"Arin tidak bersama kita?"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Vernon itu lah perusak acara pertemuan yang baru sesaat terasa melegakan dan membahagiakan.
Tangan Dokyeom terhenti ketika membersihkan luka kecil di wajah Nagyung dengan menggunakan kapas. Wajahnya tertoleh ke kiri di mana Vernon telah berdiri dengan wajah cemas.
"Arin! Dia tidak ikut bersama kita! Dia masih berada di sana!"
Gadis malang, Arin si setengah Elf dengan luka bekas cakaran werewolf di wajah itu seharusnya saat ini bersama mereka yang kini telah bertemu dengan Dokyeom, Mingyu, Chaeyeon dan Miyeon.
"Kita harus kembali ke sana untuk menjemputnya!"
Kembali ke sana? Entah kenapa Nagyung kembali merasa menggigil ketika mendengar usulan yang menurutnya mengerikan. Kembali ke sana itu artinya kau siap mati. Dan Nagyung tidak peduli jika ia disebut pengecut. Ia tidak mau kembali ke sana. Ia tidak ingin tertangkap oleh si Vampir.
"Tapi kita tidak tahu persis di mana tempat itu." Wonwoo buka suara.
"Bagaimana kalian bisa pergi ke sana jika kalian tidak tahu persis di mana tempatnya?" tanya Chaeyeon bingung.
Wonwoo melirik sekilas ke arah Nagyung. Namun Nagyung malah memalingkan wajahnya, tidak ingin membalas lirikan Wonwoo. "Kami 'kebetulan' ke sana. Dan itu karena pengaruh sihir."
"Jadi... Nagyung yang membawa kalian ke sana?" tebak Mingyu.
"Tidak, bukan aku." Jawab Nagyung cepat dan terkesan mengelak. "Aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak tahu siapa yang membawa kami ke sana dan aku tidak tahu di mana persisnya tempat itu. Dan..." Nagyung buru-buru menambahkan ketika Wonwoo menyorotkan tatapan menghakimi ke arahnya karena berbohong. "...Aku bisa berpindah tempat ke tempat ini karena aku ingat ini adalah perhentian terakhir kita."
"Nagyung! Come on! Arin masih berada di sana! Dia dalam bahaya!" erang Vernon.
Dokyeom tidak berkata apa-apa, ia menatap datar ke arah Nagyung yang terus-terusan mengelak. Benar-benar kosong. Ia sama sekali tidak mendengar apa pun yang saat ini ada dalam pikiran Nagyung meski kelihatan gadis kecilnya itu tampak kalut, takut terhadap sesuatu. Dokyeom bisa menangkap jelas perasaan itu dari lensa mata cokelat Nagyung. Anehnya, rasa putus asa itu menyeruak dan terasa menjengkelkan. Kau tidak bisa menolong Nagyung, Dokyeom. Padahal kau tahu ia ketakutan. Tapi kau tidak tahu apa yang menyebabkan menjadi keakutan seperti ini. Kau tahu tangannya masih gemetaran.
"Aku... tidak yakin kita bisa kembali ke sana." Mina yang duduk di samping Miyeon, setengah menggigil buka suara. Ia sedikit trauma dengan kejadian terakhir kali yang mereka alami. Kenapa mereka selalu bernasib sial? "Aku tidak ingin bertemu dengan makhluk-makhluk itu."
"Jadi kalian tidak ada yang mau membantu?!" Vernon berseru tidak percaya. "Come on, guys! Tunjukkan sedikit rasa perduli kalian! Arin adalah 'teman' kita! dan dia di sana sendirian! Dia Dalam bahaya besar! Kenapa kalian sama sekali tidak mempedulikan ini?!" Vernon mulai meledak-ledak. Jelas, ia sangat cemas.
"Aku tidak yakin aku bisa menyebutnya...'teman'," komentar Chaeyeon.
Vernon terdiam dan menyorotkan tatapan marah ke arah Chaeyeon. Chaeyeon mengangkat bahu tidak peduli. "Benar, kan?" tanya Chaeyeon tajam. "Coba ingat-ingat kapan dia mau disebut 'teman', huh? Vernon, jangan hanya karena dia sexy dan spesial di matamu kau lebih mempedulikannya daripada kesalamatanmu dan yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vigorous [✔]
FantasyI might look like I'm dying, but I won't die! I won't hide from other peoples' stares! They insist for us to fall, but I'M ALIVE and VIGOROUS! I have nothing more to lose so the past is behind us and we jump out! The way I'm falling deeply is gracef...