Kim Jinhwan telah melakukan semua ini untuk Eunwoo, sahabat terbaiknya. Selama dua hari ini, ia bersama I.K.N pergi mempersiapkan persenjataan sebagai alat pertahanan. Dan baru malam ini ia kembali ke markas Eunwoo yang berupa motel kumuh tua itu. Tidak perlu dijelaskan bagaimana suntuknya perasaan Jinhwan.
Jinhwan mungkin terlalu serius. Tentu saja. Ua dilahirkan dan dibesarkan di dalam Squirrel. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain bahkan perasaannya sendiri selain melakukan semua tugas yang diperintahkan. Tapi sekarang Jinhwan sudah terlepas dari Squirrel. Ia adalah manusia bebas seutuhnya. Yang tidak diperintahkan dan juga tidak terikat pada organisasi mana pun. Dan Jinhwan pada kenyataannya masihlah seorang pemuda yang labil. Ia membenci Eunwoo karena ini adalah ide Eunwoo, yaitu menjauhkannya dari Nagyung.
Bahkan tanpa Eunwoo menjelaskan alasan kenapa ia harus meninggalkan markas selama dua hari ini, ia sudah mengerti alasannya.
"Kau tahu keadaan Dokyeom? Dia dalam keadaan koma, Jinhwan." Hanya itu yang dikatakan Eunwoo sebelum ia harus pergi dan dengan terpaksa melakukan perintah Eunwoo.
Jinhwan tidak pernah peduli pada Dokyeom. Walau pun Dokyeom adalah kakak Nagyung, ia merasa tidak punya alasan untuk takut pada pria itu. Tapi ia merasakan rasa tidak nyaman yang aneh ketika Dokyeom memandanginya. Apakah Dokyeom begitu tidak menyukainya? Ya, tentu saja. Ia pernah melawan Vampir itu ketika di Denver. Mungkin saja hal itu adalah awal dari permusuhan ini.
Eunwoo belum juga mempedulikan keberadaan Jinhwan di hadapannya. Jinhwan memilih diam memperhatikan Eunwoo yang tampak sibuk membaca tulisan tangan di lembaran-lembaran kertas, memainkan komputernya dan kembali membaca tulisan dalam lembaran itu. Sebelumnya Eunwoo telah memeriksa semua daftar persenjataan yang telah didapatkan Jinhwan dari semua kenalan terbaik dan terpercaya yang dimiliki Eunwoo, yang tak lain tak bukan adalah para Neutralist.
"Bisakah aku bertemu dengan Nagyung?" Jinhwan mendadak bertanya.
"Ya, tentu saja." jawab Eunwoo yang terlihat tidak terlalu mendengar pertanyaan Jinhwan. Namun tiba-tiba ia tersentak dan ternganga lebar ke arah Jinhwan. "APA?!" serunya.
"Aku ingin bertemu dengannya." Jawab Jinhwan dengan nada biasa.
Eunwoo tergagap. This is soooo bad. Selama ini ia mengenal Jinhwan sebagai pemuda sinting yang suka menyelesaikan pekerjaannya tanpa berpikir panjang. Dan tentu saja Eunwoo dapat dengan mudah menebak semua isi kepala Jinhwan yang sederhana itu. Polos. Eunwoo jujur mengakuinya. Seorang pemuda dengan isi kepala masih berpikiran dengan dinamika yang begitu kentara. Isi kepala pemuda itu biasanya hanya berkembang di bagian aksi dan otaknya tidak pernah digunakan untuk merasakan perasaan orang atau bahkan perasaan dirinya sendiri, tapi digunakan untuk memikirkan rencana jenius untuk membunuh dan bertahan hidup. Simple Jinhwan. Dan Eunwoo sudah sangat jelas membaca perasaan Jinhwan seolah semuanya sudah tercetak secara permanen pada wajah Jinhwan. This boy is falling in love with that Girl. Crap.
"Kenapa kau tidak di sini saja bersamaku? Kita tidak pernah bersama selama ini. Akan kuambilkan Vodka untukmu." Eunwoo tergagap untuk menahan Jinhwan.
Jinhwan mendengus tidak suka mendengar rencana itu. Ia mendadak berdiri lalu melangkah pergi.
Eunwoo melupakan catatan yang telah dibuat Arin untuknya. Ia buru-buru menahan Jinhwan. Entahlah. Ia merasa ini masih belum waktunya. Ia tidak ingin Jinhwan mendapat masalah dengan Dokyeom. Atau juga dengan yang lainnya. Eunwoo seorang pembaca situasi. Ia tahu semua orang menyukai Nagyung. Dan sebaliknya, semua orang di sini membenci Jinhwan meskipun Jinhwan sudah berusaha memperbaiki nama baiknya dengan menyelamatkan mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vigorous [✔]
FantasyI might look like I'm dying, but I won't die! I won't hide from other peoples' stares! They insist for us to fall, but I'M ALIVE and VIGOROUS! I have nothing more to lose so the past is behind us and we jump out! The way I'm falling deeply is gracef...