Chapter 7

282 35 7
                                    

Arin menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung apartemen. Ia buru-buru mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Nagyung! Aku sudah di depan gedung apartemenmu. Cepatlah keluar, oke?" ujarnya ceria.

"Ya, tunggu sebentar." jawab Nagyung di seberang sana.

Arin mengangguk saja dan meletakkan ponselnya ke samping. Ia mengawasi keadaan di luar sambil bersenandung pelan, jemarinya bermain di kemudi, tampak tidak sabar. Tiba-tiba jemarinya berhenti bermain, ia terdiam sesaat, memicingkan matanya ke arah depan.

"Siapa orang-orang itu?" bisiknya penasaran.

Ia seperti melihat pemandangan horror. Dua sosok itu berdiri di sana. Satu sosok dengan tubuh tinggi dan wajah pucat yang entah kenapa terlihat mengerikan. Satunya seorang anak kecil yang juga dengan wajah mengerikan menurut Arin.

"Apakah ini adalah hari Hallowen?" bisiknya dan mencondongkan diri ke depan, sangat penasaran dengan dua sosok pucat itu.

Tok! Tok!

Arin tersentak kaget. Ia menoleh segera. Nagyung melambai di luar mobil sambil tersenyum lebar, kemudian segera masuk ke dalam mobil.

"Malam, Arin..." Nagyung langsung duduk dan menutup pintu. "Kau kenapa?" tanya Nagyung yang sadar Arin tampak gugup.

"Ti... Tidak," jawab Arin dan menyadari dua sosok itu sudah menghilang di kegelapan di depan sana. "Sepertinya aku harus berhenti nonton film horror." Bisiknya sambil menyalakan mesin mobil.

"Apa?" tanya Nagyung bingung.

"Nothing," jawab Arin. Baru kali ini ia melihat pemandang semenakutkan seperti tadi. Entah hanya bayangan saja atau memang nyata. Ia memang terlalu banyak nonton film horror sepertinya.

"Kau yakin baik-baik saja?" tanya Nagyung lagi.

"Yeah, I'm fine." Jawab Arin sambil menjalankan mobil, sesekali matanya melirik ke arah tempat di mana ia melihat hal aneh tadi. Ya, hanya bayangannya tentu saja.

***

"He is stupid." Kata Sowon dan Arin tertawa.

"Ya, jangan pernah jalan bersama pria itu, Sowon!" seru Arin sambil menikmati keripik kentangnya.

"Tapi aku tahu kau selalu mau mencoba hal baru yang menurutku menjijikan." Arin memasang tampang bergidik seolah membayangkan wajah pria yang saat ini sedang mereka gosipkan. "Aku dengar otaknya cuma segini." Ia mengisyaratkan dengan dua jarinya seperti sedang memegang kacang atom. "Sebesar kacang atom, atau malah lebih kecil lagi."

Dan Sowon tertawa sambil melemparkan bantal ke wajah Arin. Arin hanya tertawa ketika bantal itu mengenainya, ia langsung memeluk bantal itu dan menatap Sowon dengan penasaran. "Dan malam itu kau tidak serius tidur dengannya kan?"

Nagyung melongo. Hah? Tidur?

"Are you stupid?" Sowon tertawa. "Aku tidak akan mau satu ranjang bersama pria yang... otaknya hanya sebesar kacang atom, atau malah lebih kecil lagi." kemudian ia tertawa terbahak-bahak bersama Arin.

Nagyung diam saja, terbengong-bengong melihat keduanya tertawa sampai terpingkal-pingkal. Apakah ini lucu?

"So? Apa yang kau dapat?" tanya Arin buru-buru setelah tawanya mereda.

Vigorous [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang