Chapter 18

214 33 8
                                    

Gravitasi dengan mudahnya menarik mereka semua. Tak ada waktu memikirkan cara untuk menghindari lubang menganga yang dasarnya hanya berupa kegelapan itu. Hanya meninggalkan suara teriakan yang pecah memantul pada dinding-dinding bebatuan.

Berakhir kah?

Dan Nagyung hanya bisa memejamkan mata. Pasrah.

Mati mungkin bukanlah hal yang menyakitkan. Atau pada saat itu bahkan kata 'mati' tak sempat terpikirkan. Lebih tepatnya menunggu. Menunggu ketika tubuh mulai terpental hancur bertemu dasar jurang.

Namun tangan-tangan raksasa dari bayangan hitam bermunculan. Tepat ketika Nagyung membuka mata. Vernon lenyap. Selanjutnya Mina. Dan Arin yang berada di sebelahnya ditarik tangan-tangan itu, benar-benar lenyap.

Selanjutnya Nagyung.

Ia bisa rasakan tubuhnya tertarik oleh sebuah daya. Tersedot ke dalam partikel-partikel udara. Melawan kelogisan. Sensasi yang memualkan dan memusingkan. Dimensi lain yang membuat tubuhnya serasa tertekan, hampir meremukkan. Menyedotnya dengan kecepatan tinggi.

Kemudian ia terlepas dari dimensi itu, menyentuh udara kembali. Namun belum sempat ia memfokuskan diri pada cahaya yang terang benderang, tubuhnya terhempas ke dalam air dan tenggelam.

Tubuh Nagyung tidak kuasa lagi bergerak. Tangannya hanya menggapai-gapai pasrah pada permukaan biru yang menjauhi cahaya. Ia tertarik oleh tekanan bawah laut. Tak mempunyai kesempatan untuk mengambil energi.

Namun sekali lagi keanehan membantunya. Ia tertarik kembali ke atas. Tangan-tangan tak kasat mata menuntun tubuh lemahnya hingga ke atas permukaan air dan menariknya hingga pada tepian yang berpasir. Kemudian melepasnya.

Nagyung terbatuk-batuk hebat setelah terbebas dari air, kembali mengambil oksigen dalam udara untuk mengisi paru-parunya. Ia berusaha merangkak melawan air laut dari tepian yang kembali ke laut. Tangan-tangannya tergores oleh pasir-pasir basah ketika ia berusaha merangkak. Pakaiannya membuatnya semakin berat, seperti menahannya untuk bergerak.

"Wonwoo.." ia memanggil parau. "Vernon..." susah payah melawan hempasan air laut. "Arin!" benar-benar putus asa. "Mina! Please~!"

Ia berhenti. Berusaha mengambil udara akibat tersedak oleh air laut yang asin. Menangis terisak.

Di mana mereka semua?

Dan Nagyung mengangkat wajahnya, masih terisak. Matanya terbuka lebar ketika ia melihat buku yang sudah lama tidak ia lihat.

Buku saku yang diberikan oleh Donghae. Berada 1 meter di hadapannya. Dan ada seseorang berdiri di sana. Donghae.

"Donghae ahjussi?" ia susah payah menyebutkan nama itu.

Donghae tidak tersenyum atau berkata apa-apa.

"Donghae ahjussi!" panggil Nagyung, menjulurkan tangannya. "Please! Help us!"

Namun Donghae tidak bergerak dari tempatnya yang bebas dari air laut. Hanya menatap simpatik ke arah Nagyung.

"Nagyung..." Donghae membuka suara. Hanya berupa bisikan bagi telinga Nagyung. "Bisakah kau bertahan hingga akhir?"

Nagyung terdiam. Ia menggigil akibat dinginnya air laut. Menatap Donghae dengan bingung.

Vigorous [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang