Lagu "Don't Take the Money" berputar diluar dan ia mengambil momen mengheningkan cipta saat mendengar part "Love was a currency". Ada setidaknya 5 menit waktu yang ia gunakan untuk mengheningkan cipta sebelum matanya menatap keluar jendela dari posisinya yang saat ini terduduk di lantai, mengenakan pakaian dari brand yang menguasai 80% pasar Indonesia, NoName Designer, dan meski ia telah bertitle Dokter, hal itu tak banyak mengubah kehidupannya, jika Venus ingat-ingat lagi ada 2 alasan mengapa ia ingin menjadi Dokter, 1. Karena ia ingin kaya, 2. Karena Adam, ia ingin diterima oleh Keluarga Adam dengan lebih mudah dan pikiran naif nya berkata jika ia memiliki title dan mengenakan seragam ala Profesional maka semua orang tak sampai hati untuk menolaknya.
Kini, alasan itu tampak tak masuk akal bahkan untuk pikirannya yang saat ini tak bekerja dengan normal dan keadaan hatinya yang bahkan belum utuh 1 %.
Love was not currency, kamu tidak bisa menggunakan cinta sebagai alat tukar diri kamu atas nama cinta, tak peduli seberapa indahnya tampang cinta itu!
Beat lagu yang begitu bersemangat dan seperti menyemangati, membuat Venus semakin hanyut dalam perlawanannya akan kelakuan bodohnya di masa lalu, lihat? Venus bahkan sudah berani menyebut kejadian paling mematahkan hati dan jiwanya itu sebagai masa lalu, maka apa itu artinya dia move on? Tentu tidak!
Tapi ini jelas memberikannya kekuatan yang tak bisa ia jelaskan karena yang Venus tau 1 menit kemudian ia telah berdiri di depan lemari dan mengeluarkan semua pakaian "Doctor Style" nya dan mengambil koper yang ia letakan di ujung ruangan sebelum memasukan cinta, masa lalu, mimpi dan tujuan hidupnya ke dalam sana. Mengambil semua dokumen dan memasukannya ke dalam bag pack, melakukan hal terbaik yang bisa ia lakukan sebagai orang yang patah hati, melarikan diri dari realita untuk mengejar fantasi gila.
Dan disinilah ia pagi ini, duduk sendirian, sibuk menguping orang lain memutuskan jalan hidup mereka untuk menghentikan dirinya dari membuat keputusan hidupnya. Tak ada yang memberitahunya jika hari ini adalah hari pertunangan mereka, tapi dunia berpusat pada keduanya hingga bahkan kecoa pun tak akan melewatkan berita besar ini, semua orang membicarakannya meski acara itu di adakan secara private.
Sedikit air mata kembali membasahi sudut matanya tanpa ia sadari, hal terbaik yang bisa ia lakukan saat ini adalah menghapusnya, tak ada kesedihan yang berlangsung selamanya, rasa sakit dari patah hati tak bisa di sembuhkan dengan obat-obatan, waktu akan menyembuhkan luka dan setiap luka selalu meninggalkan bekas, bekas luka akan menyusahkan hidup, dan meski bekas luka membuat ia tak bisa menjadi Pramugari dan Putri Indonesia setidaknya kelak jika tubuhnya hilang di satu tempat maka akan mudah untuk mengenalinya dari bekas lukanya.
Bandara tempatnya menunggu takdir mengingatkannya akan "Dia", uang koin yang di genggam oleh seorang anak kecil, mengingatkannya akan "Dia", segelas kopi di tangan seorang pria tua mengingatkannya akan "Dia", laki-laki yang menggeret koper dengan topi di kepalanya, mengingatkannya akan "Dia"... semua hal di sekitarnya mengingatkannya akan dia.
Dan tiba-tiba semua lagu patah hati adalah tentang "Dia".
Suara nada dering Hpnya mengalihkan Venus dari pikirannya akan "Dia".
"Halo"
"Lo sudah di bandara?"
"Ya. Terima kasih sudah ngirimin driver buat jemput aku"
"Bukan masalah, penerbangan pagi biasanya terkendala macet apalagi di jam kerja."
"Ya..." Ada keheningan sejenak di antara mereka, seolah keduanya tengah berada pada pikiran masing-masing dan mencoba memecahkan masalah mereka seorang diri karena ini bukan waktu yang tepat untuk meminta pertolongan.
"Lo yakin sama keputusan lo?"
"Trion... aku mencoba untuk ngga menanyakan pertanyaan itu ke diriku sendiri karena aku takut sama jawaban dan alasan yang akan aku berikan" ucap Venus "Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku mau melakukan sesuatu dengan title ini untuk sesuatu yang baik dan benar, aku bekerja keras dan kehilangan semua hal menyenangkan yang bisa terjadi di dalam hidupku jika saja aku ngga se-obsesi itu untuk mengejar mimpiku selama lebih dari 15 tahun ini, bukan untuk diriku tapi untuk orang lain... dan jika aku harus hidup dengan title ini sampai akhir hayat ku, maka aku bersumpah aku akan melakukannya dengan benar kali ini, aku ngga akan melakukannya untuk uang atau mendapatkan cinta seseorang, aku akan melakukannya untuk menyembuhkan luka orang-orang..."
"Mungkin dengan begitu aku juga bisa menyembuhkan diriku" lirih Venus.
Tak ada balasan dari Trion, hanya suara berisik dari seberang. Venus mengedipkan matanya yang basah dan memanggil Trion, sekali, 2 kali tak ada jawaban. "Trion?"
"Sorry... sorry nanti gue masih nelpon" ucapnya pada seseorang "Oh.. iya? Iya? Kenapa?"
"Halo?"
"Iya, ini gue, kenapa tadi? Tadi ada orang mau wawancara gue"
Venus memejamkan matanya, semua kesedihan dari luapan emosi dan sisi sentimental dalam dirinya yang telah coba ia rangkai menjadi kalimat puitis nan bermakna hancur begitu saja.
"Halo? Venus? Lo masih disana?"
"Lupakan aja!" ucap Venus kesal.
"Apa yang dilupakan?" tanya Trion "Ada yang ketinggalan? Lo masih punya waktu kalau gue ngambil apa yang ketinggalan untuk di antar ke bandara?" tanyanya terdengar khawatir.
"Tolong berhenti bicara atau aku mungkin akan pergi ke tempat dimana sekarang kamu berada dan melakukan sesuatu yang akan kamu sesali sepanjang hidup kamu"
"Lo ngga bisa datang kesini" Venus bisa mendengar senyum di suara Trion.
"Kamu ngga tau apa yang akan aku lakukan, aku mungkin disana bukan untuk menghancurkan hidup kamu" ucap Venus.
Trion tertawa, saat tawanya berhenti ia mengulangi pertanyaannya sehubungan ia tak bisa mendengar jawaban Venus karena ia lebih menyayangi Ibu nya, yang mana itu hal yang bagus dan luar biasa. "Lo yakin lo mau pergi kesana? Kehidupan di Darfur ngga mudah, apalagi ada konflik disana"
"Terlambat untuk menghentikan aku, kamu ngga dengar suara itu? Pesawatku sebentar lagi akan berangkat" ucap Venus "Lagipula kamu yang pertama kali memberikan ide ini untuk aku, kenapa sekarang berubah pikiran? Kamu jatuh cinta ke aku karena aku kelihatan menyeramkan waktu menangis sambil ngelap ingus di depan kamu? Just for your information Trion, aku mungkin akan menerima kamu tapi cuma sebagai pelarian, jadi sebelum kamu merasakan apa yang aku rasakan lebih baik urungkan niat kamu"
"Ah.. lo kayaknya udah lebih mendingan sekarang"
"Aku muak sama perpisahan yang menyedihkan dan kamu baru aja menghancurkan momen menyedihkan yang sudah kubangun, ini juga mungkin terakhir kalinya kita bicara, jadi jaga diri kamu baik-baik"
"Lo juga, kalau lo sudah balik, lo bisa ngehubungin gue untuk ngejemput lo, jam berapa pun itu gue pasti datang"
"Sure" ucap Venus.
Hidup berubah, terkadang apa yang kita harapkan tak terwujud dan kita menyadari bahwa dalam semua hal, kita membutuhkan Plan B. Venus berbalik, melihat realita terakhir yang bisa ia simpan di kepalanya, kerumunan orang berjalan untuk datang dan pergi, semakin dewasa Venus semakin menyadari hal itu, beberapa orang datang ke hidup kita di waktu yang tepat dengan alasan yang tepat, dan lalu beberapa orang pergi dari hidup kita di waktu yang sempurna karena alasan yang begitu menyedihkan, waktu menentukan siapa yang akan kamu temui dan kamu yang memutuskan siapa yang tinggal.
Venus tersenyum menatap kerumunan itu "I let you go" ucapnya di dalam hati sebelum kembali berbalik dan memulai semuanya kembali dari awal dengan... benar.
-------------------------
Voment and i'll be a happy girl