28

864 104 80
                                    

Sing my songs about the ways I keep on doing you wrongYoke Lore - Ride

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sing my songs about the ways I keep on doing you wrong
Yoke Lore - Ride

-------------------

Malam ini, makan malam rutin antara Keluarga Adam dan Valerie kembali digelar dan semua nampak sudah menjadi lebih nyaman dan terbuka dari pertama mereka bertemu.

Valerie akan mengambilkan makanan untuk Papa Adam dan setiap kali ia melakukan itu semua orang di meja tersenyum, tak jarang menggoda nya sebagai menantu idaman dan Istri impian, Papa Adam tak pernah menerima tamu lebih dari jam 7 malam namun, Keluarga Valerie adalah pengecualian, gerbang rumah Adam selalu terbuka untuk Valerie dan Keluarganya, dan meski belum resmi terikat dalam hubungan pernikahan, keduanya telah menyiapkan rumah impian mereka yang akan segera mereka tinggali begitu akad nikah selesai di ucapkan.

Mereka telah memiliki akun tabungan bersama dan bahkan telah menghitung jumlah anak yang akan mereka miliki, letak sekolah dan pilihan nama mereka.

Masa depan sudah di set sesempurna mungkin dan yang keduanya butuhkan untuk memulai kesempurnaan itu adalah pergi ke KUA untuk mendaftarkan pernikahan mereka, bagaimanapun juga step pertama selalu yang paling sulit untuk memulai sesuatu, begitu sulit hingga membutuhkan 1 tahun dan 6 bulan lamanya bagi keduanya memulai step kesempurnaan itu.

Dan Orang tua keduanya semakin menua tiap harinya. 365 hari bukan waktu yang lama begi seseorang yang berumur setengah abad, mereka seolah dikejar waktu untuk terus menua dan melemah, rambut yang dulu hitam perlahan memudar menjadi abu-abu, lalu putih yang awalnya hanya di akar lalu naik sampai ke ujung rambut, seperti pohon yang perlahan tumbang karena usianya.

"Jangan buang-buang waktu" ucap Papa nya satu malam yang hening "Kalau kamu mencintai dia, nikahi dia, waktu itu gratis tapi tidak bisa dibeli, kamu tidak bisa memilikinya tapi kamu bisa menggunakannya, kamu tidak bisa menyimpan nya tapi kamu bisa menghabiskannya, dan sekali kamu kehilangan, kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan dia kembali"

Dan Orang tua, entah bagaimana selalu mengetahui momen refleksi diri di tengah malam itu dan mulai memberikan pertanyaan crucial di waktu crucial, seperti malam ini.

"Jadi, kapan kalian menikah?" Kapan adalah pertanyaan yang berhubungan dengan takdir, manusia bisa berencana namun pada akhirnya Tuhanlah yang menentukan dan Adam tak ingin lagi di permainkan oleh takdir, jadi ia berhenti memberikan jawaban ambigu dan berkata jujur.

"Maaf Pa, Ma, Adam masih agak sibuk tahun ini, jadwal Adam masih penuh sampai setahun ke depan, bukan maksud Adam menunda, masalahnya kalau memang mau dilaksanakan tahun ini atau tahun depan bisa jadi waktunya bentrok dengan jadwal Adam, Adam ngga tega
kalau ngasih acara pernikahan yang setengah-setengah ke Valerie" jawab Adam.

Lampu gantung besar dengan crystal di setiap sisinya menggantung dengan arogan tepat di atas meja makan berbahan kayu mahoni. Papa Adam selalu menyukai hal yang natural dan klasik, namun Mama tirinya lebih suka sesuatu yang menarik perhatian dan menyilaukan mata.

Adam sendiri tak menyukai apapun yang ada di dalam rumahnya kecuali, kamar tidurnya.

"Ya sudah, kalau gitu kalian bisa akad dulu kalau memang belum ada waktu untuk
resepsi, cukup di adakan di masjid, Keluarga besar saja yang datang" saran Papa Valerie.

"Nanti malah mengundang fitnah Pa, kalau resepsi nya tahun depan bisa-bisa Valerie sudah keburu hamil duluan, pasti orang akan menceritakan yang macam-macam, apalagi Valerie ini artis" ucap Mama Valerie tak setuju.

"Kamu sendiri bagaimana Adam? Siap, kalau melaksanakan akad dulu?"

Menjadi dewasa, Adam menyadari jika hal-hal buruk pun harus bisa ia terima dengan lapang dada dan pikiran terbuka, ia harus melihat segala hal dari semua sisi dan belajar untuk mengihklaskan sesuatu, salah satu proses pendewasaan yang laling sulit adalah melepaska seseorang pergi dari hidup nya dan membiarkannya mendapatkan kebahagiaan yang pantas ia dapatkan.

"I'm not ready for perfection"

Ucapan Andrew tiba-tiba menggema di kepalanya. Kini, ia sedikit banyak mengerti apa yang Andrew maksud, ia hanya tinggal berkata Ya dan melimpahkan sedikit tanggung jawabnya pada Andrew, yang ia yakini pasti Andrew tak akan keberatan untuk menerimanya.

Tapi sesuatu di dalam dirinya merasa belum siap untuk memulai kesempurnaan itu. Adam tak tau jika kesempurnaan rasanya pahit dan manis di saat yang
bersamaan, manis untuk di rencanakan namun meninggalkan rasa pahit saat diwujudkan.

Mungkin kesadaran bahwa pernikahan seperti garish finish untuk pelari maraton, sebuah finish line namun alih-alih menjadi akhir, berlari melewati garis itu adalah awal untuk akhir yang
sesungguhnya.

"Adam setuju sama Mama Pa, Adam takut kalau Valerie malah jadi bulan-bulanan orang. Apalagi pernikahan itu kan sekali seumur hidup, Adam bisa menerima kalau di lakukan sederhana saja tapi Adam yakin Valerie pasti punya bayangan pernikahannya sendiri"

"Adam benar... Keluarga Adam terutama Neneknya pasti akan protes kalau pernikahan Adam dirayakan dengan seadanya" ucap Mama tiri Adam "Apalagi sebagai seorang perempuan pastilah Valerie ingin memiliki pernikahan yang istimewa, takutnya kalau direncanakan secara mendadak dan terburu-buru akan menimbulkan fitnah lainnya, tapi kalau Valerie tidak keberatan, mungkin bisa diatur jadwalnya dengan jadwal Adam"

Valerie yang sedari tadi hanya diam mendengarkan akhirnya angkat bicara "Valerie sih ikut baiknya aja gimana, Valerie ngerti sama kesibukan Adam, mungkin tahun depan akan kami usahakan sebisanya, biar Valerie yang mengurus segalanya kalau Adam ngga punya waktu"

"Kamu tidak keberatan Nak?" tanya Papa Adam.

Valerie tersenyum "Valerie ngga masalah Pa, Valerie lihat sendiri gimana jadwal Adam, kan Valerie juga yang bantu dia nyusun jadwal biar ngga keteteran" ucap Valerie, sedikit menyelipkan candaan agar pembicaraan yang berpotensi membuat stress ini segera berlalu.

Suara tawa terdengar di ruang makan mewah itu "Adam, calon Istri kamu bisa
merangkap sebagai asisten kamu" ucap Papanya tertawa.

Dan disela suasana hangat itu Adam merasakan sebuah tangan menggenggamnya di bawah meja, ia menatap Valerie yang sedang tertawa lalu menoleh ke arahnya, tawa itu berubah
menjadi senyuman dan Adam baru menyadari betapa palsu nya tawa itu saat melihat keresahan yang sama yang ia rasakan di dadanya di mata Valerie.

Namun, itu hanya bertahan sebentar sebelum mata itu kembali bercahaya dengan cahaya yang sama yang selalu menghangatkan hatinya.

Adam membalas genggaman Valerie pada tangannya dengan sama eratnya, jari panjangnya mengusap punggung tangan Valerie dan menyetuh cincin yang melingkar di jemarinya, keduanya saling menatap dan tersenyum.

Lalu pertanyaan Andrew terulang di kepalanya "Would you do it all over again?"

------------

Voment and i'll be a happy girl.


EarthriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang