Prolog

1.4K 67 8
                                    

2002. London. Summer.

Sore itu hangat. Begitu hangat hingga membiarkan sekumpulan anak-anak bermain riang di lapangan itu. Suara mereka yang nyaring dan bersemangat menembus udara sore hari.

Tapi hanya ada satu anak laki-laki yang duduk murung di pinggir lapangan. Memandang iri dengan mata birunya kepada anak-anak lain yang bermain di lapangan sana. Ia sekali-kali menghembuskan napasnya ke udara. Wajah pucatnya menunjukkan bahwa ia kedinginan di udara yang sehangat itu. Sepertinya ia sedang sakit.

Ia menunduk dan meremas tas kecilnya. Tampak sedih.

"Kenapa sedih?"

Ia tersentak dan menoleh. Teguran tadi berasal dari seorang gadis kecil. Dan anehnya wajah gadis itu lebih pucat darinya. Gadis itu berdiri satu meter dari si anak laki-laki, dengan senyum manis tapi entah kenapa terasa aneh bagi si anak laki-laki itu, tapi ia akui, ia terpesona dengan senyum gadis itu. Seperti menghipnotisnya.

Dan gadis kecil itu memiliki kesempurnaan yang aneh. Wajah pucatnya terlihat sempurna tanpa cacat. Matanya berwarna coklat keemasan, cantik dan berkilauan, begitu cerianya. Rambutnya kecoklatan, panjang dan cukup bergelombang. Dan si anak laki-laki masih diam dalam kebingungannya sendiri melihat anak gadis itu.

Si anak laki-laki buru-buru melepaskan pandangannya dari gadis kecil itu dan mengambil inhaler-nya dari dalam tas, kemudian mengihrupnya dengan tergesa-gesa. Ia sesak napas tiba-tiba.

"Kau sakit apa?"

Si anak laki-laki kembali terlonjak dan menoleh. Si anak gadis telah duduk di sebelahnya, memandangnya dengan mata berwarna emas itu. Si anak laki-laki berusaha menguasai diri. Ia ketakutan sekaligus terpesona pada gadis kecil yang aneh itu.

"AWAS!"

Dan sebelum si anak laki-laki tersadar, sebuah bola sepak meluncur mulus ke arahnya.

Si anak laki-laki hanya bisa menyilangkan tangannya di depan wajah karena begitu kagetnya.

Buk!

Dan hening.

Si anak laki-laki membuka mata. Bingung. Sama sekali tidak terasa sakit. Bola itu tidak mengenainya kah? Ia menurunkan kedua tangannya dan hanya bisa memandang dengan tidak percaya. Si anak gadis telah berdiri di depannya, melindunginya dari bola itu.

"Ka... Kau..." Gumam si anak laki-laki bingung.

Si anak gadis malah tersenyum. "Tidak apa-apa kan?"

"Vernon.... Vernon....!!"

Beberapa anak-anak laki-laki yang bermain di lapangan menghambur berlari menuju ke arahnya.

"Vernon! Vernon! Kau tidak apa-apa?" tanya mereka berebut.

Si anak laki-laki, yang dipanggil Vernon, hanya bisa diam dalam kebingungan.

"Dia tidak apa-apa." Jawab si anak gadis tadi dengan ceria.

Anak laki-laki yang lain langsung diam. Ekspresi mereka sama seperti Vernon ketika melihat si anak gadis. Mereka semua terpaku, seperti terhipnotis.

Vigorous [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang