Chapter 28

219 29 18
                                    

Titik itu terasa menyakitkan. Entah bagaimana rasanya. Seakan dengan kata 'sakit' sudah dapat menjelaskan bagaimana rasa pada titik itu. Mungkin seperti suntikan yang pernah ia dapatkan ketika di Sekolah Dasar. Suntikan pertama yang hampir membuatnya menangis ketakutan. Tapi rasanya lebih daripada sekadar digigit oleh semut. Benar-benar mematikan.

Ah, dan kenapa semua anggota gerak ini tidak bisa digerakkan? Lumpuh. Bahkan kelopak mata pun menolak untuk membuka. Dan ia mulai berpikir. Apakah ia sudah mati?

Dan apakah begini rasanya mati?

Kenapa sakit sekali?

"Arin?"

Suara itu...?

"Hei, Arin! Wonwoo, aku menemukannya!"

Suara gadis itu berdengung ketika masuk membentur gendang telinganya. Agak menyakitkan.

Tunggu, jika ia sudah mati, kenapa ia masih bisa mendengar suara yang tidak asing ini? Ini suara....

"Mina, bagaimana keadaannya?"

"Entahlah, ia masih bernapas."

Sentuhan dari jari-jari dingin yang gemetar terasa jelas menyentuh wajahnya.

Tidak, tidak. Ia masih belum mati. Akhirnya ia menyimpulkan.

"Arin? Arin, hei, kau bisa dengar aku?" gadis itu mengguncang-guncang tubuh Arin pelan-pelan namun cukup membuat gadis itu kesakitan.

"Arin!"

Akhirnya Arin berhasil membuka matanya. Buram sementara hingga akhirnya ia melihat jelas wajah seorang gadis yang tentu saja sudah sangat ia kenal memenuhi ruang pandangnya. Mina tersenyum lega.

"Wonwoo! Dia bangun!" Mina menoleh ke sebelahnya dan seorang pria berambut keperakan muncul dalam ruang pandang Arin. Wonwoo juga tersenyum lega. Dan Arin harus mengakui hal ini. Bahwa ia merasa lega dan senang karena bisa melihat dua wajah yang ia kenal di dalam kegelapan ini.

Kemana saja mereka selama ini? Kenapa ia ditinggalkan sendirian? Dipenjara bersama kaum Elf di dalam kegelapan ini. Arin kira mereka semua sengaja meninggalkannya. Tentu saja ia tidak perlu bertanya alasan apa mereka meninggalkannya. Ia pantas ditinggalkan. Dan ia selalu menginginkan hal itu selama ia masih bersama mereka. Tapi ternyata ia tidak bisa mengingkari bahwa ia ketakutan di sini tanpa mereka. Dan mereka datang kembali. Ini bukan mimpi kan?

"Kau baik-baik saja?" tanya Mina.

Entah bagaimana harus menjawabnya, Arin sudah jelas tidak baik-baik saja. Namun gadis itu mengangguk untuk menjawab. Satu gerakan kecil yang berhasil ia lakukan. Setidaknya ia masih hidup walau pun tubuhnya lumpuh hampir seluruhnya.

"She can't speak anything." Bisik Mina dan menyentuh bagian leher sebelah kiri Arin. Sentuhan itu membuat Arin meringis tanpa suara. "Penuh darah di sini, tapi tidak ada bekas luka." Ujar Mina heran. Ia menoleh pada Wonwoo. "Apa ini, Wonwoo?"

"Entahlah." Jawab Wonwoo. "Aku rasa lebih baik kita segera membawanya."

Dan setelahnya Arin sudah meninggalkan lantai kasar. Ia terayun pelan ketika tangan-tangan berotot mengangkut tubuhnya dengan gerakan lembut. Tubuhnya lumpuh namun rasa sakit tentu tidak bisa dihindari. Arin mengira tubuhnya yang tidak berfungsi hampir keseluruhnya akan patah, tapi tangan-tangan itu tampak hati-hati dalam menggendong tubuhnya. Hebat. Bagaimana bisa seseorang melakukan hal selembut ini?

Vigorous [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang