Leaving, isn't better than trying
Jeremy Zucker X Chelsea Cutler - You Were Good To Me
***
Ada kaos yang selalu ia gunakan sejak pertama kali datang ke Seattle di lantai, tas Gucci pertama yang ia beli dengan uang tabungannya di meja tepat di samping kamera milik Adam, kaos kaki kembar mereka di bawah meja dan foto berlatar belakang Universitas Seattle yang diambil di hari ulang tahunnya tepat di samping tempat tidurnya, dimana Adam dan gadis yang sama sekali tak mirip dengan sosok di figura itu sedang melakukan kesalahannya lainnya di atas tempat tidur yang seharusnya dimiliki gadis di dalam figura yang tengah mencium pipi Adam sambil tersenyum lebar.
Saat tubuh mereka saling menyatu dan merenggut kenikmatan terlarang atas nama cinta.
Saat nama mereka keluar dari bibir masing-masing di iringi desahan dan permohonan.
Ia memejamkan matanya saat berhasil membawa gadis yang bukan siapa-siapa itu ke langit ke 7 bersamanya, menatapnya dengan penuh cinta dan berbisik di bibirnya untuk kesekian kalinya malam itu "Aku cinta kamu" dan selalu gadis itu jawab dengan "Aku juga cinta kamu"
Tapi saat malam tiba dan bulan adalah satu-satunya cahaya yang bisa ia lihat, dengan tangan Adam yang berada di atas perutnya dan wajahnya yang bersembunyi di lekuk lehernya, nafas hangatnya yang berhembus pelan dan teratur di pipinya dan helai rambutnya yang menggelitik telinganya, Venus menangis.
Karena kaos yang ada di lantai bukan miliknya, tas Gucci itu bukan miliknya, kaos kaki itu juga bukan miliknya dan sosok yang ada di figura itu juga bukan dirinya dan laki-laki yang sedang terlelap di sampingnya juga bukan miliknya.
Satu-satunya hal yang ia miliki adalah tubuh telanjangnya yang berbaring di tempat dimana si pemilik kaos dan tas Gucci yang wajahnya sedang tersenyum ke arah kamera dan mencium lelaki yang menjadi miliknya.
Venus mungkin memiliki hati Adam tapi... apa ia masih memilikinya hingga malam ini tiba? Apa cinta yang dulu mereka agung-agungkan itu masih ada atau ini sekedar kesenangan sesaat yang saat pagi tiba semua yang bisa mereka rasakan dan pikirkan adalah rasa bersalah.
Wajah perempuan di figura itu menghantuinya, membuat Venus terus memikirkan pertanyaan "Bagaimana jika ia adalah gadis yang ada di figura itu?"
Bisakah ia menghadapi rasa sakit yang akan ia terima saat apa yang menjadi miliknya di renggut oleh orang lain? Apakah ia bisa menerima keadaan dan melupakan segalanya? Ataukah ia akan berhenti di satu titik dan menangisi kesalahan Adam dan perempuan lain selamanya?
Seperti pendosa yang mendapat pencerahan, kini Venus di hantui rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam, menyakiti hati seseorang untuk menyembuhkan lukanya sendiri, menyalahkan keadaan saat yang paling bersalah disini adalah dirinya.