Chapter 9

233 34 8
                                    

Halo readers 😊 aku sebenernya excited untuk nulis cerita ini tapi aku liat yang nge-view lumayan bnyak tapi yang komen nggak ada... Huhuhu sad padahal kalo ada yg komen bisa untuk aku lebih berkembang lagi 😭😭😭 tapi yaudah lah yang pasti readers tau kan bagaimana menjadi readers yang baik? Hehehe. Ok langsung aja happy reading 🥰🥰🥰


Ruangan kembali meredup dan kali ini lampu-lampu kecil berwarna merah muda terang yang menyinari keredupan itu. Sementara Arin sibuk mengantarkan para tamu Ayah Sowon menuju ruang yang berada di sebelah ruangan pesta.

Yakin tugasnya selesai, Arin segera kembali menuju ruangan pesta. Dan langkahnya memelan ketika ia berpapasan dengan seorang pria.

Arin berhenti mendadak. Tampak bingung. Ia segera berbalik dan melihat Dokyeom menyelinap masuk ke dalam ruangan untuk para tamu. Tunggu dulu, untuk apa pria itu masuk ke sana? Hei, apakah pria itu memiliki urusan di sana?

Arin hanya mengangkat bahu tidak peduli dan melanjutkan langkahnya.

Ruangan yang telah redup dengan warna-warna lampu merah muda itu mulai diisi dengan lagu-lagu klasik, menambah keromantisan ruangan pesta.

Arin celingukan, matanya mencari-cari. Di mana Sowon?

Dan tidak lama kemudian pandangannya menangkap Sowon sedang melangkah bersama pria dingin itu menaiki tangga. Hei, hei... entah sejak kapan Sowon berubah menjadi seperti kucing jinak ketika bersama pria dingin itu? Pria dingin? Ya! Si Yoon Jeonghan tentu saja!

Arin melipat tangan di dada. Apa pria itu telah melakukan sesuatu pada Sowon? Ya, Arin mengakui bahwa pria itu sedikit... menakutkan.

Ini membosankan. Gerutunya dalam hati. Sowon meninggalkannya sendirian di sini, tanpa pasangan? Yang benar saja?! Kenapa Sowon tidak bilang kalau Jeonghan yang akan menjadi pasangannya malam ini? Curang!

Ia berbalik kesal dan melangkah tidak peduli melewati tamu undangan yang berdansa dengan pasangan di lantai dansa. Tapi langkahnya terhenti. Cih, duduk di sana dengan para orang-orang menyedihkan yang tidak punya pasangan? Oh, oh, yang benar saja!

"Mencari sesuatu, eoh?"

Arin mengernyit. Ia sudah tahu suara siapa itu, dan ini menambah suasana hatinya semakin memburuk.

"Apa kau juga kehilangan sesuatu, Vernon?" tanya Arin dan segera berbalik.

Vernon tersenyum lebar. "Ya!" serunya riang. "Aku kehilangan teman dansaku!"

Arin mengekspresikan wajah meremehkan ke arahnya. "Dan cari lah! Jangan dekat-dekat denganku!"

"Oh, ya?" Vernon buru-buru menahan pergelangan tangan Arin. Wanita itu segera menarik tangannya dari Vernon.

"Maaf?" desis Arin kesal.

"Kita belum selesai!" seru Vernon.

"Apa? Hei, aku rasa kita sama sekali tidak ada permulaan kan?" Arin berkata kesal.

"Oh, ayolah, Arin!" kata Vernon sambil meraih satu gelas wine dari nampan seorang waiter yang lewat. "Aku tahu tak ada satu pria pun yang mengajakmu berdansa selain aku." Ia berkata sombong kemudian menyeruput wine-nya.

Vigorous [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang