Papa pernah bilang jika di dunia ini hanya ada 2 tipe orang. Pertama yang takdirnya sudah menunggu dan yang kedua orang yang akan membuat takdir nya sendiri.
Adam adalah yang pertama.
Adam tak ingin menyerah akan takdir. Ia hanya hidup sekali. Setelah itu mati. Adam tak rela jika harus mengorbankan satu-satunya kesempatan hidupnya hanya untuk membahagiakan orang lain. Ia juga ingin bahagia dan sumber kebahagiaan Adam adalah dia.
Bertahun-tahun Adam menunggu kabar nya namun yang ia terima hanya desas-desus yang mana itu semakin membuat ia penasaran. Adam ingin tau apa yang dia lakukan saat itu, apa dia sudah makan? Apa dia sehat-sehat saja? Apa dia merasa baik atau sedih? Apakah ia bahagia? Apa alasan ia bahagia? Apakah ia telah bertemu seseorang sebagai penggantinya atau ia juga tengah memikirkan memori lama mereka?
Dan dalam setiap penantian penuh harapan itu ia terjebak dalam perasaan patah hati tak berkesudahan. Sekian lama telah berlalu dan jika Adam melihat ke belakang dan mencoba mencari tau apa yang membuat mereka begitu lemah, begitu rapuh dan mudah patah bahkan meski mereka saling mencintai, itu semua karena keadaan, situasi dan waktu. Mungkin mereka memang ditakdirkan bersama tapi waktu nya yang tak tepat, mungkin suasana nya tepat untuk kembali bersama namun situasi di antara mereka telah berubah, mungkin waktu nya telah tepat namun diri mereka lah yang tak lagi merasa tepat.
Dan setiap hal itu terjadi, mereka akan membiarkan waktu, suasana dan situasi di antara mereka menelan mereka hidup-hidup dan pasrah akan takdir yang mereka terima.
Adam percaya takdir Tuhan adalah yang terbaik tapi jika itu tak diiringi usaha yang keras dan doa maka itu akan sia-sia, bodoh nya Adam baru menyadari hal tersebut setelah ia setua ini, bayangkan jika ia bisa berpikiran terbuka dan bijaksana seperti ini saat ia masih berusia 20 tahun... ia tak perlu menjadi lelaki psycho yang selalu menyakiti hati perempuan yang ia cintai dengan kalimat tajam nya, ia bisa menjadi... hanya Adam.
Namun Adam yakin tak ada kata terlambat untuk berusaha, jika dahulu ia selalu kalah oleh keadaan, menyerah karena situasi yang sulit atau mundur karena waktu yang memintanya maka kini, Adam akan membuat takdir nya sendiri.
Jika Kirana berpikir bahwa Adam bisa memberikan segalanya pada Valerie dan berubah menjadi laki-laki sweet yang bisa memberikannya hal-hal yang seorang laki-laki hanya bisa berikan pada perempuan yang benar-benar ia cintai namun tidak pada Venus, maka Adam akan menunjukan kalau Kirana salah, pada faktanya, Kirana memang salah, Adam sudah pernah hampir mengorbankan mimpi dan tanggung jawab nya untuk Venus sebelum Venus menghentikannya dan berpikir bahwa ini saat yang tepat untuk menghentikan kepecundangan Adam dan mengirimkannya ke medan perang : dunia kerja dan mengejar semua hal luar biasa yang ia dapatkan hari ini.
Kirana tak tau bahwa saat pertama kali Adam menginjakan kakinya kembali di Indonesia setelah menyelesaikan S2 nya, wajah Venus lah yang pertama kali melintas di pikirannya. Adam ingat ia berdiri di depan bandara, menunggu supir nya datang menjemputnya dan matanya dengan lapar menatap ke sekeliling berharap bahwa bahkan jika ia telah memiliki Valerie saat itu, Venus akan secara ajaib muncul di depannya, berlari ke arahnya secara dramatis dan membuat ratusan orang yang tak bisa mengurusi urusannya sendiri merekam kejadian itu lalu memviralkannya dan Valerie menonton lalu mereka mungkin saja berdebat dan Venus memohon padanya untuk mempertahankannya, mempertahankan Venus dan Adam, Adam yakin ia akan menyerah.
Namun Venus datang terlalu terlambat dan ia telah membuat keputusan, bukan hanya untuk dirinya sendiri namun juga Valerie, Keluarga Valerie serta Keluarganya. Rasa cinta Adam pada Valerie saat itu begitu nyata dan Adam tak mungkin datang pada keputusan berkomitmen jika ia tak yakin, Adam mungkin gila tapi ia tak pernah membayangkan akan menghabiskan seluruh hidupnya dengan orang yang "hanya" ia suka, ia ingin menikah dengan orang yang ia cintai dan Valerie adalah pilihannya.