
                                        

Kayla sudah menunggu dengan bosan gilirannya untuk konsultasi. Sudah 1 jam lebih Kayla menunggu tapi namanya tak kunjung dipanggil. Ini gara-gara nomor absennya yang berada di urutan nomor 3 paling bawah membuatnya harus rela menunggu.

Sambil menunggu ia memainkan ponselnya, Kayla juga sudah meminta maaf pada kak Aldi karena mendadak tak bisa datang. Benar-benar sial hari ini

Tinggal 6 orang lagi namanya akan dipanggil, suara adzan tiba-tiba sudah berkumandang. Pak Satya mengajak sisa mahasiswa yang belum konsultasi untuk menunaikan sholat terlebih dahulu di mushola.

Semua mahasiswa berjumlah 9 termasuk Kayla mengikuti pak Satya menuju mushola yang berada di lantai yang sama dengan kelas mereka konsultasi. Mereka menunaikan sholat berjamaah di mushola yang di imami oleh pak Satya.

Kayla semakin jatuh cinta dengan pak Satya. Selain ganteng, tinggi, pintar tentu saja, pak Satya juga sosok lelaki yang taat beribadah. Benar-benar suami idaman kaum hawa.

Kayla sudah membulatkan tekatnya untuk terus berjuang mendekati pak Satya walau ia tau pak Satya sudah dijodokan. Sebelum janur kuning melengkung ia masih memiliki kesempatan. Tapi Kayla bingung harus mendekati dengan cara apalagi.  Ia sudah cukup lama menjauh dari pak Satya, rasanya canggung kalau tiba-tiba ia mendekat dan mengganggu pak Satya seperti dulu lagi.

Selesai sholat Kayla duduk lagi di kelas menunggu gilirannya. Hingga pukul 7 baru Kayla mendapat giliran namanya dipanggil. Dengan gugup Kayla maju membawa print laporannya. Ia sangat yakin akan banyak coretan dari pak Satya untuk revisi, karena ia sadar 50% dari laporannya adalah copy paste dari internet.

"Ini latar belakang kamu kurang spesifik bagian sebelum rumusan masalah. Coba kamu benahi lagi" ucap Satya sambil mencoret melingkari dan memberi catatan pada kertas Kayla dengan bolpoin merah.

Kayla hanya bisa mengangguk pasrah. 

Pak Satya membalik halaman selanjutnya dan membacanya dengan serius. Kemudian tak lama ia tersenyum.

"Ini kajian teorinya copas semua ya?"

Ditanya seperti itu Kayla langsung gelagapan. Sial kenapa pak Satya langsung tau, Kayla hanya bisa tersenyum.

"Lain kali kalau mau copas lebih kreatif lagi ya. Ini kalau saya minta filenya trus cek plagiat pasti hampir semua plagiarism. Perbaiki lagi" pak Satya terus mencoret-coret kertas Kayla. Kayla benar-benar pasrah ketikannya yang rapi di kertas kini sudah banyak coretan-coretannya.

Setelah selesai konsultasi laporan, Kayla langsung keluar kelas dengan lesu. Dengan langkah malas Kayla berjalan menuju mobilnya yang sengaja ia parkir di depan gedung.

Kayla melempar tas dan map berisi buku dan print laporan yang tadi dicoret-coret pak Satya ke kursi sebelah kemudi. Setelah itu ia langsung memakai setbelt nya dan menjalankam mobilnya. Baru berjalan satu meter mobilnya berhenti. Kayla bingung tak tau apa yang terjadi. Baru kali ini mobilnya mogok. Berkali-kali Kayla menstarter mobilnya tapi tak kunjung menyala.

Saat melihat spidometer ternyata sial bensinnya habis. Kayla menyandarkan kepalanya sebal dengan kak Alvin. Bisa-bisanya Kak Alvin pinjam mobil tapi nggak mau ngisi bensin.

Dengan segera Kayla memgambil ponselnya dan menelepon kak Alvin.  Tapi panggilannya tak kunjung di angkat. Kayla benar-benar emosi, ia sendirian di depan gedung fakultasnya yang sepi kalau sudah jam 7 lebih. Ada sedikit perasaan ngeri san takut tiba-tiba ada hantu di sini atau ada orang jahat.

Rasanya Kayla ingin menangis, mau jalan kaki dan mencari taksi tapi jarak gedung ke gerbang depan cukup jauh apalagi harus melewati fakultas pertanian yang banyak pepohonan di kiri kanan jalan pasti sangat seram. Sudah berkali-kali ia menelepon Kak Alvin tapi tetap tidak diangkat, menelepon papanya juga tidak mungkin karena ada di luar kota. Menelepon mamanya atau Rana juga percuma karena di rumah tidak ada kendaraan kalau mobil sudah dibawa kak Alvin. Sebuah ide muncul ia mencoba menelepon Ella tapi ternyata Ella sudah sampai rumah, Kayla tak mungkin menyuruh Ella kembali ke kampus karena jarak rumah Ella ke kampus jauh. Kayla juga sudah menelepon Fandi bahkan kak Aldi tapi tak diangkat.

Rasanya semua orang sudah berkompromi tidak ada yang bisa membantunya saat ini. Kayla menangis sesenggukan di dalam mobil menantikan kak Alvin meneleponnya balik, ia tak tau lagi harus apa. Kayla takut sendirian, ia menyandarkan kepala dan tangannya di setir mobil.

Tok.. tok.. tokk..

Terdengar bunyi ketukan di jendela mobilnya, jantung Kayla langsung berdegup kencang. Ia takut yang mengetuk jendelanya, Kayla tak tau yang mengetuk hantu atau manusia, kalau manusia Kayla berharap itu manusia baik bukan yang berniat jahat.

Setelah tanang Kayla memberanikan diri mengangkat kepalanya dan menoleh keluar jendela. Betapa leganya Kayla ternyata yang mengetuk jendela pak Satya.

Dengan senyum merekah Kayla langsung membuka pintu mobilnya.

"Pak Satya. Alhamdulilah ada pak Satya"

"Kenapa mobil kamu? Tadi saya lihat mobil kamu nyala tapi nggak jalan-jalan pas saya mau ambil motor"

"Bensinnya habis pak. Pak Satya tolong bantuin Kayla ya. Keluarga saya nggak ada yang bisa dihubungi"

"Gimana ya pom bensin jauh dari sini. Nggak mungkin kita dorong"

Kayla terdiam, benar juga. Lokasi pom bensin sangat jauh sekitar 2 kilometer.

"Atau kamu saya antar saja, sudah malam nggak mungkin saya tinggal kamu disini sendirian untuk cari bensin. Nggak bisa bawa juga saya. Tapi mobil kamu bagaimana?"

Kayla berfikir sejenak lalu sebuah ide muncul.

"Mobilnya tinggal sini saja pak biar diambil besok sama kakak saya. Dia yang udah habisin bensin saya harus tanggung jawab. Nanti nitip ke pak Satpam"

"Yaudah ayo"

Kayla segera mengambil tasnya dan mengambil helm di bagasi yang selalu ia siapkan, karena terkadang ia gunakan untuk jalan-jalan bersama Ella menggunakan motor keliling kota untuk cari makan siang.

Kayla langsung naik ke boncengan motor pak Satya. Rasanya senang sekali setelah lama tak dibonceng pak Satya. Ini kali kedua ia dibonceng setelah dulu ia diantar pak Satya gara-gara dikejar anjing sepulang dari kondangan saudara Fandi.

Sesampainya di depan gerbang Kayla meminta berhenti sebentar di pos satpam.

"Pak Rudi nitip mobil saya ya di dalam gabisa bawa pulang mogok. Nanti kalo ada yang nyuri trus keluar jangan dibolehinya pak.  Ini plat mobilnya." Ucap Kayla sambil menulis plat mobilnya di catatan pak Rudi.

Pak Rudi hanya tertawa dan mengatakan siap.

Setelah pamit dan mengucapkan terimakasih Kayla langsung naik lagi ke boncengan pak Satya.

Di perjalanan mereka berdua hanya diam tak ada yang bersuara.

"Kamu kenal pak satpamnya?" Tanya pak Satya tiba-tiba mengawali pembicaraan.

"Kenal dong pak. Kayla mah udah kenal semua pak Satpam depan gerbang, soalnya Kayla suka langganan stnk jatuh trus ditemuin pak satpam hehe"

"Dasar ceroboh"

Kayla melongo "apa? Tadi pak Satya bilang Kayla ceroboh? Iya nggak sih? Apa Kayla salah dengar" guman Kayla

"Kamu salah dengar"

Kayla hanya ber ooh saja. Tadi Kayla seperti memang mendengar pak Satya mengatainya ceroboh tapi ia tidak begitu yakin karena suaranya pelan kalah dengan bisingnya jalanan dan angin.

"Kamu sudah makan?"

"Belum pak" jawab Kayla.

"Ya sudah kita makan dulu. Saya lapar"

To be continued
______________________________________

☆☆▪▪ Krismunita ▪▪☆☆

Hai jangan lupa vote dan comment ya😙 happy reading❤

My Ice Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang