Epilog

634 35 56
                                    

Vote dan komennya ditunggu yaaa pngn tau gimana pendapat kalian sama cerita ini. Cerita fantasi yg aku pernah bikin dr jaman dulu 2012 dgn cast idol lain tp skrg aku kembangin utk menyesuaikan dgn cast idol baru hehehhe.

Karena ini udah aku rencanain utk bikin trilogy kalo ini lumayan bisa semangat aku bikin season 2 dan 3 nya 🥰🥰🥰🥰🥰

Sekali lg makasih utk yg udah berkenan baca, vote dan komen 🙏🙏🙏🙏🥰🥰🥰🥰🥰

Kadang tanpa sadar ia telah melamun menatap keluar jendela kelas dan tersadarkan oleh dering bel istirahat. Murid-muridnya yang tak menyadari keadaannya segera bersorak girang lalu pergi keluar kelas. Meninggalkan dirinya yang hanya tersenyum memperhatikan mereka pergi. Ia menghela napas dan akhirnya berdiri dari kursi, melangkah keluar kelas.

"Kau baik-baik saja, Miss?"

Nagyung berhenti lalu menolehkan wajah. Usia gadis kecil itu sekitar 11 tahun mungkin. Salah satu muridnya yang entah kenapa memiliki mata yang sama dengan seseorang yang pernah ia kenal dan hingga sekarang ia rindukan. Suatu kebetulan yang luar biasa. Nagyung tersenyum lalu menggeleng.

"Ya, aku baik-baik saja. Kau tidak ke kantin?" tanya Nagyung, menepuk kepala muridnya dengan penasaran.

"Aku sedang tidak ingin pergi ke sana," gadis kecil itu mengerucutkan bibirnya. Aya, nama gadis itu. "Rico, dia menjahiliku dengan menyihir pensilku menjadi kecebong. Itu menjijikkan." ia mengeluh kesal. "Miss, kau melamun selama pelajaran. Aku memperhatikanmu."

"Oh, ya?" Nagyung hanya tersenyum. "Ya, mungkin aku hanya sedikit lelah."

"Miss, jika kau sakit, lebih baik kau istirahat. Dan, Miss... Aku ingin kau menghukum Rico. Dia tidak suka jangkrik kalau Miss ingin memberi hukuman setimpal kepadanya. Dia pasti menangis ketakutakan ketika melihat jangkrik." Aya menggebu-gebu menjelaskan.

Nagyung tertawa kecil. "Ya, aku akan memberikan pelajaran setimpal untuk Rico. Jangan gunakan sihir untuk menganggu, kau benar sekali. Nah, sekarang pergilah untuk istirahat. Kau masih punya mata pelajaran lainnya nanti, bukan?"

"Ya, Miss. Sampai jumpa." Aya melambai riang sebelum berlari pergi meninggalkannya.

Nagyung memperhatikan kepergian Aya hingga gadis kecil itu tak terlihat lagi. Ia menghela napas lalu melanjutkan langkahnya menuju kantornya.

"Nice day, huh?"

Nagyung menoleh dan bertemu dengan salah satu guru yang juga mengajar di sekolah Sihir Vigorous. Nagyung tersenyum kepada pria Elf itu. "Pagi yang cerah, Mr. Evandshara." Sapanya.

"Kim Hanbin, Miss Lee." Sela Hanbin, tersenyum. "Sudah berapa kali aku mengingatkanmu. Jika tak ada murid akan lebih baik jika kau memanggilku begitu."

"Ya, Hanbin. Dan kau tentu saja bisa memanggilku dengan Nagyung saja." Nagyung membalas.

"Ya," Hanbin mengangguk setuju.

Mereka berdua berjalan bersama menyusuri lorong, menegur murid-murid yang nakal berlarian di lorong, juga membalas sapaan sopan dari para murid.

"Sekolah ini milikmu tapi kenapa kau membiarkan Shim Changmin menjadi kepala sekolah?" tanya Hanbin, membuka percakapan.

"Aku rasa aku belum pantas untuk menjadi kepala sekolah. Lagi pula Changmin mengundurkan diri dari jabatannya di kementrian Sihir. Aku rasa dia pasti akan senang bisa kembali dalam bidangnya." Jawab Nagyung.

"Nagyung, bukankah sekarang kau adalah Alchemist?" tanya Hanbin hati-hati.

Nagyung terdiam untuk beberapa detik. "Ya, aku Alchemist." Ia tersenyum, menyebutkan suatu fakta mengenai dirinya yang tidak dapat ia ingkari. Sebuah julukan yang hingga hari ini tak ia sukai. Karena jika ia menyebutkan hal itu, ia akan kembali teringat pada pengorbanan yang menyakitkan demi mendapatkan julukan itu.

Vigorous [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang