Chapter 34

195 26 3
                                    

Hujan mulai turun deras, tetesannya kasar jatuh menggenangi permukaan bumi. Gadis itu terlihat di antara kerumunan orang-orang. Basah kuyup.

Mina tidak bisa berbuat apa-apa ketika Pria dengan rambut perak yang terkurung dalam jaring diangkut ke dalam sebuah mobil.

"Wonwoo," ia bergumam ketakutan. Bibirnya mulai gemetar karena dinginnya air hujan.

Satu persatu mobil-mobil bercorak warna silver itu pergi meninggalkan lokasi.

Mina lagi-lagi memanggil nama Wonwoo dengan berbisik. Bingung dan cemas. Wonwoo tertangkap, apa yang harus ia lakukan?

Ia menoleh dan menemukan dua orang yang masih berdiri di tengah hujan. Seorang wanita berambut panjang yang memegang payung hitam, memasang kembali kacamata hitamnya, berbalik dengan langkah anggun menuju mobil. Mengabaikan derasnya hujan. Dan Mina bertemu tatap dengan pemuda satunya yang wajahnya terluka.

Mina buru-buru menundukkan wajah, lalu pergi meninggalkan kerumunan. Ia mengenal pria itu. Salah satu pembasmi yang menyerang mereka ketika di Bandara Internasional Denver.

***

Kedua werewolf itu lumpuh ketika terkurung dalam jaring-jaring perak. Mereka melolong marah berusaha melepaskan diri namun tidak ada jalan keluar sementara peluru-peluru perak menembus tubuh kedua werewolf itu berkali-kali hingga keduanya ambruk. Kesakitan dan kelelahan.

Dua Vampir yang lain juga telah dikurung dalam jaring-jaring perak. Para pembasmi yang tersisa mengepung kedua Vampir itu dengan menodongkan senjata. Tidak jauh berbeda dari kedua sahabat mereka, Dokyeom dan Jeonghan hampir ambruk. Jumlah Pembasmi terlalu banyak dan tubuh mereka terluka parah akibat peluru perak.

Dokyeom dan Jeonghan berdiri goyah, menatap tajam ke arah para Pembasmi yang mengelilingi mereka. Tenaga mereka melemah. Ditambah hujan deras, membuat posisi mereka berdua semakin kalah. Mereka sudah berhenti ditembaki. Dokyeom dan Jeonghan tahu perlawanan mereka akan sia-sia.

Dokyeom melirik ke arah Mingyu dan Vernon yang sudah ambruk tak sadarkan diri di tempat lain. Mulai diangkut pergi. Sial. Mereka benar-benar ditangkap.

Lalu pandangan mata Dokyeom bertemu pada pasang mata seorang pria yang berdiri di tengah hujan, dipayungi oleh seorang bawahan. Pria itu membalas tatapan Dokyeom, tampak tertarik.

"Changwook." Dokyeom bergumam.

Changwook menghembuskan asap rokok ke udara dan seorang pembasmi datang menghampirinya.

"Tuan." Bobby memberi hormat. "Para Pemberontak telah lumpuh. Tahanan siap dikirim ke dalam penjara markas."

Changwook mengangguk sekali. "Kurung mereka dalam ruangan spesial. Mereka cukup berharga." Changwook membuang rokoknya lalu mematikan apinya dengan menginjaknya dengan ujung sepatunya.

***

Ruangan itu berantakan. Dipenuhi barang-barang pecah dan benda-benda berjatuhan. Eunwoo duduk di kursi kerja favoritnya, menunduk frustasi.

Sowon duduk di sofa yang berada di sudut ruangan, memeluk lututnya. Berkali-kali memejamkan mata, lalu membukanya, dan itu adalah usahanya tiap kali ia merasa gelisah.

Sementara Chaeyeon berdiri di samping jendela, menatap dengan tatapan datar keluar jendela, manyaksikan hujan deras yang runtuh, namun langit mendung tetap menampakkan goresan bernyala api itu. Goresan yang tak lebih dua-tiga jam lalu terbentuk di langit. Entah karena apa.

Vigorous [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang