I wish I were Heather
Conan Gray - Heather❤
Mata coklat itu tak lelah mencari papan kecil atau karton bertuliskan namanya, namun tak peduli berapa lama ia mencari ia tetap tak menemukannya. Ia seolah sedang mencari harapan kosong di tengah-tengah mimpi yang telah terwujud.
"Venus!" namanya di ucapkan dengan sedikit keras oleh seseorang dan saat ia berbalik, ia bisa melihat Grim Reaper nya sedikit berlari ke arahnya.
"Sorry, gue udah datang dari tadi tapi pergi ke toilet dulu" ucapnya.
"Ke toilet? Ngapain?" Dan saat ia hanya menatap Venus, Venus pun berucap "Apapun yang kamu lakukan di toilet aku harap kamu ngga pakai terlalu banyak air"
Ia tersenyum "Gue lihat lo sudah membiasakan diri dengan keadaan disana"
"Ohh... kamu ngga tau Trion, disana aku..." dan semua orang yang mengenal Venus nampaknya tau, sekali Venus membuka mulutnya maka akan cukup sulit untuk menutupnya dan selagi Trion menggantikan tugasnya untuk menarik koper Venus, Venus menceritakan semua, SEMUA hal yang ia alami, setiap detail kecil, dari hari pertama sampai hari ke 730.
Satu hari rasanya tak cukup untuk membagikan semua pengalaman berharganya selama menjadi relawan di Darfur dan jika Trion muak dengan semua itu, maka itu sama sekali tak terlihat di ekspresi wajahnya, lagipula Venus pun tak berniat untuk diam bahkan jika Trion menyuruhnya. Trion meninggalkan koper Venus di dalam mobilnya dan mengajaknya untuk mampir ke Starbucks, ini sudah sangat lama sejak terakhir kali Venus menikmati kopi di Starbucks lagipula, semua kopi rasanya sama yang membedakan hanya wadahnya saja.
Saat untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia menginjakan kakinya di Starbucks, kenangan akan Darfur kembali terputar di kepalanya dan Venus tak bisa menahan senyumnya.
***
1 tahun dan 8 bulan yang lalu ...
Hari masih gelap, semua orang nampaknya masih terlelap saat Venus keluar dari tendanya, udara dingin langsung menyambutnya, ia memeluk dirinya sendiri untuk menghangatkan diri, ada sesuatu yang gaib dengan fajar di pagi hari, seperti dunia dan isinya sesaat hanya di isi dengan kedamaian dan ketenangan, udaranya, warna langitnya, keheningannya, semua hal tentang fajar di pagi hari seperti puisi yang ditulis untuk seseorang yang dicintai.
Venus mengambil beberapa langkah lagi, matanya menatap fajar yang perlahan muncul di ufuk timur itu dengan khidmat, Venus pikir, jika ini hari terakhir dunia maka ini adalah akhir yang indah untuk memulai kehancuran. Menutup matanya dan membiarkan udara dingin masuk ke dalam paru-parunya, bayangan saat ia berdiri di depannya dengan mata memerah muncul di depannya, tak peduli sejauh apapun jarak yang ia ciptakan namun kehadirannya masih begitu nyata di dekatnya, seolah ia masih berdiri di depannya dan mengakhiri kisah mereka.