Kabut.
Apakah semuanya belum selesai? Mengapa kabut ini belum juga hilang?
Seharusnya kabut ini sudah tidak ada. Sinar matahari telah menyinari semuanya dan semuanya nampak jelas pada tangkapan pandangan mata. Seharusnya seperti itu.
"Bisakah kau melihatnya, Nagyung?"
Sebuah suara dalam kabut. Anehnya, kabut ini sejuk. Tidak dingin.
"Dan bisakah kau mendengarnya, Nagyung?"
Nagyung hanya berdiri diam di tengah kabut yang mengurungnya. Siapa yang berbicara kepadanya? Suara yang tidak asing.
Dan kabut perlahan menipis. Benar-benar menipis mempersilakan sinar matahari masuk. Pemandangan menjadi jelas. Hijau dan biru. Dedaunan dan langit. Nampak cerah. Tempat yang tidak asing. Bukit landai dengan permadani rumput hijau yang basah akibat embun. Nagyung mengingatnya. Tempat di mana ia dulu bermain. Berkejar-kejaran bersama Dokyeom. Masa lalu yang perlahan membuatnya kembali rindu.
"Aku senang kau baik-baik saja..." seseorang merangkul pundaknya, dan ketika ia menoleh, pria itu sudah berdiri di sampingnya. Tersenyum menatap langit. Nagyung tidak terlalu ingat bagaimana Donghae di masa lalu. Yang ia ingat Donghae yang berwajah pucat dan seorang Vampir Penyihir. Tapi Donghae yang kini berdiri di sebelahnya terasa bukan lagi Vampir Penyihir yang disegani sekaligus dibencinya. Hanya seorang Paman. Ya, Paman yang selalu membuatnya penasaran ingin bertemu ketika di masa lalu.
"Senang melihatmu telah tumbuh dewasa." Donghae menoleh kepada Nagyung, tersenyum hangat.
"Dari mana saja kau?" Nagyung bertanya.
Donghae tidak segera menjawab, mengamati Nagyung dengan kedua matanya. Tampak penasaran dan juga penuh kasih. Tatapan yang hangat. "Aku selalu mengawasimu."
Giliran Nagyung yang terdiam lama. Mengawasi Pamannya yang kini tampak tak menakutkan. Entah bagaimana ia dan Dokyeom bisa sangat membenci Donghae. Pria ini benar-benar tak terlihat jahat sekali pun, Bahkan tak akan terpikiran pria ini lah yang telah membuatnya dan Dokyeom hidup menderita.
"Jadi apakah semuanya sudah selesai?" tanya Nagyung kemudian, memutuskan hening karena Donghae lebih memilih diam.
Donghae mengangguk pelan.
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini kalau begitu?" Nagyung lanjut bertanya. Bahkan ia merasa nyaman mengobrol dengan Donghae saat ini. Berbeda ketika ia harus masuk ke dalam ruangan Donghae di sekolah sihir, membicarakan segala hal yang tidak nyaman untuk dibicarakan ketika itu.
Donghae berpikir sesaat. "Mungkin aku harus pergi. Sudah waktunya." ia menoleh lagi pada Nagyung dan tersenyum. "Kau?"
"Entahlah." Nagyung menggeleng tidak tahu. "Boleh aku ikut denganmu?"
Donghae tertawa kecil. "Kau ingin ikut aku atau ingin bersama dengan pria itu?"
Wajah Nagyung seketika bersemu. "Bagaimana kau tahu?" tanyanya. Pembicaraan ini mendadak membuatnya menjadi malu.
"Tentu saja aku tahu, Nagyung. Aku selalu tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vigorous [✔]
FantasyI might look like I'm dying, but I won't die! I won't hide from other peoples' stares! They insist for us to fall, but I'M ALIVE and VIGOROUS! I have nothing more to lose so the past is behind us and we jump out! The way I'm falling deeply is gracef...